Ditengah keterpurukannya atas pengkhianatan calon suami dan sahabatnya sendiri, Arumi dipertemukan dengan Bara, seorang CEO muda yang tengah mencari calon istri yang sesuai dengan kriteria sang kakek.
Bara yang menawarkan misi untuk balas dendam membuat Arumi tergiur, hingga sebuah ikatan diatas kertas harus Arumi jalani demi bisa membalaskan dendam pada dua orang yang telah mengkhianatinya.
"Menjadi wanitaku selama enam bulan, maka aku akan membantumu untuk balas dendam."_ Bara Alvarendra.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 : Ikatan Diatas Kertas.
Sudah satu bulan berlalu sejak pernikahan Randy dan Delia, namun selama itu juga Randy belum mau menunjukkan batang hidungnya kembali. Lelaki itu begitu terpuruk, dan menghabiskan hari-harinya di ruangan apartemen dengan ditemani minuman-minuman beralkohol. Wajah tampannya kini tidak terawat dan mulai ditumbuhi jambang, tubuhnya yang dulu nampak gagah dan atletis kini mulai terlihat kurus.
Dan Delia, wanita itu kini tinggal di kediaman keluarga Prayoga. Tiga hari tepatnya setelah acara resepsi, Nyonya Herlina datang menjemput Delia dirumah kontrakannya, Nonya Herlina ingin memberikan kehidupan yang layak untuk menantunya itu, biar bagaimanapun Delia sudah menjadi salah satu anggota keluarga dan sekarang sedang mengandung anak dari putranya.
Nyonya Herlina masuk ke dalam kamar milik putranya, wanita itu menghampiri Delia yang sedang duduk di atas sofa sendiri. Memang, sejak tinggal disana, Delia tidak bisa lagi bergerak dengan bebas, setiap geraknya selalu terawasi, untuk sekedar bersenang-senang dengan Pak Anton saja sangat susah.
"Del, besok Mama anterin kamu periksa ke dokter kandungan ya? Kamu belum pernah periksa lagi kan?" tanya Nyonya Herlina.
"Nggak usah Ma, aku pergi sendiri saja, sekalian mau ketemu sama teman," tolak Delia.
"Teman siapa Del? Temen perempuan atau laki-laki?" tanya Nyonya Herlina. "Sebaiknya kamu jangan berteman dengan lawan jenis, biar Randy tidak semakin benci sama kamu. Mama cuma kasihan sama anak dalam kandungan kamu, anak itu tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa, biarkan anak itu merasakan kasih sayang dari kedua orang tuanya. Coba kamu belajar seperti Arumi, hati yang sedang membara sekalipun bisa dia lembutkan,"
Delia memutar bola matanya malas, dia menghembuskan nafas kasar dan menoleh ke arah mama mertuanya, "Gak usah sebut-sebut nama Arumi deh, Ma! Kalau bukan gara-gara Arumi dan suaminya, Delia dan Randy pasti sudah hidup bahagia. Randy tidak akan sampai marah-marah dan pergi!"
Nyonya Herlina langsung menyangkal ucapan menantunya, "Apa yang terjadi bukanlah salah Arumi, dia..."
"Cukup Ma! Cukup!! Berisik tau sebut-sebut nama Arumi terus! Arumi terus!"
Buru-buru Delia bangun, menarik paksa tangan mama mertuanya sampai ke pintu. Didorongnya tubuh wanita itu keluar lalu ditutup kembali pintunya dengan rapat.
"Dasar mertua nyebelin! Bukannya sayang menantu sendiri malah muji-muji si Arumi!!"
_
_
_
"Sudah satu minggu lebih Ayah sakit, tapi kenapa kalian baru memberitahuku sekarang?"
Arumi melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar orang tuanya, dia duduk di tepian ranjang menghadap ke arah ayahnya yang sedang berbaring lemah. Setelah mendapatkan telefon dari Sinta tadi, buru-buru Arumi langsung pamit pada kakek Abian untuk pergi menjenguk ayahnya itu. Tak sendiri, Arumi datang kesana dengan diantar oleh supir pribadi kakek Abian.
"Kamu jangan nyalahin Mama ya Rum! Mama juga sudah berusaha bawa Papa kamu ini berobat. Tapi emang sakit Papa kamu ini belum mau sembuh, terus mama harus gimana lagi, hah??" gertak Sinta tak terima disalahkan atas sakit yang diderita suaminya.
"Rumi tidak menyalahkan. Tapi setidaknya Mama bisa memberitahu jauh-jauh hari, jangan kondisi Papa sudah begini baru kasih kabar!"
"Oh, jadi salah saya? Gitu???"
"Sudah, sudah... Kalian jangan ribut terus," Samuel memegangi dadanya, bibirnya pucat dan sedikit bergetar. "Rum, kamu datang sama siapa?" tanyanya pada sang putri.
"Rumi datang diantar supir Yah, suami Rumi sudah berangkat ke kantor jadi tidak bisa ikut kesini,"
Saking khawatir dan buru-burunya, Arumi bahkan sampai lupa belum memberitahu Bara jika dia pulang ke rumah orang tuanya untuk menjenguk ayahnya.
"Yah, kita ke dokter lagi ya? Rumi khawatir kondisi ayah semakin memburuk," ajak Arumi. Sinta yang sedari tadi berdiri menatap sinis sembari melipatkan tangan didada.
Samuel menggeleng, "Nggak usah Rum, Ayah sudah mendingan kok. Ini juga obat periksa kemarin masih belum habis,"
Arumi tak memaksa, dia mengulas senyum diwajahnya, wajahnya sudah tak sekhawatir tadi, "Ya sudah, kalau begitu Rumi bikinin bubur dulu buat Ayah ya? Nanti habis makan bubur, Ayah minum obatnya dan istirahat. Jika perlu Rumi akan menginap disini untuk menjaga Ayah sampai Ayah sembuh."
Samuel menggeleng tak setuju, "Jangan Rum, kasihan suami kamu kalau ditinggal sendirian."
"Gak sendirian kok Yah, dirumah kan ada anggota keluarga yang lain, jadi suami Rumi tidak mungkin merasa kesepian kalau Rumi tinggal semalam doang,"
Arumi bergegas bangun dan berjalan menuju ke arah dapur, Sinta mengikuti dibelakang.
"Rum!" panggil Sinta saat Arumi sampai di pintu dapur, gadis itu berhenti dan berbalik.
"Ada apa, Ma?" tanya Arumi, suaranya sudah tak seberat tadi, dia sudah jauh lebih tenang setelah melihat sendiri kondisi ayahnya.
"Kakak kamu pengin nikah Rum," ucap Sinta dengan ragu-ragu.
"Ya udah nikah aja, terus masalahnya apa?" tanya Arumi.
"Masalahnya pacar kakak kamu itu, Rum."
Jari-jari Sinta saling meremas, dia sampai menggigit bibir bawahnya, kegelisahan jelas terlihat diwajah wanita berusia 49 tahun itu. Matanya kian menunduk sampai tidak berani menatap mata putri sambungnya itu.
"Pacar kakak kamu kan cuma seorang tukang ojek online, jadi mereka tidak punya cukup uang buat menyewa gedung mewah. Suami kamu bisa bantu kan?" ujarnya, dengan ragu kembali mengangkat wajahnya dan menatap Arumi. Dia menaruh harapan yang begitu besar pada Arumi, berharap gadis itu mau membantu mewujudkan pernikahan impian bagi putri kandungnya, Sofia.
Arumi menyunggingkan senyum miring, dia menghela nafas panjang sambil satu tangannya mengusap-usap lengannya sendiri. Rupanya sifat mama tirinya itu sama sekali tidak berubah, masih saja ingin menjadikannya sebagai ladang pencari uang.
"Ma, maaf tapi kalau soal ini Rumi tidak bis..."
"Kakak kamu hamil Rum!"
...🍁🍁🍁...
......
siap nontonnn💃💃💃🏃♀️🏃♀️🏃♀️
sembur aja semburrr☕️