Raka adalah seorang pemuda biasa yang bermimpi menemukan arti hidup dan cinta sejati. Namun, perjalanan hidupnya berbelok saat ia bertemu dengan sebuah dunia tersembunyi di balik mitos dan legenda di Indonesia. Di sebuah perjalanan ke sebuah desa terpencil di lereng gunung, ia bertemu dengan Amara, perempuan misterius dengan mata yang seakan memiliki segudang rahasia.
Di balik keindahan alam yang memukau, Raka menyadari bahwa dirinya telah terperangkap dalam konflik antara dunia nyata dan kekuatan supranatural yang melingkupi legenda Indonesia—tentang kekuatan harta karun kuno, jimat, serta takhayul yang selama ini dianggap mitos.
Dalam perjalanan ini, Raka harus menghadapi berbagai rintangan, termasuk rasa cintanya yang tumbuh untuk Amara, sembari berjuang mengungkap kebenaran yang tersembunyi di balik cerita rakyat dan keajaiban yang mengikat mereka berdua. Akan tetapi, tidak semua yang bersembunyi bisa dipercaya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ihsan Fadil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8: Bisikan di Malam Hari
---
Pelayaran Menuju Laut Selatan
Dengan petunjuk baru yang mereka dapatkan dari gua tersembunyi, Raka, Amara, dan Arjuna segera memulai perjalanan menuju Laut Selatan. Peta kecil yang diberikan oleh pria tua di desa menjadi panduan utama mereka, menunjukkan rute yang harus mereka tempuh melewati perbukitan hingga ke pelabuhan.
“Menurut peta ini, kita akan sampai di pelabuhan kecil sebelum malam,” ujar Arjuna sambil mempelajari jalur di tangannya. “Di sana, kita bisa mencari kapal untuk menyeberang.”
Namun, perjalanan mereka tidak mudah. Hutan lebat dan jalur berbatu menghadang, memaksa mereka berjalan dengan hati-hati. Amara yang biasanya penuh semangat kini tampak termenung, pikirannya seolah terseret oleh sesuatu yang tidak ia katakan.
“Amara, kau baik-baik saja?” tanya Raka saat mereka berhenti untuk beristirahat di bawah pohon besar.
“Ya, aku hanya merasa... ada sesuatu yang salah. Seperti ada suara yang memanggilku, tapi aku tidak tahu dari mana,” jawab Amara dengan nada cemas.
Raka menatapnya dengan serius. “Kalau kau merasa ada yang aneh, kau harus memberitahu kami. Kita tidak bisa mengabaikan hal seperti ini.”
---
Bisikan Misterius
Malam tiba saat mereka mendekati pelabuhan. Mereka memutuskan untuk beristirahat di sebuah rumah kosong yang mereka temukan di pinggir jalan. Rumah itu tampak sudah lama ditinggalkan, dengan dinding kayu yang mulai lapuk dan pintu yang berderit setiap kali angin berhembus.
Saat malam semakin larut, Raka terbangun oleh suara langkah kaki di luar rumah. Ia bangkit perlahan, memastikan tidak membangunkan Amara dan Arjuna, lalu mengintip melalui celah dinding.
Di luar, ia melihat bayangan seseorang berjalan mondar-mandir di sekitar rumah. Wajahnya tidak terlihat jelas, tetapi sosok itu tampak membawa lentera kecil yang menyala redup.
“Siapa itu?” gumam Raka pada dirinya sendiri.
Tanpa berpikir panjang, ia mengambil belatinya dan membuka pintu dengan hati-hati. Namun, saat ia melangkah keluar, sosok itu sudah tidak ada. Yang tersisa hanyalah jejak kaki kecil yang mengarah ke hutan di belakang rumah.
“Raka?” suara lembut Amara memanggil dari dalam rumah.
Raka menoleh, mendapati Amara berdiri di ambang pintu dengan wajah penuh kekhawatiran. “Ada apa? Kau mendengar sesuatu juga?”
Amara mengangguk. “Suara itu... suara bisikan. Aku mendengarnya lagi. Mereka memanggilku.”
---
Pengejaran di Tengah Malam
Raka dan Amara memutuskan untuk mengikuti jejak kaki itu, meskipun Arjuna memperingatkan mereka untuk menunggu hingga pagi. “Ini terlalu berbahaya,” kata Arjuna. Namun, tekad mereka sudah bulat.
Jejak itu membawa mereka ke tengah hutan, di mana pepohonan semakin rapat dan suasana menjadi semakin mencekam. Suara bisikan yang hanya didengar Amara semakin keras, seolah memandu langkah mereka.
“Di sana,” kata Amara sambil menunjuk ke arah sebuah pohon besar yang terlihat seperti pusat dari segala sesuatu.
Namun, sebelum mereka bisa mendekat, bayangan-bayangan mulai bermunculan di sekitar mereka. Bayangan itu tampak seperti manusia, tetapi gerakannya tidak wajar, seolah mereka bukan makhluk hidup.
Raka langsung menarik Amara ke belakangnya. “Apa ini?”
Bayangan-bayangan itu mulai mendekat, mengelilingi mereka perlahan. Amara, meskipun ketakutan, merasakan dorongan aneh untuk maju. “Mereka tidak ingin menyakiti kita,” katanya pelan.
“Tapi aku tidak yakin mereka ingin membantu juga,” balas Raka.
---
Pengungkapan dari Masa Lalu
Saat bayangan-bayangan itu semakin dekat, sebuah cahaya terang muncul dari pohon besar di depan mereka. Cahaya itu membentuk sosok seorang wanita dengan wajah yang lembut namun penuh wibawa.
“Siapa kalian yang berani mendekati pohon suci ini?” suara wanita itu bergema di udara.
“Kami hanya mencari petunjuk untuk perjalanan kami,” jawab Amara, suaranya bergetar namun tegas.
Wanita itu menatap mereka dengan tajam, seolah menilai niat mereka. “Perjalanan kalian bukanlah kebetulan. Kalian dipilih untuk melindungi sesuatu yang tidak bisa dimengerti oleh kebanyakan orang.”
Amara maju selangkah. “Tapi kenapa aku merasa ada sesuatu yang terus memanggilku? Apa yang sebenarnya terjadi di sini?”
Wanita itu tersenyum tipis. “Itu karena kau memiliki koneksi dengan masa lalu tempat ini. Darah yang mengalir dalam tubuhmu membawa jejak leluhur yang pernah menjaga rahasia besar ini.”
Raka menatap Amara dengan bingung. “Apa maksudnya?”
Namun, sebelum wanita itu bisa menjelaskan lebih jauh, suara gemuruh terdengar dari kejauhan. Wanita itu tampak cemas. “Waktu kita tidak banyak. Kalian harus pergi ke Laut Selatan secepatnya. Bahaya sedang mendekat.”
Cahaya itu memudar, meninggalkan mereka dalam kegelapan malam.
---
Serangan Tak Terduga
Saat mereka berlari kembali ke rumah, mereka mendengar suara langkah kaki berat yang mendekat dari arah berlawanan. Sekelompok pria bersenjata muncul dari balik pepohonan, wajah mereka dipenuhi niat buruk.
“Serahkan petunjuk yang kalian temukan!” salah satu dari mereka berteriak.
“Kalian harus melewati kami dulu,” jawab Raka dengan tegas sambil menghunus belatinya.
Pertarungan sengit terjadi. Raka dan Amara berusaha melawan, tetapi jumlah musuh yang jauh lebih banyak membuat situasi menjadi sulit.
Namun, di saat-saat terakhir, Arjuna muncul dengan membawa senjata panahnya. Dengan bidikan yang akurat, ia berhasil melumpuhkan beberapa musuh, memberi Raka dan Amara kesempatan untuk melarikan diri.
“Kita harus pergi sekarang!” seru Arjuna.
---
Melanjutkan Perjalanan
Setelah berhasil meloloskan diri, mereka tiba di pelabuhan saat fajar. Laut yang tenang menyambut mereka, seolah menjadi peringatan akan ketenangan sebelum badai.
“Apa yang sebenarnya kita hadapi, Amara?” tanya Raka sambil menatap gadis itu.
Amara menggeleng pelan. “Aku tidak tahu. Tapi aku yakin ini baru permulaan.”
Mereka akhirnya menemukan seorang kapten kapal yang bersedia membawa mereka ke tujuan berikutnya, meskipun dengan harga yang cukup mahal. Saat kapal mulai bergerak meninggalkan pelabuhan, Raka tidak bisa menahan perasaan bahwa sesuatu yang besar sedang menunggu mereka di Laut Selatan.
Dan kali ini, mereka harus lebih dari sekadar siap.
---
Akhir Bab 8
Bab ini memperkenalkan elemen-elemen baru dalam cerita, termasuk koneksi Amara dengan masa lalu dan ancaman yang semakin nyata. Suasana gelap dan misterius membangun ketegangan untuk perjalanan mereka ke Laut Selatan.