Pasti ada asap, makanya ada api. Tidak mungkin seseorang dengan tiba-tiba membenci jika tidak ada sebab.
Itu yang di alami Adara gadis 25 tahun yang mendapatkan kebencian dari William laki-laki berusia 30 tahun.
Hanya karena sakit hati. Pria yang dulu mencintainya yang sekarang berubah menjadi membencinya.
Pria yang dulu sangat melindunginya dan sekarang tidak peduli padanya.
Adara harus menerima nasibnya mendapatkan kebencian dari seorang yang pernah mencintainya.
Kehidupan Adara semakin hancur dikala mereka berdua terikat pernikahan yang dijalankan secara terpaksa. William semakin membencinya dan menjadikan pernikahan itu sebagai neraka sesungguhnya.
Mari kita lihat dalam novel terbaru saya.
Apakah 2 orang yang saling mencintai dan kemudian berubah menjadi benci. Lalu benci itu bisa kembali berubah?
Terus di ikuti dalam Novel ini. Jangan lupa like, koment dan subscribe.
Follo Ig saya.
ainunharahap12.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 Ancaman Besar
Adara pasrah mendengar semua yang di katakan William dan itu sudah terbiasa diperdengarkan di telinganya. Saat dia mulai bekerja di hotel, dia memang selalu mendapatkan perkataan yang sangat kasar. Bukan hanya dari tatapan mata saja yang begitu tajam dan sangat membencinya.
Adara juga sudah kenyang dengan segala sesuatu yang keluar dari mulut William.
"Jadi jangan menyuruhku untuk berbicara baik dengan wanita seperti itu. Aku tidak pernah menyesal dengan apa yang aku katakan! Karena itu pantas untuknya!" tegas William.
"William sekali lagi kamu berbicara seperti itu. Kamu tinggalkan Hotel Himalaya!" tegas Eyang yang memberikan ancaman.
William benar-benar sangat terkejut, dia tidak percaya akan mendapatkan ancaman seberat itu di depan wanita yang sangat dia benci.
"Apa maksud Nenek?" tanya William merendahkan suaranya yang ingin memastikan dari wanita tua itu.
"Saya tidak akan mengulang kembali perkataan saya. Kamu hanya akan menikah dengan Adara dan jika kamu tidak ingin menikah dengan Adara. Maka kamu tinggalkan Hotel Himalaya dan cari bisnis kamu sendiri! Jangan mengganggu apa yang sudah berdiri!" tegas Nenek yang membuat William benar-benar shock.
Tatapan matanya semakin tajam melihat Adara yang sejak tadi hanya tertunduk. Memang sangat luar biasa kehadiran wanita itu membuat petaka baginya.
Raka sebagai pendengar, juga sejak tadi hanya diam saja dan pasti juga sangat kaget. Mungkin Raka bisa menduga kenapa Ambar begitu bersikeras menyuruh William menikah dengan Adara dan pasti karena Ambar sudah mengenal Adara dengan baik yang memang tidak pernah menyukai hubungan William dengan wanita manapun selain Adara.
"Kamu sebagai laki-laki yang memiliki pendidikan. Tetapi kata-kata yang keluar dari mulut kamu sangat tidak memiliki sopan santun. Jadi lebih baik kamu jangan memiliki kaitan apapun dengan Hotel Himalaya. Jika kamu tidak bisa beritahu dengan baik!" tegas Nenek lagi yang benar-benar memberikan ancaman yang tidak main-main.
William yang tidak mengatakan apa-apa dan memilih untuk pergi dengan penuh kekesalan dan amarah yang tidak bisa dilupakannya.
"William, Nenek belum selesai bicara! William!" panggil Ambar yang dihiraukan William.
"Lihatlah anak itu, benar-benar tidak bisa beritahu. Aku tidak tahu apa yang membuat dia menjadi pria yang kasar seperti itu. Membuatku pusing saja," ucap Nenek dengan memijat kepalanya yang tampak frustasi dengan apa yang di lakukan William.
Adara memejamkan mata yang mendapatkan penolakan mentah-mentah dan seharusnya Adara tidak kaget, dia sudah tahu bagaimana sifat William dan dia juga sejak awal sudah mempersiapkan diri.
"Adara kamu jangan dengarkan apapun yang dikatakan William. Segala sesuatu Nenek yang menentukan dan kamu tidak perlu mengkhawatirkan apapun," ucap Nenek.
"Iya. Nek," sahut Adara yang hanya tersenyum tipis yang berusaha untuk tenang sementara hatinya sedang bergejolak.
"Raka kamu awasi anak itu. Saya benar-benar enek melihat dia!" titah Nenek.
Raka hanya mengangguk saja. Walau dia juga benar-benar sangat kaget.
**
Adara berada di rumah sakit yang baru saja melihat kondisi ibunya. Operasi Ibunya sudah dilaksanakan dengan cepat dan semua bantuan dari Ambar walau dia belum melaksanakan pekerjaannya. Ratih juga sudah dipindahkan ke ruang perawatan yang sangat baik.
Dengan fasilitas lengkap seperti apa yang di dengar Adara waktu itu lewat telpon. Fasilitas yang sangat lengkap dan pasti begitu nyaman.
Adara menarik nafas panjang dan membuang perlahan kedepan. Adara yang menyelimuti Ratih dan setelah itu Adara memilih keluar dari ruangan tersebut.
Adara menutup pintu kamar sembari mengingat kejadian yang baru beberapa jam lalu terjadi di kediaman William.
"Nenek! sudah tahu apa yang terjadi diantara kami berdua. Dia sudah tahu kalau cucu satu-satunya sangat membenci ku dan kenapa dia masih menyuruh aku untuk menikahi cucunya dan padahal dia tahu akulah wanita yang menyakiti cucunya," batin Adara dengan menghela nafas.
"Sekarang benar-benar terjadi permasalahan yang tidak main-main antara kami berdua dan aku tidak tahu, bagaimana kelanjutan semua ini," ucapnya dengan penuh kepasrahan.
"Aku hanya berharap semua baik-baik saja dan Nenek bisa mengubah keputusannya dan memberikan pekerjaan lain untuk membayar hutang-hutang ini," ucapnya dengan penuh harap.
Adara melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan sang ibu. Adara berjalan di koridor rumah sakit yang tampak sangat sepi, mungkin karena sudah malam hari, jadi orang-orang beraktivitas sudah berkurang. Adara sejak tadi berjalan tidak henti-hentinya membuang nafasnya perlahan ke depan.
"Aaaaa!" Adara berteriak kaget saat tangannya tertarik tiba-tiba yang dimasukkan ke dalam sebuah ruangan.
"Lepaskan aku!" berontaknya saat tubuhnya dibenturkan sangat kuat ke dinding ruangan itu yang pasti sakitnya begitu luar biasa sekali sakitnya.
Ruangan yang sangat gelap dan hanya ada lampu bercahaya merah di atas kepalanya yang tepat melihat orang yang telah membawanya ke ruangan itu dan ternyata adalah William.
"Kamu...." lirihnya dengan nafas naik turun dan pasti wajah itu yang terlihat panik.
"Apa yang kau rencanakan?" tanya William dengan suara berat.
"Apa maksud mu?" Adara menimpali pertanyaan itu.
Brukkk
William tiba-tiba meninju dinding tempat di samping Adara yang membuat Adara kaget dengan mata terpejam. Terlihat jelas bagaimana pria itu yang tampak menahan amarah dengan tatapan matanya yang sangat tajam.
"Jangan berpura-pura bodoh di hadapanku!"
"Kau sengaja mendekati Nenek agar Nenek punya pikiran untuk menikahkanku dengan wanita sepertimu!" umpat William. Adara geleng-geleng kepala yang membantah tuduhan itu.
Dia sudah tahu William memang pasti akan membahas ini semua.
"Lalu jika kau yang tidak bertindak, kenapa Nenek tiba-tiba menyuruhku menikah dengan mu hah! Kau belum bisa move on dariku. Kau yang menyakiti dan kau juga yang tidak bisa melepasku!" tegas William dengan mendengus kasar.
"Kau ingin kembali mempermaikan ku dengan semua rencana bodoh mu hah!" umpat William.
"Aku sama sekali tidak melakukan apapun yang kamu katakan. Aku tidak tahu kapan Nenek datang dan aku juga tidak pernah mendekatinya dan pertama kali aku bertemu dengan dia juga kemarin dan langsung dibawa ke rumahmu," jelas Adara.
"Jadi kau ingin mengatakan, bahwa kau juga begitu sangat terkejut saat Nenek menyuruh kita untuk menikah, kau begitu shock yang tidak percaya hal itu!"
"Cih!" William mendengus kasar yang terdengar sangat jijik dan mengejek Adara.
"Aku tidak akan masuk ke dalam sandiwaramu. Aku sangat tahu bagaimana wanita picik sepertimu. Kau hanya berpura-pura!" sinis Adrian.
"Terserah kamu mau berpikir apa kepadaku, apapun yang aku jelaskan tidak akan bisa kamu percaya. Jadi aku tidak bisa mengatakan apa-apa lagi," sahut Adara pasrah.
"Kalau memang kau tidak melakukan hal itu, kau suruh Nenek untuk membatalkan pernikahan itu. Karena aku tidak akan mungkin menikahi wanita sepertimu!" tegas William dengan penuh penekanan.
Adara terdiam yang tidak menjawab apa-apa, tatapan mata mereka saling bertemu, tetapi tatapan mata Adrian penuh dengan kebencian yang tidak pernah berubah kepada Adara.
"Jangan mencari gara-gara denganku Adara. Aku bisa melakukan apapun yang tidak akan pernah kau bayangkan. Jika kau berani berurusan denganku. Jadi sebelum terlambat, kau turuti apa yang aku katakan. Jangan membuatku semakin marah dan kau akan melihatku seperti iblis yang sangat kejam!" ucap William yang memberikan ancaman
Bersambung ......