Karina mengusap airmatanya yang sejak tadi dia tahan tangisan Karina pecah saat mendengar Dipta suami yang dia cintai tidak menginginkan keturunannya lahir dari rahim Karina.
Selama ini Karina dibohongi dengan kata manis Dipta yang menyuruh Karina menunda kehamilannya karena dia masih ingin menikmati kebersamaan dengan Karina.
Kenyataan yang Karina lihat hari ini Dipta suaminya sangat bahagia dengan kehamilan istri keduanya..Hati karina benar benar hancur melihat semua ini.
Dan yang lebih menyakitkan dengan lantangnya Gina istri muda Dipta mengatakan kalau Dipta tidak menginginkan anak yang lahir dari Karina didepan tamu undangan yang hadir.
Akankah Karina sanggup melanjutkan pernikahan yang sudah ternoda ini?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mande Qita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 10 Rasa Bersalah Dipta
Dipta yang sudah sampai dikediaman Darmawan masuk kedalam rumah tanpa melihat orang yang sedang duduk menunggunya.
“Mas kamu darimana?”. Gina langsung menyapa suaminya yang pulang dengan muka kacau sekali. Dipta yang mendengar suara Gina berhenti berjalan dan menoleh kearah bunyi suara, terlihat keluarganya disana sedang menatap DIpta.
Dipta menarik nafas panjang dia sangat letih saat ini, dia tidak mau berdebat lagi, sudah cukup semua peristiwa yang terjadi sudah meluluh lantakkan hatinya.
“nggak penting aku darimana Gin, kamu ngapain belum tidur ini sudah malam”. Dipta balik bertanya pada Gina.
“aku nunggu kamu dari tadi mas, kamu yang buat aku tidur malam”. Sentak Gina yang sangat kesal saat ini. Gina curiga kalau Dipta habis dari Kediaman mereka yang di Bogor.
“sekarang mas sudah balik, sekarang kamu masuk kamar dan pergi tidur”. perintah Dipta pada Gina yang saat ini memandang sengit padanya. Dipta tidak menghiraukan tatapan istrinya, sekarang pikirannya dipenuhi tentang kehamilan Karina.
Melihat Dipta yang diam Gina berdiri sambil menghentakkan kakinya menuju kamar mereka, setelah berpamitan dengan Nyonya laras dan tuan darmawan. Dipta tidak menoleh pada Gina yang saat ini sedang marah.
Setelah Gina masuk kekamarnya Nyonya laras langsung mengintrogasi anaknya tersebut. “Dipta jujur sama mama kamu darimana?”. tanya Nyonya laras menatap kearah anaknya yang saat ini kelihatan sangat kacau.
“apa yang terjadi sampai wajahmu kelihatan sangat kacau begini?”. Mamanya sangat penasaran melihat sikap Dipta yang dari tadi bengong kayak orang bingung.
“nggak ada apa apa ma, Dipta hanya lelah dan capek Dipta mau istirahat dulu”. Dipta beranjak dari ruangan itu menuju kamarnya. Tuan Darmawan yang dari tadi hanya diam melihat kecerewetan istrinya. “sudahlah ma berikan Dipta waktu untuk memikirkan apa yang telah terjadi”. Tuan Darmawan menasehati istrinya itu.
Tuan Darmawan mengerti apa yang dirasakan oleh anaknya Dipta tapi dia menyerahkan semua keputusan pada anaknya tersebut, Tuan Darmawan tau kekacauan yang terjadi sekarang juga ada andil dari istrinya.
“pasti Dipta dari kediaman mereka menemui Wanita itu, mau apalagi sih sudah jelas tadi dia menceraikan istri nggak tau diri itu”. sewot nyonya Laras
“cukup mah jangan berlebihan seperti ini, Dipta memang harus bertemu dengan Karina karena permasalahan mereka belum selesai”. Jawab Tuan Darmawan
“Ccck perempuan kampungan seperti itu nggak usah dikasih hati pa besar kepala dia”. ucap istrinya.Tuan Darmawan hanya bisa menarik nafas panjang melihat tingkah istrinya tersebut.
“papa harap mama tidak akan menyesal dikemudian hari karena perbuatan mama”. ucap tuan Darmawan.
Nyonya Laras yang tidak terima suaminya membela Karina menatap tajam suaminya itu. “papa lagi ngancam mama ?”. balas nyonya laras,
“papa hanya merasa khawatir dengan apa yang diucapkan Karina tadi ma, kalau sumpah nya terjadi kita tidak akan punya keturunan ahli waris dari Dipta”. Nyonya laras yang mendengar ucapan suaminya barusan ikut tertegun mengingat sumpah yang diucapkan Karina tadi.
“iiihss papa percaya dengan sumpah begituan , dia aja yang jahat sampai mengeluarkan kata kata seperti itu”. Nyonya laras ketakutan juga dengan apa yang diucapkan Karina, tapi kesombongan dan keegoisannya membuat dia berusaha menyangkalnya.
“nggak usah berlebihan pa, cucu kita akan lahir dengan selamat dan dia akan menjadi ahli waris keluarga Darmawan”. ucap Nyonya laras, Tuan Darmawan hanya diam mendengar ucapan istrinya. “setidak nya papa sudah memperingati mama, berhentilah mencaci maki karina karena kita tidak tau jalan hidup seseorang”. nasehat Tuan Darmawan.
Tuan Darmawan menyadari kalau apa yang telah diperbuat Dipta dan keluarganya sangat menyakiti hati Karina, dia hanya berharap Dipta dan Gina bisa hidup tenang setelah ini.
Sedangkan Dipta yang baru masuk kamar disambut dengan tatapan tajam dari Gina, yang saat ini masih belum tidur, Dipta hanya melirik sekilas pada Gina dan dia berjalan masuk kedalam kamar mandi Dipta tidak menghiraukan tatapan dari Gina terhadapnya.
Pikiran Dipta saat ini tertuju semuanya pada Karina, dengan misteri kehamilan yang dia bawa. Dipta sungguh sangat pusing dengan perginya Karina, dia tidak mengharapkan kepergian Karina seperti ini, tadi dia menceraikan Karina karena tersulut emosi mendengar perkataan istri pertamanya tersebut.
“kamu kemana Karin, mas minta maaf “. Dipta berbicara sendiri di depan kaca yang ada dikamar mandi, dia mengusap wajahnya dengan kasar, tiba tiba Dipta menangis melepaskan kegundahan dihatinya dia merasa sangat berdosa karena pernah punya pikiran tidak mau memiliki anak dengan Karina.
“apa yang telah aku lakukan ya Tuhan, ampuni dosa dosa hamba”. Dipta masih merenung dikamar mandi.
Dipta menyadari apa yang dia lakukan terhadap Karina benar benar kelewatan, dia menyesali kenapa Gina harus mengatakan semua kebusukannya.
“aku benar benar jahat, bagaimana caranya mas meminta maaf padamu Karin”. Dipta merasakan hatinya kosong setelah kepergian Karina dari rumah mereka tanpa membawa satupun pemberian dari Dipta.
Tidak berapa lama Dipta keluar dari kamar mandi menuju lemari pakaian, Gina menatap lurus kearah suaminya, Dipta yang telah selesai bertukar pakaian berjalan menuju ranjang dan segera merebahkan badannya yang terasa sangat capek tanpa melihat kearah Gina yang sedari tadi menunggunya.
Melihat Dipta yang sudah berbaring tanpa mengacuhkannya membuat Gina semakin marah “kamu tadi dari mana mas Dipta”. Dipta yang ditanya hanya diam tidak menjawab pertanyaan Gina.
“mas jawab, aku mau tau kamu dari mana?”. Gina yang kesal makin sewot dicuekin suaminya.
“kamu mencari perempuan yang sudah kamu talak tadi?”. cibir Gina yang masih duduk menghadap Dipta yang berbaring disampingnya.
Tidak mendapat respon apapun dari suaminya Gina akhirnya membaringkan tubuhnya. “awas saja kalau kamu pergi mencari dia lagi, aku akan perhitungan dengan Perempuan tersebut”. ancam Gina,
“jangan bikin masalah baru Gina, mas tidak mau kamu terlibat masalah dengan Karina”. Tegas dipta dengan nada yang keras.
“aku akan mencaritahu kamu pergi kemana malam ini, aku nggak terima kalau kamu masih mengejar dia”. balas Gina
“mas masih ada urusan sama Karina”. dipta akhirnya duduk dari tidurnya dan menatap istrinya yang berbaring saat ini.
“urusan apalagi mas, kamu sudah jatuhkan talak, kalian sudah bercerai, mau apalagi? Aku nggak mau tau kamu harus segera mengurus surat perceraian kalian secepatnya”. Ucap karina balas menatap pada suaminya itu.
“jangan berlebihan jadi orang Gina, bagaimanapun Karina masih istri mas sampai hari ini, walaupun tadi sudah jatuh talak tapi masih ada masa iddah nya”. jelas Dipta, mendengar jawaban Dipta membuat panas Gina
“jadi mas mau balikan sama dia, maksud nya begitu? Kamu mau anak kita nggak punya status karena lahir tidak tercatat di negara?” ujar Gina dengan mata berkaca kaca, melihat istrinya yang hampir menangis Dipta menarik nafas panjang, dia tau kalau sudah begini akan makin ruwet masalahnya.
“sayang maksudnya mas bukan begitu, kita kan bisa bicarakan baik baik dengan Karina mengenai status anak kita ini”. Dipta mengusap lembut tangan istrinya yang sedang marah saat ini.
“aku nggak mau mas, pokoknya mas dipta harus mengurus segera surat cerai dengan Perempuan itu, ingat kamu sudah janji mas”. rajuk Gina dia tidak akan memberi kesempatan untuk Dipta berbaikan lagi, dia tidak mau menjadi istri kedua selamanya.
“Ya sudah kamu sekarang tidur ini sudah sangat malam tidak baik untuk kesehatan anak kita”. bujuk dipta.
Gina yang juga capek akhirnya menuruti apa yang disuruh suaminya, dia segera berbaring dan tidur membelakangi suaminya, Dipta yang melihat istrinya masih marah hanya bisa pasrah, dia sendiri sekarang juga pusing mengingat keberadaan Karina yang pergi entah kemana. Dipta mencemaskan keadaan Karina saat ini.
Dipta membiarkan Gina yang tidur membelakanginya , Dipta membaringkan tubuhnya tidak berapa lama diapun tertidur. Lain halnya dengan Gina yang masih belum bisa tidur walaupun badannya sangat lelah.
kan ini yg kmu&keluargamu kehendaki..shock berjamaah💃💃👍