Happy Reading ....
Jangan lupa tinggalkan jejak berupa komen dan like ya
****
Sebagai anggota buangan klan Shen, Erlang Shen tidak diperbolehkan untuk menggunakan nama Shen di depan namanya. Oleh karena itu, dia membalik posisi namanya dan menjadikan Erlang sebagai marga. Banyak hal yang tak boleh dia lakukan, termasuk berkultivasi. namun, semua larangan itu tak dihiraukan olehnya. Dengan modal nekat, ia memulai kultivasinya. Ini adalah titik awal perjalanan sang legenda
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pena_Novel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28 Misteri Klan Qing
"Xie Han, akan kuberi kau kejutan," ucap Erlang Shen.
Swuuuussss
Erlang Shen menghilang dari sana. Dalam sekejap mata, ia sudah berada di halaman depan paviliun. Ia mendarat di halaman depan aula. Detik berikutnya, 3 orang prajurit klan Xie mati dengan tubuh yang terpotong.
"Hari itu, kalian semua datang ke klanku dengan niat buruk. Hari ini, aku yang mengunjungi kalian," ucap Erlang Shen.
Erlang Shen kembali menghilang. Erlang Shen membunuh para penjaga aula. Erlang Shen membunuh tanpa menyisakan satupun penjaga di dalam aula.
swuuuussss
Kraaaaaakkk
Aula klan Xie membeku. Patriak Xie Han dan para Tetua yang ada di dalam aula terkejut. Patriak Xie Han lebih terkejut lagi saat ia melihat Erlang Shen berdiri dihadapannya.
"Kau—" Xie Han tak dapat berkata-kata. Wajahnya memerah karena marah.
"Hari itu, kau membawa pasukan ke klanku, sekarang gantian. Aku yang akan membuat huru-hara di sini," ujar Erlang Shen.
"Nyalimu besar juga! Kau kesini hanya untuk mengantarkan nyawa," jelas Xie Han.
"Meski kalian ranah dewa sekalipun, kalian belum bisa membunuhku," timpal Erlang Shen.
"Nyalimu besar juga, bocah!" ucap Tetua Agung.
Erlang Shen tak menghiraukan ucapan Tetua Agung. Ia lantas mengeluarkan elemen es dan membekukan kursi yang diduduki oleh Xie Han. Diantara para petinggi klan Xie, Xie Han yang paling dibenci oleh Erlang Shen.
Boooommmmm
Kursi yang diduduki oleh Xie Han hancur berkeping-keping. Hal itu menyebabkan Xie Han semakin marah. Ia lantas menyerang Erlang Shen, tapi sebelum serangannya itu sampai kepada targetnya, Erlang Shen sudah berpindah tempat.
Boooommmmm
Aula sekte diledakkan oleh Erlang Shen. Para Tetua klan Xie langsung menyerang Erlang Shen bersama-sama. Bukannya mengenai Erlang Shen, serangan itu justru mengenai mereka sendiri. Para tetua klan Xie terkena serangan dari tetua lainnya.
Para Tetua klan Xie terpental puluhan meter. Tiga orang tetua memuntahkan beberapa teguk darah segar. Tubuh mereka pun membiru perlahan-lahan. Hal itu dikarenakan ada beberapa tetua yang menggunakan racun sebagai kekuatan utama.
"Terkena serangan dari rekan sendiri," ujar Erlang Shen dengan ekspresi mengejek.
Keenam tetua lainnya ingin menyerang, tapi Xie Han menghentikannya. Tentu saja para Tetua keberatan. Tetua ke-7 yang tak bisa menahan amarahnya langsung menyerang Xie Han dengan racun.
Untungnya, Xie Han menghindar, sehingga yang terkena racun adalah tetua ketiga yang berdiri di belakang Xie Han.
"Kak, mengapa emosi pengguna racun meledak-ledak?" tanya Lao Hu melalui telepati.
"Itu terjadi karena racun yang mereka gunakan membentuk spirit racun. Spirit itulah yang membuat emosi mereka meledak-ledak," jelas Erlang Shen melalui telepati.
"Aku punya ide." Lao Hu langsung menghilang. Ia muncul di langit dalam wujud seorang pemuda berambut putih.
Lao Hu membuka segel tangan dengan cepat. Tak beberapa lama kemudian, benang-benang merah memasuki tubuh Tetua ke-5, Tetua ke-7, dan Tetua ke-2. Benang-benang merah itu menyebabkan ketiga pengguna racun itu tidak bisa mengendalikan amarah mereka.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Erlang Shen kepada Lao Hu.
"Hanya bermain-main," jawab Lao Hu.
Ketiga Tetua pengguna racun itu tiba-tiba saja menjadi buas. Mereka tidak dapat mengendalikan diri mereka sendiri. Akibatnya, para Tetua, dan Xie Han yang menjadi sasaran mereka.
"Daripada repot-repot mengurus mereka, lebih baik memanipulasi emosi mereka," jelas Lao Hu.
"Nak, aku tahu kalau kau membenci klan Xie, tapi hentikan semua ini. Aku akan menceritakan semua hal tentang ibumu yang aku ketahui," ujar Tetua Agung.
"Baiklah, tapi kalau kakek membohongiku, akan kubuat mereka menjadi liar seperti sekarang," ucap Erlang Shen dengan nada mengancam.
Erlang Shen memberi kode kepada Lao Hu. Lao Hu mengangguk, dan membuat para Tetua dan Xie Han tertidur. Ia juga menghentikan racun yang menyebar di tubuh para Tetua.
"Nama asli ibumu adalah Qing Yun. Patriak menemukannya di gunung belakang klan saat ia sedang berkultivasi. Ia sempat mengutus beberapa Tetua untuk mencari tahu prihal klan Qing, tapi sampai sekarang tidak ada titik terang." Tetua Agung memulai penjelasannya. Ia membuat segel tangan, dan gambaran tentang kejadian berpuluh-puluh tahun yang lalu terlihat di hadapan Erlang Shen.
"Bayi kecil yang merah itu adalah ibumu. Melihat kondisinya, sudah dipastikan kalau ibumu baru saja dilahirkan." Tetua Agung menjelaskan sembari menunjuk ke arah proyeksi seorang pria setengah baya yang sedang menggendong bayi.
"Saat usianya menginjak 15 tahun, ibumu tiba-tiba saja menghilang selama 20 tahun. Saat kembali, ia tidak berubah sama sekali. Tak ada yang tahu kemana ibumu pergi selama 20 tahun itu. Setelah itu, ibumu meninggalkan klan. Ia hanya kembali beberapa kali. Lalu, setelah ia menikah, ia tidak pernah lagi kembali ke klan." Tetua Agung mengakhiri penjelasannya.
"Menghilang selama 20 tahun. Sama seperti yang kualami waktu itu. Mungkin saja ibu berkultivasi di suatu tempat atau ia pergi ke tempat lain," batin Erlang Shen.
"Sekarang, lepaskan mereka semua!" pinta Tetua Agung.
Dengan malas, Lao Hu membuat segel tangan dengan cepat. Seketika, para Tetua langsung terbangun. Mereka tidak menyadari jika di tubuh mereka sudah terpasang segel jiwa.
Lao Hu menghilang dan kembali ke wujud kucing. Pastinya, Tetua Agung tak mengetahui hal itu.
Erlang Shen menghilang. Ia pergi ke gunung yang terletak di belakang klan Xie. Erlang Shen melesat menuju ke puncak gunung.
"Dari proyeksi yang ditunjukkan oleh Tetua Agung, bayi ibuku di temukan di sini." Erlang Shen berhenti di sebuah batu besar berbentuk kubus. Saat ia memeriksa batu tersebut, Erlang Shen menemukan sebuah liontin giok berbentuk kepala Qilin. Dibelakang lencana itu, tertulis nama Qing Yun.
Erlang Shen menyimpan liontin giok itu kemudian memeriksa batu berbentuk kubus tersebut. Setelah memeriksa batu itu, Erlang Shen tak menemukan petunjuk lain selain lencana giok yang ditemukannya.
"Sepertinya Kakek tua itu tidak berbohong," ucap Erlang Shen.
Erlang Shen memeriksa tempat lain di puncak gunung tersebut. Tak beberapa lama, ia menemukan lencana lain yang tertimbun tanah. Lencana itu adalah lencana klan Qing, tapi lencana itu sudah rusak. Di samping lencana itu terdapat sisa-sisa portal yang sudah rusak dan tak mungkin lagi di perbaiki.
"Sebenarnya, klan Qing ini berasal darimana? Jika mereka menggunakan portal, tidak mungkin juga klan Qing berasal dari alam langit," gumam Erlang Shen.
"Bisa saja klan Qing berasal dari tempat tersembunyi di alam langit, tapi karena suatu hal, klan Qing menyembunyikan ibu kakak,$ jelas Lao Hu.
"Ada benarnya juga." Erlang Shen menimpali.
Ia memeriksa kembali puncak gunung tersebut, tapi ia tidak menemukan petunjuk lain mengenai ibunya atau klan Qing.