Di pungut oleh Ayahnya untuk menggantikan adik tirinya menikahi anak haram dari keluarga ternama.
Dia di tolak mentah-mentah oleh anak haram keluarga ternama itu, tapi pada akhirnya dia tetap menikah.
Dia harus menjalani kehidupan rumah tangga yang tidak menyenangkan karena suaminya begitu membenci dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
Amaya menyerahkan sepasang sepatu milik Mikha kepada Mikha sendiri selaku pemilik aslinya. Amaya mencoba sebaik mungkin untuk tersenyum dan berkata, "Maafkan aku, Nona. Aku benar-benar tidak tahu bahwa, sepatu yang sangat mahal seperti ini akan hancur di tanganku sendiri. Padahal, sebelumnya aku tidak pernah merusak satupun barang milik Tuan rumahku."
Mikha terdiam tak tahu harus mengatakan apa. Kesal, Tentu saja dia kesal karena sepatu itu adalah sepatu yang sangat mahal dan juga sangat sulit untuk didapatkan. Tetapi, kalau dia menunjukkan secara langsung kekesalannya di hadapan Edward, dia takut Edward akan memiliki kesan tidak baik terhadapnya.
Pada akhirnya, Mikha memutuskan untuk memaksakan senyumnya dan berusaha benar senyumnya itu untuk terlihat natural lalu berkata, "Tidak apa-apa, hanya sepasang sepatu nanti aku juga bisa membelinya lagi."
Amaya tersenyum dan membatin di dalam hatinya, membeli lagi? Sepasang sepatu itu jelas saja sudah bisa untuk membeli beberapa kendaraan sepeda motor, Amaya juga tahu benar sepatu itu adalah edisi terbatas dan tidak sembarang orang bisa mendapatkannya. "Sekali lagi, Tolong maafkan kesalahanku ini. Maafkan rasa sok tahu ku dan sok pintar sehingga membuat sepasang sepatu Anda yang berharga menjadi tidak berharga seperti ini."
Mikha kembali memaksakan senyumnya meski hatinya sedikit kesal. Menjadi tidak berharga katanya? Sebenarnya, Amaya akan bisa dia maklumi Jika saja tidak mengatakan kata-kata tidak berharga beberapa saat sebelumnya, mana mungkin barang yang sangat mahal seperti itu menjadi tidak berharga hanya dengan hitungan menit saja?
Edward menatap Amaya dengan tatapan kesal. Padahal, dia sudah meminta Amaya untuk membersihkan sepatu itu menjadi sebersih mungkin dan juga secepat mungkin bukan? Kenapa justru sepatu itu seperti tak di apa-apa kan? Bahkan, sepatu itu juga masih awet basah seolah sengaja tidak dikeringkan, padahal mesin pengering jelas ada di rumahnya bukan?
Mikha menerima pasang sepatu itu dengan caranya seolah dia benar-benar merasa jijik karena sepatunya benar-benar kotor sekali.
Edward tak tega melihatnya, dia menatap Mikha lalu berkata, "Tungullah beberapa saat lagi, Mikha! Aku akan meminta seseorang memberikan sepatu baru untukmu, sepertinya aku tidak bisa memberikan sepatu yang sama karena sepatu itu kan limited edition."
Mikha untuk menatap Edward dengan tatapan tak enak, "Tidak apa-apa, Tolong jangan terlalu dipikirkan." Pinta Mikha.
"Mana mungkin tidak dipikirkan seperti yang kau katakan?" tanya Edward tak enak hati. "Kalau kau pulang tanpa alas kaki, Tentu saja aku kasihan kakimu bukan? Kakimu, satu inci saja kulitmu terluka, jelas itu tidak bisa dibandingkan dengan harga sepatu bukan?"
Amaya tersenyum miring, lagi-lagi, ucapan semacam itu tentu saja digunakan oleh Edward untuk menyindir atau merendahkan dirinya. Tapi sayang sekali, Amaya tidak merasa terhina sama sekali dan tidak merasa rendah hanya karena ucapan Edward barusan. Memang benar dia hanyalah seorang pelayan saja di mata orang lain, tetapi Amaya tidak pernah menerima penghinaan dari orang lain yang ditunjukkan olehnya.
Amaya menghela nafasnya lalu berkata dengan sopan, "Kalau begitu, Saya permisi ya Tuan dan juga Nona?"
Amaya sudah akan bersiap untuk melangkahkan kaki meninggalkan tempat itu, tetapi itu dikalahkan oleh Edward beberapa detik setelah niat itu mulai ada.
"setelah merusak sepatu seseorang yang sangat berharga, kau ingin bersikap tidak terjadi apapun seolah-olah seperti itu hanyalah barang rongsok saja?" tanya Edward kesal dan dengan ekspresi dingin. "Ingat, sepasang sepatu itu bahkan lebih mahal dibanding harga dirimu, Jadi kalau tidak bisa bersikap seolah-olah kau baru saja mengotori barang bekas."
Amaya tersenyum tipis, dia memposisikan tubuhnya untuk menatap Edward dengan leluasa lalu berkata,"Anda benar-benar salah paham akan sesuatu, Tuan." Amaya tersenyum menatap Edward lalu kembali berkata, "Tolong jangan mengatakan bahwa harga sepasang sepatu itu lebih mahal dibanding harga diri saya. Setahu saya, Saya bahkan tidak memiliki harga diri sama sekali, akan terlalu memalukan jika saya dibandingkan dengan sepasang sepatu yang sangat berharga seperti itu?"
Edward mengeraskan rahangnya. Sungguh, Amaya benar-benar sangat bertingkah sekali hingga berkali-kali Edward harus menahan emosi hari ini.
Mikha memaksakan senyumnya seolah-olah dia tidak mengetahui apapun. Sebenarnya, mulai dari Amaya mengantarkan sepasang sepatu miliknya itu, Mikha seperti menyadari benar bahwa ada sesuatu diantara mereka yang tidak biasa. Tetapi, Mikha sudah memiliki rasa terhadap Edward jadi, selama Edward tidak terikat hubungan serius dengan wanita manapun juga, Mikha Tentu saja tidak akan pernah mundur sampai dia benar-benar mendapatkan apa yang dia inginkan.
Amaya menunduk tak lagi ingin terus bertatapan mata dengan Edward. Walaupun memang benar dia juga merasakan kemarahan yang sama atas apa yang terjadi kepadanya Salamah tinggal di tempat, tetapi posisinya benar-benar memaksanya untuk terus tunduk meski hatinya terus ingin memberontak.
Beberapa saat kemudian.
Amaya membuang nafas kasarnya, kedua kakinya benar-benar sangat pegal dan juga tidak tahan terus berdiri di ujung sana. Yah, sejak tadi, Amaya terus saja berdiri di ujung ruangan sembari melihat ke arah Edward dan juga Mikha yang entah mengobrol apa sejak tadi hingga mereka saling tertawa satu sama lain seolah-olah apa yang mereka bicarakan begitu seru dan juga menarik.
Tak lama kemudian, seseorang yang diminta Edward untuk memberikan sepasang sepatu untuk Mikha ini telah sampai sembari membawa sebuah box yang isinya adalah sepatu sesuai dengan ukuran kaki Mikha.
Mikha benar-benar tersenyum senang, dengan gerakan refleks dia langsung memeluk Edward lalu berkata dengan bersemangat, "terima kasih, Aku sangat suka dengan sepatunya!"
Edward memaksakan senyumnya, mengangguk setuju menanggapi ucapan Mikha barusan.
Beberapa saat setelah itu, Edward mengantarkan Mikha yang harus segera meninggalkan rumah itu dan melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.
"Kau pasti sengaja kan melakukannya?" tanya Edward dengan tatapan menyelidik yang diarahkan jelas kepada Amaya. Edward juga sengaja bertanya setelah Mikha sudah meninggalkan rumahnya tentunya.
Amaya tersenyum tipis, tak sedikitpun dia tunjukkan senyum itu di hadapan Edward. Entah dia benar-benar sengaja atau tidak, Tentu saja dia tidak akan mengakuinya secara langsung kepada Edward.
"kau benar-benar mengabaikan semua peringatan yang sudah aku berikan padamu ya? Apa kau sama sekali tidak perduli dengan sahabat baikmu baik yang bernama, Vanka itu,?" punya Edward dengan tatapan mengancam dan seolah-olah memperingati kepada Amaya untuk tidak melakukan hal yang sama.
Amaya terdiam sesaat karena dia benar-benar tidak boleh salah bicara dalam hal ini, "Aku bahkan juga melakukan kesalahan sekarang? Bukankah aku sudah meminta maaf dengan sungguh-sungguh, kenapa aku masih juga salah?"
lamalama jadi malas baca.
Semoga sukses selalu n lancar rejekinya🤗🤗🤗 ❤️❤️❤️🤲🤲🤲👍👍👍💪💪💪😘😘😘