NovelToon NovelToon
After Happy Ending

After Happy Ending

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Kaya Raya / TKP / Romansa / Pembaca Pikiran
Popularitas:1.5k
Nilai: 5
Nama Author: Yola Varka

Kehidupannya telah menjadi impian semua wanita, namun Beta justru mengacaukannya.

Bukannya menikmati hidup bahagia, ia malah membunuh sang suami yang kaya raya???

Dari sinilah, kisah kehidupan Beta mulai diceritakan. Kelamnya masa lalu, hingga bagaimana ia bisa keluar dari lingkar kemiskinan yang membelenggu dirinya.

Kisah 'Klasik'? Tidak!
Kehidupan Beta bukanlah 'Template'!

Flashback kehidupan Beta dimulai sejak ia masih sekolah dan harus bekerja menghidupi keluarganya. Hingga akhirnya, takdir membawakan ia seorang pria yang akan mengubah gaya hidup dan juga finansialnya.

Seperti kisah 'Cinderella' yang bahagia. Bertemu pangeran, dan menikah.
Lalu apa? Tentu saja kehidupan setelah pernikahan itu terus berlanjut.

Inilah yang disebut dengan,

'After Happy Ending'

Selamat membaca~

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yola Varka, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Suatu Hal yang Tertunda (2)

Sejak sebelum azan subuh berkumandang, Ibu mertuaku sudah membuat keributan di dapur. Ia membuatkan sarapan, empat sehat lima sempurna yang merupakan masakan andalannya sejak dahulu kala.

Lalu paginya, ibunda mas Arwan jugalah yang mengurus Sian agar bersiap untuk berangkat ke TK.

Dan lagi, entah sudah berapa omelan yang telah kudapat pagi ini. Kalau dihitung dengan jari pun, sepertinya harus dikalikan lagi. Intinya, sangat banyak dan tidak terhingga.

Aku hanya bisa mengelus dada sambil terus mengingat pesan dari mas Arwan, ketika menghadapi ibu-ibu satu ini.

"Biar saya saja yang nganter Sian," ujarku, ketika ibu mertuaku berniat mengantar dan menunggu Sian di TK sampai jam pulang.

Aku berusaha menghalangi karena selain tidak ingin merepotkan, aku juga sudah berjanji pada Sian agar tidak menungguinya lagi selama ia belajar di TK.

Dulu, aku memang pernah melihat seorang anak mengejek Sian dengan sebutan cemen, sebab aku terus menunggu di depan pintu kelas, tempat Sian belajar.

Dan akhirnya, setelah kejadian itu, aku memutuskan untuk menuruti permintaan putraku yang ingin belajar sendiri.

Tak apa. Dari sana, Sian juga bisa belajar tentang kemandirian. Dunia sekolah memanglah seperti itu. Meski tujuan utama bersekolah adalah untuk menuntut ilmu, namun sudah menjadi fakta publik bahwa ketika seseorang telah memasuki dunia sekolah yang berisi banyak orang, maka kita akan dituntut untuk beradaptasi.

Sekolah merupakan salah satu ujian kehidupan sosial yang akan dihadapi oleh setiap individu. Meski terkadang, hukum rimba juga berlaku di sana. Siapa yang kuat, dia yang berkuasa. Dari sanalah lahirnya jiwa pembully.

Dan kalau sampai hal semacam itu terjadi pada Sian, aku rela mempertaruhkan segalanya demi melindungi buah hatiku.

Kulihat, ibunda mas Arwan tampak sedang membatu Sian memakaikan sepatunya. "Aku yang bakal nganterin cucuku. Kamu sana, beres-beres rumah atau ngapain. Kamu pasti nggak mau nunggu Sian di sekolah, kan?" Aku sudah tidak terkejut melihat Ibu mertuaku yang tetap bersikeras. Beliau memang selalu begitu. Kepala batu.

"Maaf, Sian maunya sama saya." Aku pun juga tidak mau kalah.

Setelah memakai sepatu, Sian berjalan menghampiriku dengan kaki mungilnya. Ia lalu menggenggam tanganku dengan erat. Dalam hati, aku merasakan kemenangan berkat sikap putraku barusan. Kulihat, wajah ibu mertuaku mulai memerah.

'Ah, perasaanku jadi tidak enak.' Aku menelan ludah.

"Wah. Suka banget ngelawan orang tua, ya? Sama Arwan kamu juga gini? Nggak habis pikir aku! Bisa-bisanya, Arwan tiba-tiba ngenalin kamu yang asal-usulnya nggak jelas gini. Kamu di sini cuma numpang! Selama ini, Arwan yang udah bekerja keras sendirian. Enak, ya, tinggal nikmatin hasil jerih payah suamimu. Aku yang udah mendidik Arwan sampai bisa memberi kamu kemewahan seperti ini. Dasar tidak tahu diri!"

'Oh, tidak. Aku kena omel lagi.'

Aku sebenarnya juga tidak peduli dengan omelan ibuku ini, asal jangan di depan anakku. Aku tidak ingin Sian mendengar sesuatu yang buruk semacam ini.

Selama ini, aku selalu mengatakan hal yang baik-baik kepada putraku dan tak pernah sekali pun, aku ribut dengan suamiku di rumah. Itulah kenapa, saat ini wajah Sian tampak kebingungan ketika mendengar omelan dari ibu mertuaku untuk pertama kalinya.

Aku menyembunyikan Sian di balik tubuhku. "Maaf sebelumnya, jika ucapan saya terdengar menyinggung. Anda boleh memarahi atau menghina saya kapanpun, tapi tolong jangan di depan anak saya. Sian, saat ini sudah bisa memahami apa yang orang dewasa katakan. Jadi, jika anda tidak ingin suatu saat nanti anak ini membenci anda yang merupakan nenek satu-satunya, maka tolong jangan membentak saya di depan dia," ujarku tegas dengan wajah serius.

Aku tidak terima jika didikanku pada Sian selama ini jadi sia-sia. Anakku saat ini berada di usia, di mana ingatannya sedang aktif merekam setiap tindakan dan perkataan orang lain, lalu menirunya.

Sebagai sesama ibu, kini aku sudah bisa mengerti tentang rasa ingin melindungi dan melakukan segala hal demi sang buah hati.

Ibunda mas Arwan, kini hanya terdiam dan tidak terlihat berusaha membalas ucapanku barusan.

"Bunda, ayo belangkat. Nanti aku telat." Ucapan Sian, berhasil memecah keheningan yang sempat terjadi di antara diriku dengan ibunda mas Arwan.

Aku kemudian pamit kepada ibu mertuaku untuk pergi mengantar Sian atas permintaan anakku sendiri.

'Aku memang.'

Ibu mertuaku hanya bisa menunjukkan senyuman canggung kepada Sian, sebelum kami berangkat.

Sungguh, hari ini merupakan pagi yang sangat melelahkan. Jujur, aku kena mental. Dalam hati, aku merasa bersalah kepada mas Arwan. Karena kali ini, aku telah melanggar perintahnya padaku untuk tidak menjawab omelan ibundanya. Aku terpaksa, karena jiwa keibuanku yang tak bisa kubendung.

'Maafkan aku mas Arwan, karena telah membuat ibu yang telah melahirkanmu murka.'

...~...

"Wah, anda memang seorang petarung. Jadi anda sudah tidak takut lagi dengan beliau setelah itu?" tanya sang psikolog, setelah menyimak lanjutan dari kisah yang Beta ceritakan.

"Tentu tidak. Namun, suami saya tetap terlihat tunduk dan takut pada kedua orang tuanya." Jawaban dari Beta, membuat psikolog itu terdiam sesaat.

Hening. Beta terheran akan keheningan yang sedang terjadi, karena biasanya psikolog itu selalu banyak tanya.

"Kenapa anda melakukannya?" Pertanyaan dari psikolog itu, akhirnya muncul di tengah keheningan yang sempat melanda sebuah ruangan, tempat dua wanita itu berada.

Beta mengangkat kepalanya, guna menatap sang psikolog sebelum menjawab pertanyaan yang baru saja diajukan.

"Bukankah saya sudah pernah bilang, kalau saya membencinya? Saya sudah muak akan semua hal yang berkaitan dengan keluarga Beentang sialan itu!" Jawaban Beta kali ini diiringi dengan emosi, tidak seperti biasanya.

Psikolog itu juga terus mengamati seluruh gerak-gerik ekspresi di wajah pasiennya.

"Bukan. Saya tidak sedang membicarakan soal keluarga Beentang maupun kasus pembunuhan." Beta terheran setelah mendengar ucapan lawan bicaranya itu. Ia berpikir, bukankah psikolog itu terus menekan dirinya dengan pertanyaan tersebut agar dia mau mengatakan alasannya membunuh sang suami?

Psikolog itu terlihat menggeser kursinya mendekat ke arah Beta, sebelum melanjutkan kata-katanya. "Kenapa anda terus mengatakan kebohongan?" ucap sang psikolog dengan nada amat pelan, hampir seperti bisikan.

"Apa maksud anda?!" Beta tampak langsung menunjukkan ekspresi tidak suka, ketika dituduh telah berbohong.

"Hari ini, pihak kepolisian akhirnya berhasil mengungkap kebenaran dari kasus ini."

Bersambung......

1
Yarasary
keren Thor tetep semangat, yuk sama-sama berjuang

mampir juga ya di karya terbaru aku "RUANG HATI SANG KEKASIH" udah hiatus lama, jadi maklumilah kao ada kekeliruan atau kata yang sedikit ngga nyambung.

intinya semangat
Yola Varka: Makasih ya, udah mampir. Semangat berkarya❤️‍🔥
total 1 replies
EnanaRoja.
author, kamu keren banget! 👍
Yola Varka: Kalian penyemangatku🫶🥺
total 1 replies
mmmmdm
Jangan berhenti menulis, kami butuh cerita seru seperti ini 😍
Yola Varka: Makasih supportnya🫶
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!