RAVASTARA ( Struggle Of Love And Sacrifice )

@@@@@@

**Club Moonlight**.

Beberapa hari kemudian, ketika Ravandra yang merasa tertekan karena sampai sekarang tidak mengetahui nama dari Astara. Malam ini, dia terlihat menghabiskan waktunya di sebuah club ternama di kota S.

Dan dia tidak sendirian ada di tempat itu, ada Bastian yang di tugaskan untuk selalu mengikuti kemanapun Ravandra pergi, beserta dengan kedua sahabatnya yang merasa penasaran dengan sikap Ravandra yang berubah uring-uringan beberapa hari terakhir ini.

"Hei ... Bastian, sebenarnya apa yang terjadi dengan Tuanmu, dia seperti orang yang sedang patah hati," ucap penasaran Devano Artmajaya, sosok sahabat yang selalu ingin tahu apa yang terjadi pada Ravandra.

Dan dia tidak akan berhenti sebelum dia menemukan jawaban dari pertanyaan itu.

"Bahkan Tuan di tolak sebelum mengutarakan perasaanya," jawab Bastian yang yakin jika pertemuan Ravandra waktu itu tidak berjalan dengan baik.

Hingga hal itu sontak membuat kedua sahabat Ravandra tertawa terpingkal saat mendengar pengakuan dari Bastian barusan.

Karena mereka yakin jika tidak ada seorang wanitapun yang bisa menolak pesona Ravandra, dan sekarang mereka malah mendengar jika ada orang yang mengabaikan Ravandra sebelum Ravandra sempat mengutarakan perasaanya. Hal yang sama sekali tidak pernah mereka pikirkan sebelumnya, hingga mereka merasa penasaran akan sosok wanita tersebut.

"Benarkah itu Van," kata Devano setelah selesai tertawa.

"Wah ... aku jadi penasaran siapa wanita yang sudah menolak pesona seorang Ravandra," sahut sahabatnya yang lain, Kenzo Mahardika.

Sosok sahabat yang kocak dan hangat, yang terkadang menjadi orang yang suka memancing emosi Ravandra.

"Iya juga ya ..." ucap Devano membenarkan apa yang dikatakan oleh Kenzo barusan.

"Hei ... Bastian, apa kau punya fotonya, ayo .. tunjukkan pada kami, jika minta ke Tuanmu pasti tidak akan di berikan, jadi ... perlihatkan pada kami seperti apa wanita itu," ucap Kenzo pada Bastian.

Dan, mengabaikan Ravandra yang hanya diam sambil menatap tingkah mereka sedari tadi.

"Saya hanya memiliki salinan foto dari rekaman CCTV yang pernah saya lihat,"

"Jadi ... kamu sudah lama menyimpan foto itu tanpa memberitahuku Bastian?," ucap Ravandra yang merasa kesal saat Bastian teryata menyimpan salinan dari CCTV yang sempat di katakan Bastian pada dirinya waktu itu.

"Maaf Tuan, tetapi Anda tidak pernah bertanya mengenai hal itu, jadi saya pikir Anda tidak memerlukannya," jawab Bastian membela dirinya sendiri.

"Apa aku harus memberitahumu setiap detailnya Bastian," ucap Ravandra dengan suara beratnya yang membuat mereka serasa merinding mendengar nada suara Ravandra yang tidak biasa itu.

"Em ... Vandra, tahan dulu emosimu, kau tidak ingin membuat kekacauan di tempat ini bukan?," sahut Kenzo yang mencoba mengalihkan kemarahan Ravandra.

Sebab, diantara kedua sahabat Ravandra, hanya Kenzo yang sedikit berani untuk bicara pada Ravandra disaat Ravandra emosi seperti sekarang, meski sebenarnya dia juga merasa takut jika Ravandra akan melampiaskan kemarahan itu pada dirinya.

Namun yang paling dia tidak sukai adalah, saat dia harus menyaksikan Ravandra menghancurkan tempat yang mereka kunjungi sekarang. Sebab, dia tidak ingin membereskan kekacauan yang di sebabkan oleh Ravandra, karena kemarahan Ravandra itu lebih mengerikan dibandingkan wajahnya yang sering tersenyum pada banyak orang.

"Berikan ponselmu Bastian," ucap Ravandra ketika sedikit meredakan rasa kesalnya.

Bastian yang tidak ingin menjadi samsak hidup Ravandra pun memberikan ponsel miliknya, dan setelah mencari apa yang diinginkan Ravandra, Ravandra mengembalikan ponsel tersebut, tentunya setelah dia menghapus semua informasi yang sempat didapatkan Bastian mengenai Astara.

"Hei ... Vandra, kau tidak ingin memberitahu kami siapa wanita itu," sahut Devano yang masih penasaran dengan sosok wanita yang sudah menolak pesona seorang Ravandra.

"Tidak,"

"Tsk ... pelit banget," ucap Kenzo yang kemudian mendapatkan delikan tajam dari Ravandra.

Dan Kenzo yang di tatap seperti itu hanya bisa tersenyum canggung dan tidak berani lagi untuk berkomentar, hingga tidak lama dari keterdiaman mereka.

Seseorang tiba-tiba membuka pintu ruang VVIP yang mereka gunakan sedari tadi, hingga satu sosok wanita yang familiar di ingatan Ravandra masuk kedalam ruangan tersebut yang akhirnya membuat Ravandra tersenyum miring saat melihat sosok tersebut.

\*\*\*

**Satu jam yang lalu**.

Malam ini Astara meminta Arya untuk menemaninya ke minimarket terdekat, yang katanya dia ingin membeli beberapa snack kesukaannya.

Namun, saat Arya yang menemaninya, rupanya dia malah sibuk dengan panggilan dari seseorang yang Astara sendiri tidak tahu siapa. Dan ketika sedang memilih snack yang dekat dengan kaca yang mengarah keluar, Astara melihat satu sosok yang familiar di ingatanya, seseorang yang membuat dirinya mengalami kejadian yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya.

"*Kenapa wanita sialan itu bisa ada di kota ini?, apa mereka tinggal di sini, tapi kenapa dia pergi sendirian?, dan kemana dia pergi*?," batin Astara yang tidak sadar sudah mengikuti sosok wanita yang sangat dia kenal.

Dan, tanpa Astara sadari, rupanya wanita itu masuk ke sebuah club yang terlihat ramai akan pengunjung.

Merasa penasaran, Astara masuk ke club tersebut, dia bahkan tidak sadar jika dia sudah meninggalkan Arya di minimarket.

Hal yang mungkin akan membuat dirinya dalam masalah untuk kedua kalinya.

"*Yaampun ..., apa yang dilakukan wanita itu di tempat seberisik ini, dan di mana dia sekarang*?," batin bingung Astara sambil melihat ke sekeliling tempat yang terlihat sesak dengan banyaknya orang yang sedang menikmati kesenangan mereka dengan minuman keras dan beberapa hal yang membuat mereka senang.

Hingga tanpa dia sadari, seseorang menghampiri Astara yang hanya berdiri diam sambil melihat kesekitarnya.

"Hai cantik ... apa yang kau lakukan sendirian di tempat ini, mau bergabung bersamaku," ucap seorang pria yang menghampiri Astara.

"Tidak tertarik," jawab Astara tanpa melihat lawan bicaranya.

"Sombong sekali, setidaknya lihat lawan bicaramu saat bicara," ucap orang itu sambil mencekal tangan Astara, dan seketika Astara menoleh. Sebab, apa yang pria itu lakukan membuat Astara risih dengan sentuhan yang tiba-tiba itu.

"Lepaskan, tanganku," ucap Astara penuh penekanan.

Namun hal itu malah membuat Si pria tersenyum puas ketika melihat wajah cantik Astara, dan hal berikutnya yang terjadi adalah hal yang tidak pernah di bayangkan oleh pria itu sebelumnya.

**Duak**

Satu tendangan telak mengenai selangkangan pria itu, hingga apa yang dilakukan oleh Astara itu, membuat Si pria kesakitan sambil mengumpat kesal pada Astara.

"Wanita sialan!!," teriak marah pria itu, sambil memegangi selangkangannya.

Namun Astara terlihat terkikik melihat pria itu kesakitan, dan setelahnya dia memilih untuk pergi saat melihat beberapa orang terlihat menghampiri pria itu.

"*Gawat, aku sudah membuat masalah, harus lari kemana ini*," batin bingung Astara sambil menghindari beberapa orang yang sedang mengejarnya.

"Sialan, aku lupa ponselku," ucap Astara terkejut saat sadar dia lupa dengan tasnya yang tertinggal di mobil Arya.

Tak ingin tertangkap, Astara kembali berlari menghindari para bodyguard yang akan menangkapnya, hingga dia memutuskan memasuki sebuah ruangan yang dia yakini bisa membantunya bersembunyi untuk sementara waktu.

Dan ketika Astara membuka pintu itu, semua pasang mata yang ada di ruangan itu terlihat menatap kearah dirinya yang masih berdiri di depan pintu yang sudah tertutup sejak dia memasuki ruangan itu.

Namun, ada satu orang yang menyeringai saat melihat kedatangan Astara, orang yang diyakini Astara adalah orang gila yang sempat dia temui beberapa hari lalu.

"*Sialan, jika seperti ini, lolos dari kandang buaya, malah masuk ke kandang singa, aa ... kak Arya ... tolong aku* ..."

**TBC**