Rey Clifford, tuan muda yang terusir dari keluarganya terpaksa menjadi gelandangan hingga dipungut dan direkrut kedalam pasukan tentara. Siapa sangka bahwa di ketentaraan, nasibnya berubah drastis. dari yang tidak pandai menggunakan senjata, sampai menjadi dewa perang bintang lima termuda di negaranya. setelah peperangan usai, dia kembali dari perbatasan dan di sinilah kisahnya bermula.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edane Sintink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Istana Utara
...Bab 33...
Satu unit mini bus berhenti tepat di pinggiran hutan terjal. Bus mini itu saat ini berhenti di ujung jalan buntu dan tidak lagi bisa melanjutkan perjalanan.
Kini, dari dalam, sebelas orang dengan sepuluh diantaranya dengan mata tertutup kain hitam perlahan keluar dari Bus dengan meraba-raba setelah mendapat arahan dari seorang pemuda kaku berwajah datar. Kemudian, dengan cekatan tangannya melepaskan kain penutup mata pada salah satu dari sepuluh orang tadi.
"Buka penutup mata yang lainnya!" Perintahnya dengan tegas.
Setelah penutup mata mereka dilepaskan, kini semua orang saling pandang sebelum memperhatikan dimana mereka saat ini berada. Tapi, walau bagaimanapun mereka melihat, mereka tetap tidak bisa menebak berada di mana mereka saat ini.
Pemuda berwajah datar itu melihat ke arah jam tangan yang dia kenakan, kemudian melirik ke atas di mana saat ini ada tiga unit helikopter tentara yang mulai terbang mendekati mereka.
Begitu helikopter tadi tepat berada tiga puluh meter di atas mereka, terlihat tali panjang dijatuhkan dan pemuda berwajah datar tadi pun segera meraih ujung salah satu dari tali tadi, kemudian memberikan aba-aba agar mereka mengikuti apa yang dia lakukan.
Seperti hukum gravitasi tidak berlaku bagi pemuda itu, dia seperti melesat bergelantungan pada tali sebelum tangan kanannya meraih bagian kaki helikopter, dan langsung memasuki Helikopter tadi. Sementara sepuluh orang tadi, hanya bisa mengertakkan gigi mereka dan memaksakan diri agar bisa segera menyusul.
"Ramon. Sepertinya ini tidak akan mudah," kata salah seorang dari mereka sambil terus memanjat.
"Lakukan saja. Ini mungkin belum seberapa," jawab Ramon. Telapak dan jari-jari tangannya sudah merah dan perih. Tapi dia tetap tidak mau menyerah. Dia sehat, berbadan tegap, juga sudah biasa menderita. Jika hanya karena ini dia menyerah, lebih baik dia pulang, mengganti celana dengan daster dan bermain dengan boneka Barbie.
Melihat Ramon yang sangat gigih, sembilan orang lainnya pun juga tidak mau menyerah. Hingga pada akhirnya dengan menahan rasa perih pada tangan mereka, akhirnya mereka berhasil juga dan kini, mereka sudah sampai di atas.
Begitu semuanya sudah sampai, helikopter tadi langsung membumbung tinggi melayang membawa mereka menuju ke satu tempat yang masih belum mereka ketahui.
"Falcon. Sebenarnya, siapa tuan muda itu? Bagaimana Tuan muda memiliki koneksi dengan tentara?" Tanya Ramon penasaran. Jelas dia merasa penasaran. Karena, baik itu sopir mini bus, maupun helikopter yang menjemput mereka, semuanya ada logo tentaranya. Lagipula, jika bukan berpangkat tinggi, mana mungkin Rey bisa memerintahkan tentara dan helikopter untuk menjemput mereka. Mereka hanya orang sipil. Bisa menjalani pelatihan ala tentara pasti status Rey ini di ketentaraan sangat mengerikan.
Falcon menatap lurus kearah mata Ramon, kemudian dia memberi jawaban singkat. "Jangan mencari tau sesuatu yang tidak pantas untuk kau ketahui!"
Ramon dan dua orang lainnya langsung membungkam mulut mereka ketika mendengar jawaban dari Falcon. Saat ini, tidak ada lagi yang bersuara. Di sepanjang perjalanan itu, hanya suara mesin helikopter saja yang memekakkan telinga.
*********
Istana Utara.
Helikopter militer baru saja mendarat tepat di pelataran luas sebuah istana megah berbentuk kastil.
Di luar istana, karpet merah sudah digelar dan ada ratusan orang membentuk dua barusan berdiri di sepanjang karpet merah tadi.
Tidak ada satupun yang berani menyentuh karpet merah tersebut walaupun hanya dengan ujung kaki mereka. Sepertinya mereka akan tersengat listrik andai menyentuh karpet tadi.
Saat ini, seorang pemuda yang mengenakan pakaian dan jubah bersulam naga emas sedang berjalan sambil di kawal oleh empat orang berpakaian tentara.
Keempat orang ini adalah empat raja serigala yang dijuluki serigala Utara, serigala timur, serigala barat dan serigala selatan. Sedangkan yang di tengah, siapa lagi kalau bukan Rey.
Sejak hari penobatan dirinya, baru kali ini dia berkesempatan untuk menyambangi istana miliknya, hadiah dari kaisar kepadanya.
Jika bukan karena urusan Ryden yang membuat onar di kantor Sky provider, tentu dirinya sudah berada di istana ini sejak kembali dari kota kekaisaran.
"Selamat datang Yang Mulia, Raja Utara!" Kata mereka serentak.
Dengan tangan kiri menggenggam pedang, Rey mengangkat tangan kanannya memberi isyarat agar mereka tidak perlu berlutut.
"Tidak perlu berlutut!" Katanya sambil terus melangkah.
Setelah Rey memasuki pintu istana sambil diikuti oleh empat raja serigala, seorang lelaki tua juga mengikuti mereka.
"Yang Mulia. Perkenalkan, saya adalah kepala pelayan istana. Nama saya adalah John Larsson. Jika ada sesuatu yang kurang berkenan menurut Tuanku, harap sudi kiranya untuk menegur saya!" Ujar John Larsson sambil memberi hormat.
Rey mengangguk samar. Kemudian dia duduk di atas sebuah kursi bertahta emas.
Begitu Rey duduk, keempat raja serigala langsung berdiri di belakangnya.
"Terimakasih atas sambutan anda, Tuan Larsson," kata Rey dengan ramah. Tapi tidak ada yang tau apakah dia sedang tersenyum atau cemberut di balik topeng naga yang sedang dia kenakan.
"Tidak berani, Tuan. Itu adalah tugas saya!" Jawab lelaki yang usianya mungkin sudah kepala enam tersebut.
"Tuan Larsson jangan terlalu sungkan. Saya tidak terbiasa menerima penghormatan dengan cara seperti itu. Saya adalah seorang prajurit. Jadi, tidak perlu terlalu membungkuk, apa lagi berlutut,"
"Terimakasih atas kebaikan Yang Mulia!"
Rey mengangguk. Kemudian dia meminta kepada John Larsson untuk memperkenalkan seluruh bangunan istana itu kepadanya.
John Larsson pun menyetujui dengan senang hati. Kemudian, keenam orang itu pun berjalan mengelilingi sekitar bangunan dengan mobil mini sambil mendengarkan penjelasan dari John Larsson.
"Yang Mulia, istana ini sebelumnya adalah istana pribadi milik kaisar dan hanya digunakan saat Yang Mulia kaisar mengunjungi Utara saja. Akan tetapi, sejak beberapa tahun ini, kesehatan Kaisar mulai terganggu, sehingga beliau tidak lagi bisa mengunjungi kekaisaran bagian Utara ini. Namun begitu, Yang Mulia kaisar tetap memerintahkan agar istana ini tetap dijaga, dan dirawat dengan baik. Kini saya merasa bersyukur karena istana ini sudah mempunyai pemilik. Selamat kepada Yang Mulia Raja Utara!" Kata John Larsson sambil terus membawa Rey dan rombongannya berkeliling.
"Tuan Larsson. Kemungkinan saya tidak akan menetap di istana ini. Bagiku, istana ini terlalu besar dan nyaman. Tidak baik bagi ku untuk berada di tempat yang nyaman seperti ini. Itu bisa menumpulkan insting ku. Kelak, anda akan terus berada di sini dan bertanggung jawab atas istana ini,"
"Sesuai perintah anda, Tuan!" Jawab John Larsson yang sedikit merasa kecewa karena Rey hanya berkunjung saja dan tidak memiliki rencana untuk menetap. Tapi dia tidak kehabisan cara. Kemudian dia pun kembali berucap. "Tuanku. Di istana ini, ada satu tempat yang sangat menarik. Biasanya, ketika kaisar berada di sini, beliau selalu berada di ruangan tersebut untuk bersemedi. Hawa murni di ruangan tersebut sangat melimpah selain kaisar juga banyak menyimpan benda-benda yang langka di sana. Antara benda-benda tersebut, ada ramuan herbal yang berusia seribu tahun, juga ada bermacam-macam jenis pil pelatihan yang bisa meningkatkan tenaga dalam bagi seorang praktisi beladiri. Apakah anda tertarik? Jika Anda tertarik, maka saya akan membawa anda untuk melihat-lihat tempat tersebut,"