Hari pernikahan adalah hari bahagia, dimana di satukan nya dua hati dalam satu ikatan suci. Tapi sepertinya, hal itu tidak berlaku untuk Keyra.
Tepat di hari pernikahannya, ia justru mengetahui pengkhianatan calon suaminya selama ini dan hal itu berhasil membuat hati Keyra hancur. Dia menyesal karena tidak mendengarkan keluarganya dan memilih percaya pada calon suaminya.
Tapi, nasi sudah menjadi bubur dan Keyra harus menerima semua konsekuensinya.
Keyra dengan tegas membatalkan pernikahan mereka di depan tamu undangan. Tapi, ia juga berkata jika pernikahan ini tetap akan di gelar dengan mengganti mempelai pria. Dia menarik seorang pria dan memaksanya menikah dengannya tanpa tahu, siapa pria itu.
Bagaimana kehidupan Keyra selanjutnya? Akankah pernikahan Keyra berakhir bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mutzaquarius, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Brakh
Alexio menggebrak meja ketika kabar itu sampai di telinganya, dadanya seketika bergemuruh seperti gunung yang siap meletus. Tidak percaya, ia menatap kosong ke depan, mencoba menenangkan pikirannya, tetapi justru emosi yang semakin membara. "Keyra!" gumamnya, dengan nada bergetar antara kesal dan marah
Ia menarik napas panjang, berusaha mengendalikan gejolak di dadanya. Namun, bayangan saat Keyra bertemu dengan mantan kekasihnya, membuat pikirannya berputar liar.
"Bagaimana bisa? Kenapa kau tidak memberitahuku? Apa yang sebenarnya kalian bicarakan?" Suara hatinya terus bertanya, tetapi tidak ada jawaban yang menenangkan. Baginya, ini bukan hanya tentang pertemuan biasa, atau Keyra memang sengaja melamar pekerjaan di tempat mantannya bekerja agar bisa bertemu setiap hari?
"Ck, untuk apa aku memikirkannya? Itu bukan urusanku," gerutu Alexio. Dia duduk diam di ruangannya, menatap kosong ke arah jendela. Hatinya terasa berat, seperti ada sesuatu yang mengganjal tapi sulit untuk diungkapkan. Sebuah pertanyaan yang terus berputar di kepalanya.
Marah? Tentu saja ada. Kecewa? Mungkin. Tapi dari mana rasa kecewa ini berasal? Hingga ia teringat satu kata yang enggan untuk ia akui.
"Cih, tidak mungkin aku cemburu," gumam Alexio . Dia menghela napas panjang, mencoba memahami perasaan itu. Pikirannya mulai menjelajah, apa ia takut kehilangan? Atau hanya sekadar terluka karena bayangan seseorang dari masa lalu istrinya masih punya tempat, meski sekecil apapun?
"Tidak, itu tidak mungkin. Setelah apa yang dia alami, tidak mungkin dia dengan mudah menerima pria itu kembali. Hanya orang bodoh yang berfikiran seperti itu."
Walaupun dia mencoba meyakinkan dirinya, tapi tetap saja ia penasaran, kenapa Keyra memilih perusahaan itu untuk bekerja? Apa dia tidak tahu perusahaan siapa yang ia datangi? Tidak, tidak mungkin Keyra tidak tahu. Jadi, apa artinya Keyra sengaja?
"Sepertinya, aku harus melakukan sesuatu. Aku juga tidak mau di rugikan," gumam Alexio.
Dia benci mengakuinya, tapi mungkin memang itu yang ia rasakan. Sesuatu di dalam dirinya, ego atau mungkin perasaan lain yang mulai muncul di hatinya.
Namun, rasa ini datang bukan tanpa alasan. Bukan sekadar takut kehilangan, tapi juga karena perasaan lain di sudut hatinya. Dan justru itulah yang membuatnya semakin bingung.
"Tidak mungkin," gumam Alexio. Ia pernah merasakan nya, dulu saat pertama kali ia bertemu dengan mantan istrinya. Perasaan yang bisa membuat hatinya bergetar, tapi dia terlalu takut mendapatkan balasan yang sama.
Alexio menunduk, meremas kedua tangannya, mencoba meyakinkan dirinya jika ini tidak seperti yang ia rasakan. Ini berbeda karena mereka tidak saling mengenal.
"Mungkin seharusnya, aku menerima tawaran Keyra untuk membuat surat kontrak pernikahan," gumam Alexio. "Tidak, bukan dia, tapi aku yang akan menawarkan hal itu padanya."
...****************...
Keyra dan Alexio baru saja selesai makan malam. Tidak seperti sebelumnya, yang mana Alexio selalu membereskan meja makan, karena sudah ada asisten rumah tangga yang akan melakukannya. Pria itu mengusap mulutnya menggunakan serbet makan dan berkata, "temui aku di ruang kerja. Ada yang ingin aku bicarakan."
Tentu, hal itu membuat Keyra penasaran. Tanpa menundanya, ia menyusul Alexio yang lebih dulu pergi ke ruang kerja.
"Ada apa?" tanya Keyra, sesaat setelah masuk di ruang kerja Alexio.
"Duduklah!" Alexio meraih dokumen yang telah disiapkan sebelumnya, meletakkannya di meja di antara mereka. "Aku sudah mempertimbangkan tentang surat perjanjian kontrak pernikahan. Bukan karena aku meragukan mu atau hubungan kita, tapi lebih ke arah memastikan semuanya jelas sejak awal."
"Maksud mu?" tanya Keyra bingung. Dia mengambil dokumen tersebut dan membacanya dengan kening yang mengkerut tajam. Namun tiba-tiba, kedua matanya membelalak sempurna dengan suara yang memekik keras. "APA?"
"Ck, apa kau tidak bisa mengecilkan suaramu, hah? Lama-lama, gendang telinga ku sakit karena mu," gerutu Alexio.
"Aku tidak peduli. Tapi, apa maksud semua ini, hah? Aku menawarkan surat kontrak pernikahan, tapi kau menolaknya. Sekarang, kau justru membuatnya dan memberikan poin-poin yang jelas merugikan ku. Aku tidak mau tanda tangan," tolak Keyra.
"Aku tidak menerima penolakan. Tanda tangan sekarang, atau kau keluar dari tempatmu bekerja?"
"Kau!!" Keyra menarik nafas dalam dan berkata, "beri aku waktu."
"Tanda tangan sekarang! Lagipula, poin-poin yang aku berikan tidak berat. Kita hanya perlu menjalani pernikahan ini tanpa ada perceraian dan orang ketiga. Dengan begitu, kau bisa mendapatkan harta ku, apalagi, jika kau memberiku keturunan. Mudah, bukan?"
"Tapi, bukan itu mau ku." ingin rasanya Keyra mengatakan hal itu. Tapi, lidahnya terasa kelu, kata-katanya seolah tertahan.
Mereka tidak saling mencintai, tapi dipersatukan dalam ikatan pernikahan, dan semua karena dirinya. Ia pikir, mereka akan menjalani pernikahan kontrak, dimana selama satu tahun mereka akan berpisah dan menjalani hidup masing-masing. Tapi sepertinya, hal semacam itu tidak berlaku untuk Alexio.
"Sebelum aku menandatangi nya, aku ingin tanya. Kenapa tiba-tiba kau membuat surat kontrak seperti ini? Apa kau takut menduda lagi, hah? Kau tampan dan juga kaya, Lex, seharusnya kau tidak perlu takut tidak mendapatkan pasangan," ucap Keyra. Tanpa ia sadari, ucapannya sudah berhasil menorehkan hinaan sekaligus membuka luka lama Alexio. Bahkan saat ini, ekspresi wajah pria itu sulit untuk di artikan.
Ada rasa marah yang tertahan, yang siap meledak kapan saja.
"Baik, jika itu mau mu." Alexio mencoret semua poin yang ia tulis di dokumen tersebut dan menggantinya dengan pernikahan kontrak selama 1 tahun. Setelahnya, ia memberikan dokumen tersebut pada Keyra dan pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun.
"Ck, apa dia sedang datang bulan? Sensitif sekali," gerutu Keyra.
...****************...
Pagi harinya, meski matahari baru saja terbit, Keyra sudah bangun lebih awal dengan semangat bercampur gugup yang menggelitik dadanya. Ini adalah hari pertama dia bekerja, dan semua persiapan harus sempurna.
Dia menatap di sampingnya, dan tidak menemukan Alexio di sana. Tapi, ia tidak peduli. Dia berdiri di depan lemari, menatap barisan pakaian yang telah dipilih sejak semalam. Setelah beberapa saat ragu, dia akhirnya memutuskan memakai pakaian yang menurutnya paling rapi dan profesional. "Aku harus meninggalkan kesan pertama yang baik," pikirnya sambil memastikan setiap detail agar terlihat sempurna.
Setelah itu, dia menyiapkan tas kerjanya. Buku catatan, pulpen, dan dokumen penting, semuanya diperiksa dengan teliti. Dia tidak ingin ada yang tertinggal. "Sepertinya, aku harus membeli laptop," gumamnya.
Waktu terus berjalan, dan dia sadar betapa pentingnya untuk datang tepat waktu. Sebelum berangkat, dia bercermin sekali lagi, menarik napas panjang, dan berkata pada dirinya sendiri, "Kau bisa melakukannya, Key. Semangat!" Dia keluar dari kamar, menuju ruang makan dimana sarapan sudah terhidang di atas meja. Namun, ia tidak melihat Alexio di sana. "Apa dia marah?" batin Keyra.
"Selamat pagi, nyonya," sapa Bi Mira, asisten rumah tangga mereka.
"Selamat pagi, bi. Oh iya, dimana Alexio?" tanya Keyra.
"Tuan sudah pergi, nona."
"Oh!" Keyra mengangguk pelan dan menyantap sarapannya. Setelahnya, dia buru-buru pergi menggunakan taksi yang sudah ia pesan sebelumnya.
"Huh, aku gugup sekali," gumamnya. Dia menarik nafas berulang kali, mencoba menenangkan dirinya. Namun saat taksi yang ia tumpangi berhenti di depan gedung kantor, perasaannya semakin tidak menentu.
"Ini adalah awal baru. Kau pasti bisa, Key!" pikirnya, sebelum melangkah masuk dengan senyuman optimis.
"Permisi, saya Keyra, karyawan baru di sini," ucap Keyra.
"Oh, Keyra Arvina, ya?" tanya resepsionis yang di jawab anggukan oleh Keyra.
"Ruangan mu ada di lantai empat. Tapi sebelum itu, kau di minta menemui manager di ruangannya, di lantai yang sama," ucap resepsionis.
"Oh, begitu. Baiklah, terima kasih." Keyra bergegas menuju lantai tiga, dimana ruangan manager berada. Dengan langkah yang tergesa-gesa, ia sampai di depan ruangan manager. Dia berdehem pelan dan mengetuk pintu tersebut.
"Masuk!"
Keyra mengkerutkan keningnya, merasa tidak asing dengan suara tersebut. Tapi, ia tidak terlalu memikirkannya dan memilih untuk masuk ke ruangan tersebut.
"Selamat pagi, tuan," sapa Keyra.
"Selamat pagi, Keyra."
Deg
ʙɪᴀʀ ᴍᴀᴍᴘᴜs ᴅʏ
..ᴄᴘ" ᴢ