Setelah aku selamat dari kecelakaan itu, aku berhasil untuk bertahan hidup. Tetapi masalah yang kuhadapi ternyata lebih besar daripada dugaanku. Aku tersesat dihutan yang lebat dan luas ini. Aku mungkin masih bisa bertahan jika yang kuhadapi hanyalah binatang liar. Tapi yang jadi masalah bukanlah itu. Sebuah desa dengan penduduk yang menurutku asing dan aneh karena mereka mengalami sebuah penyakit yang membuat indera penglihatan mereka menjadi tidak berfungsi. Sehingga mereka harus mencari "Cahaya" mereka sendiri untuk mengatasi kegelapan yang amat sangat menyelimuti raga mereka. Mereka terpaksa harus mencari dan mencari sampai bisa menemukan mata mereka yang hilang. Dan akhirnya mereka bertemu dengan kami. Beberapa penumpang yang selamat setelah kecelakaan itu, harus bertahan hidup dari kejaran atau mungkin bisa kusebut penderitaan mereka atas kegelapan yang menyelimuti mereka. Berjuang untuk mendapatkan "Cahaya Mata" mereka kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Foerza17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Asal Usul Desa Soca
Tiga orang sudah berhasil aku habisi, tinggal 4 lagi. Kemudian aku bersiul untuk memancing dan mengetahui dimana lokasi mereka saat ini. Terdengar suara yang berteriak dengan keras mengumpatku untuk segera menampakkan diri.
"Ngapain kalian sampe nyari kesitu," batinku. Aku pun segera menuju ke sumber suara itu.
Aku menyibak semak dengan cepat dan segera mencari keberadaan mereka. Aku melihat sosok bayangan hitam yang bergerak dikejauhan sana. Aku pun segera menghampirinya. Beberapa langkah kemudian, ketika aku bersiap untuk melancarkan serangan berikutnya, aku terkejut ternyata itu bukan salah satu dari berandalan itu, melainkan seorang zombie dengan perawakan yang abnormal.
Zombie itu bertubuh jangkung, buntung tangannya, dan kepalanya dengan ekstrim mendongak keatas. Mulut yang menganga dan tanpa tulang hidung. Kelopak matanya terlihat menutup dan kedua daun telinganya yang sudah hilang menyisakan lubang telinganya saja. Melihatnya saja aku langsung merinding ke sekujur badan, tapi aku ada ide.
Aku bersiul dan suaraku melengking mengisi kesunyian didalam ladang tebu ini. Tiba-tiba terdengar suara langkah kaki yang cepat dan batang tebu yang bergesekan menuju kearahku. Aku sempat terkejut dan segera melarikan diri dari area ini. Aku menyelinap diantara tebu dengan pandanganku menyapu seluruh area di sekelilingku.
Terlihat salah seorang dari berandalan itu datang. Dia terlihat membawa sebuah kunci pas berukuran besar. Dia juga terlihat sedang mencari-cari keberadaanku. Kemudian aku pun kembali bersiul dengan nyaring. Dia langsung menoleh kearahku dan langsung menyeringai layaknya seekor harimau yang telah menemukan mangsanya. Tetapi sayang, kali ini dia mengejar seekor kancil yang terkenal akan sifat cerdiknya.
Aku mundur perlahan dan dia dengan tatapan penuh dendam berjalan kearahku. Kemudian aku bersiul untuk kedua kalinya. Dia terlihat keheranan melihat tingkahku itu. Dia langsung bersiap untuk memukulku dengan kunci pas yang dia pegang itu.
"Tamat riwayatmu," ucap berandalan itu dengan senyum yang menyeringai.
Tiba-tiba zombie abnormal tadi langsung menerjang tubuh berandalan itu dari belakang. Mereka berdua pun terjatuh. Aku segera menghindar dari area itu dan terus bersiul untuk memancing para zombie itu kemari. Beberapa zombie pun muncul dan mulai mengerubuti berandalan yang terjatuh tersebut. Berandalan itu sekuat tenaga memberontak melepaskan diri dari kepungan zombie yang lapar.
Aku pun merasa puas melihat berandalan tengik itu dikeroyok oleh puluhan zombie. Dia terlihat meronta-ronta karena kedua bola matanya dicongkel secara paksa oleh puluhan kuku-kuku tajam yang haus akan matanya.
Tiba-tiba seorang zombie menerkamku yang masih asyik menikmati tontonan gratis itu dari arah belakang. Aku segera membantingnya dan berteriak kearahnya.
"Serang dia! Jangan serang aku!" gertakku. Tak disangka, tiba-tiba dia menurut dan langsung bergabung dengan teman-temannya untuk mengeroyok berandalan itu.
Aku tercengang melihat dia langsung menurut. Kemudian aku bersiul lagi untuk memanggil beberapa zombie lain agar ikut untuk mengeroyoknya. Zombie-zombie pun berdatangan. Berandalan itu dicabik-cabik dengan sadis diantara lebatnya ladang tebu ini. Aku pun menjauh dari area ini segera.
Sebelum aku sempat menjauh, terlihat seorang rekan berandalan itu datang. Rekannya terlihat sangat syok dan langsung melarikan diri dari sana. Rintihan minta tolong dari rekannya yang hampir sekarat tak ia hiraukan. Aku hanya tersenyum sinis kemudian mengikuti pergerakannya dari belakang.
"Empat. Setelah itu lima,"
Aku mengejarnya hingga sampai ke penghujung ladang. Aku berteriak kearahnya dan dia pun menoleh. Berandalan itu membawa sebuah golok ditangannya. Dia langsung tersenyum menyeringai kearahku.
"Lu juga panik kan denger siulan misterius itu. Siulan yang memanggil para warga tumbal yang membuat mereka bertingkah layaknya seorang zombie," ucapnya.
"Warga tumbal? Maksud lu apa?" tanyaku.
"Oiya lu kan bukan orang sini. Percuma juga gue njelasin hal ini ke elu," jawab dia sembari terkekeh.
"Lu juga berasal dari sana ya? Dari Desa Soca?" tanyaku lagi.
"Darimana lu tau nama desa gue?" dia bertanya balik.
"Gue udah dari sana sebelum bertemu sama elu elu pada. Gue disana udah kehilangan banyak temen gara-gara tersesat disono. Ck belibet banget pake logat dia," dia pun tercengang mendengar perkataanku.
"Gak mungkin. Lu gak mungkin bisa keluar dari desa itu," ucap berandalan itu sembari menggelengkan kepalanya seakan tak percaya.
"Memang mustahil. Tapi teman-temanku mengorbankan nyawanya untuk menyelamatkan kami semua. Kami bekerja sama saling bahu membahu agar bisa keluar dari desa terkutuk itu. Dan kau malah tega meninggalkan teman-temanmu yang sudah sekarat tidak berdaya disana hah!" aku berteriak kepadanya.
Sejenak suasana menjadi sunyi. Angin malam membelai pelan menerpa tubuhku. Awan tersingkap membiarkan cahaya rembulan yang lembut menyentuh wajahku.
"Teman-temanmu sekarat, tetapi kau malah memikirkan dirimu sendiri dan masih menuruti nafsu birahimu saja. Dimana akal sehatmu?" aku terus menerus mendesaknya untuk mengatakan hal yang sejujurnya.
"Tahu apa lu soal teman-teman gue hah?" teriaknya. Bulir bening mulai menetes di pipinya.
"Tahu apa lu soal keluarga gue? Saudara gue, temen-temen gue, tahu apa lu sama mereka?"
"Mereka ditumbalkan oleh makhluk jelek dan busuk hanya karena peraturan bodoh yang cuman menguntungkannya saja. Bahkan memikirkan kesejahteraan kami pun dia tidak bisa. Tahu apa lu tentang kesengsaraan yang kami alami dulu hah?"
"Apa maksudmu?" aku masih belum mengerti apa yang sebenarnya dia bicarakan.
"Kami dulu hidup dengan makmur. Tetapi sebuah kesalahan merubah hidup kami seketika,"
#############################
Ada sebuah larangan tak tertulis yang selalu dipatuhi oleh penduduk desa kami, yaitu apapun yang terjadi, ketika malam ini bulan purnama, besoknya selama 3 hari jangan ada yang memancing di sungai besar.
Entah siapa yang melarang warga setempat untuk jangan pernah memancing pada hari itu, tetapi kami semua mematuhi dan menuruti larangan itu. Kami yang setiap hari selalu diberkahi oleh hasil hutan yang bagus dan hasil buruan yang selalu memuaskan, tidak terlalu bergantung kepada hasil sungai atau memancing.
Namun pada suatu hari, saat itu hasil hutan dan hasil buruan sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Buah-buahan yang kami tanam serentak pada masa itu belum berbuah dan kami tidak melihat adanya binatang yang berkeliaran seperti biasanya. Para pemuda pun kebingungan dan merasa sedih kalau hari ini kami tidak membawa makanan ke keluarga kami. Kejadian itu berlangsung kira-kira selama satu minggu.
Kami pun berkumpul di pelataran rumah tetua desa untuk mendiskusikan masalah ini. Akhirnya kami pun sepakat untuk mencoba mencari penghidupan dengan memancing. Kami pun segera menyiapkan alat memancing untuk keesokan harinya.
Para laki-laki sudah menyiapkan pancing, jala, tombak dan sebagainya kemudian bersama-sama menuju ke sungai besar. Kami pun mendirikan beberapa pondok kayu disana untuk menginap kalau saja kami tidak mendapatkan seekor ikan pun dan bisa menginap disana sampai larut malam.
thor...sehat2 yah cuaca lagi buruk..banyak yg sakit...