Cerita ini menguak kisah tentang seseorang yang mempunyai masa lalu kelam di dalam hidupnya, sebut saja namanya Namira seorang gadis yang memiliki hubungan spesial bersama pria beristri, sebut saja nama pria itu Samudera, seorang pria yang mempunyai masalah berat dengan istrinya hingga membuatnya bermain api dengan seorang gadis yang bekerja sebagai waiters di salah satu restaurant.
“Mas, aku hamil,” ucap Namira, sedang pria itu hanya terdiam, dia tidak tahu harus bahagia atau berduka mendengar kabar ini.
“Mas, kenapa diam,” ucap Namira sekali lagi.
“Iya Mir, aku turut senang dengan kehamilanmu jaga baik-baik ya anak kita,” sahut Sam, yang aslinya di dalam pikirannya dihantui rasa bersalah yang teramat dalam terhadap istrinya.
Saksikan kelanjutan kisahnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
Namira langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan untuk mereka berdua, tanpa di sadari air mata mulai membasahi pipinya, dia bingung harus berbuat apa, di sisi lain dia harus menggunakan uangnya untuk mengganti kerusakan barang-barang yang sudah hancur, karena itu salah satu sumber pencariannya, tapi di sisi lain hatinya akan sedih jika harus menunda keinginan Sean untuk berangkat ke Jakarta.
"Ya Allah semoga saja, ada sisa uang setelah pembenahan nanti," ucap Namira sambil mengiris wortel dan juga tempe yang akan dia masak untuk sarapan kedua anaknya.
Ketika Namira sudah selesai memasak tiba-tiba saja di depan rumahnya terdengar suara para warga yang sepertinya sedang membicarakan kedainya yang telah hangus di lahap si jago merah.
"Eh, ibu-ibu itu kenapa ya, kedai si Namira kok hancur gosong seperti itu, apa di tempat Namira semalam terjadi kebakaran ya," ucap salah satu warga.
"Iya nih, kasihan sekali nasib Namira padahal kedai itu satu-satunya mata pencahariannya, ayo ibu-ibu kita datengin rumahnya," sahut salah satunya lagi.
"Assalamualaikum," ucap para ibu-ibu refleks kedua anak balita yang ada di kamar pun keluar mendengar suara para ibu-ibu tersebut.
"Walaikumsalam," sahut keduanya.
"Ibunya mana Nak?" tanya ibu yang memakai kerudung merah muda itu.
"Mama masih masak di dapur Ibu Dian," sahut Sean.
"Memangnya ada apa para ibu-ibu sayang kemari?" tanya Nasa dengan polosnya.
"Memangnya kau tidak tahu dengan kejadian di depan," sahut Ibu Dian yang balik bertanya kepada anak Namira.
Sean pun langsung berlari ke depan ketika Ibu Dian tadi berbicara seperti itu kepada adiknya. "Adik ... Kedai Mama hancur Dik!" teriak Sean dengan tatapan yang sulit untuk diartikan.
"Apa Kak, kenapa bisa hancur," sahut Nasa yang mulai menyusul kakaknya ke depan.
Dua anak Namira seakan merasa terpukul dengan kejadian ini, keduanya langsung menangis begitu saja melihat sebagian barang-barang yang masih berserakan di halaman rumah ibunya, anak kecil itu langsung berlari ke dalam untuk mencari keberadaan ibunya.
"Mama, itu kedai kami kenapa Ma, siapa yang sudah membakar kedai kita Ma!" desak Sean sambil menggoyangkan tubuh ibunya sedang Namira hanya diam saja, rasanya tidak sanggup jika harus berbagi kesedihan ini kepada dua anaknya itu.
"Iya, Ma. Bilang siapa yang sudah membakar kedai kami, kalau kedai kami terbakar Mama kerja apa," ungkap putri kecilnya itu sambil menangis.
"Sayang, kalian tenang dulu ya, Mama bisa jelasin, kita tidak boleh nuduh orang dulu, siapa tahu kejadian dari Mama yang lupa mencopot tabung gasnya," ucap Namira menasehati kedua anaknya agar tidak mudah berburuk sangka.
"Tapi Ma, bukannya selesai berjualan Mama selalu mencopot tabung gas nya, itu buktinya tabung gasnya ada di belakang pintu," tunjuk Sean, ke arah dimana gas itu berada, anak ini dari dulu memang tidak mudah untuk di kelabuhi.
"Sayang, tapi tetap tidak boleh ya kita nuduh orang sembarangan jatuhnya nanti fitnah," sahut Namira.
"Mira, mungkin yang di bilang anakmu ada benarnya juga, gak mungkin tiba-tiba terjadi kebakaran kalau kamu selalu waspada dan hati-hati buktinya saja tabung gasnya sudah ada di dalam rumahmu," ucap Dian.
"Sebenarnya aku tidak tahu siapa yang tega melakukan ini padaku, aku hanya mencoba untuk pasrah dan menganggap ini ujian dari yang Kuasa," terang Namira mencoba untuk menegarkan hatinya.
"Pasrah boleh Mir, tapi kau harus tegas agar tidak di injak-injak harga dirimu, kalau mau nanti aku temani kau untuk meminta bantuan Ibu Silvy kebetulan beliau punya CCTV di depan rumahnya siapa tahu saja orang yang membakar kedai mu terekam CCTV Ibu Silvy," ungkap Dian dan juga ibu-ibu lainnya.
"Iya itu benar sekali, agar mereka tidak semena-mena, berapa kerugian yang kamu tanggung, kalau 10 jutaan saja mungkin lebih, maka dari itu kita usahakan dulu untuk menyelidiki lewat CCTV Ibu Silvy," timpal yang lainnya.
"Terima kasih Ibu-ibu atas kepeduliannya terhadap kami bertiga, aku tidak bisa membalas semua kebaikan para ibu-ibu yang dari dulu selalu membantuku," ucap Namira.
"Mira, kau orang baik, bodoh jika saudaramu sendiri menjauhi mu hanya karena masalalumu, setiap orang pasti punya masalalu dan kita sebagai manusia tidak berhak menghakimi," sahut Sinta, perempuan yang berkulit sawo matang itu.
"Iya Mir, kau tenang saja, kita pasti akan selalu ada meskipun hanya sekedar membantu hal kecil seperti ini, baiklah kalau begitu kita datangi rumah Ibu Silvy yuk," ajak Dian.
Namira pun mulai ada keberanian untuk menyelidiki kejadian ini, siapa tahu saja, ada jalan keluar, karena Namira sudah setuju akhirnya ibu-ibu secara bersamaan mendatangi rumah Ibu Silvy yang notabennya orang kaya di kampung ini, dan kebetulan rumahnya ada di depan rumah Namira hanya menyebrang jalanan kecil saja.
"Ting tong!" Bel pun mulai di pencet, Alhamdulillah pagi ini tuan rumah sendiri yang membukakan pintu.
"Ibu-ibu ada apa pagi-pagi sekali datang ke rumah saya," ungkap Silvy sedikit ketakutan.
"Kita gak mau ngapa-ngapain kok, Bu. hanya ingin minta tolong saja," sahut Dian.
"Oh, kirain mau demo, ya sudah ayo masuk," ajak Silvy, dengan ramah.
"Ibu Silvy, sebenarnya kedatangan kami kesini ingin meminta bantuan kepada Ibu Silvy untuk mengecek CCTV yang ada di depan rumah Ibu, apa CCTV tersebut sampai ke rumah Namira?" tanya Dian dengan sopan.
"Mungkin sampai hanya saja tidak terlalu jelas," sahut Silvy.
"Memangnya rumah Namira kenapa? apa habis kemalingan?" tanya Silvy.
"Bukan kemalingan Bu, hanya saja, kedai saya semalam terbakar dan semuanya hangus tidak tersisa," sahut Namira.
"Astaghfirullah, kok bisa begitu bagaimana ceritanya?" tanya Silvy dengan nada yang terkejut juga merasa iba kepada ibu dua anak itu.
"Kejadiannya seperti ini Bu, jadi pas bangun tengah malam aku (..........)" Namira pun menceritakan semua kejadian tadi malam, dan reaksi Silvy dan ibu-ibu yang lainnya begitu terkejut.
"Astaghfirullah baiklah kalau memang begitu, ayo kita selidiki sama-sama biar sekalian kita tahu siapa pelakunya," ungkap Silvy yang merasa geram dengan si pelaku yang tega membakar kedai Namira.
******
Ibu Sukma sedang menyiapkan beberapa, buah tangan yang nantinya akan di bawa kerumah Namira, tidak tahu kenapa, semenjak pertemuannya kemarin di pantai bersama kedua anak Namira perempuan paruh baya itu dengan semangat ingin mendatangi rumah Namira sekalian ingin menyambung kembali perjodohan yang dulu sempat tertunda.
"Nak, nanti sore jangan lupa ya, kita datang ke rumah Namira, mama sudah tidak sabar ingin bertemu dengan kedua anak Namira," celetuk Sukma, yang di tanggapi dengan tatapan datar anaknya.
"Mama, sebenarnya apa sih kelebihan wanita itu, kok bisa Mama begitu gencar ingin menjodohkan aku dengan dia, padahal statusnya saja sudah jelas memiliki anak di luar pernikahan."
"Tutup mulut mu itu! Jangan coba-coba kau membicarakan keburukan orang lain, Namira memang memiliki masa lalu yang kelam dan itu semua pasti perbuatan laki-laki berengsek yang tidak bertanggung jawab, sehingga Namira yang harus menanggung semuanya," cetus Sukma.
"Tapi tetap saja aku tidak mau di jodohkan lagi dengan wanita itu," protes Alex.
"Mama tetap akan menjodohkan mu dengan Namira, dan mama tidak ingin mendengar penolakan dari mu Alex," ucap Sukma yang tetap bersikukuh.
"Apa sih, yang membuat Mama, bersikukuh seperti ini, padahal sudah jelas dia juga dari kalangan ke bawah, masih banyak perempuan dari kalangan atas dan sederajat dengan kita," ungkap Alex yang mulai frustasi dengan sikap mamanya itu.
"Kau tidak tahu apa-apa Alex tentang Namira dan keluarganya, sebelum mereka jatuh miskin mereka pernah kaya, dan papamu salah satu orang yang pernah di tolongnya," cetus Sukma.
"Aku tetap tidak mau, masih banyak cara untuk membalas kebaikan keluarga Namira tanpa harus menikahi perempuan itu," tolak Alex menegaskan.
Namira double up ya! Alex masih bersikukuh untuk menolak perjodohan itu.😡😡
GILIRAN KARMA MAH, MENGUAP GAK DICERITAKAN SECARA DETIL
Lanjut thor
Lanjut thor
perjuangan seorg ibu dr 2 org anak yg super tangguh & kuat menghadapi kerasnya hidup.