"Sepuluh juta untuk satu bulan," Seorang wanita cantik menyodorkan uang dua gepok didepan seorang wanita lain.
Wanita yang diberi menelan ludah dengan susah payah, melihat dua tumpuk uang yang ada didepan mata.
"Jika kamu bekerja dengan baik, saya akan tambahkan bonus," Kata wanita kaya itu lagi.
"B-bonus," Sasmita sudah membayangkan berapa banyak uang yang akan dia terima, dengan begitu Sasmita bisa memperbaiki ekonomi hidupnya
"Baik, saya bersedia menjadi pelayan suami anda,"
Yang dipikir pekerjaan pelayan sangatlah mudah dengan gaji yang besar, Sasmita yang memang pekerja rumah tangga bisa membayangkan apa saja yang akan dia kerjakan.
Namun siapa sangka pekerjaan yang dia pikir mudah justru membuatnya seperti di ambang kematian, Sasmita harus menghadapi pria yang temperamental dan tidak punya hati atau belas kasihan.
Bagaimana Sasmita akan bertahan setelah menandatangani perjanjian, jika tidak sanggup maka dirinya harus mengembalikan dua kali lipat uang yang sudah dia terima
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pria menyedihkan
Sasmita keluar dengan wajah meringis, jalanya pun sedikit pincang. Saat menuju dapur ia melihat pelayan lain dan bertanya.
"Mbak, alat pembersih di mana ya?" Tanya Sasmita.
Pelayanan wanita itu melirik Sasmita dengan tatapan menelisik.
"Di belakang!" Jawabnya ketus dan berlalu pergi.
Sasmita hanya bisa menghela napas, tatapanya menatap kakinya yang masih terasa nyeri.
"Nanti dulu aku obati, yang penting kamar Tuan aku bersihkan dulu,"
Sasmita mencari alat kebersihan seperti yang ditujukan pelayan tadi, membawa sapu dan alat lainya Sasmita kembali ke kamar Riko.
Melihat Riko yang duduk dikursi roda dengan tatapan lurus ke jendela kaca. namun saat melihat obat yang dia bawa sudah tak ada, Sasmita mengulas senyum.
"Mulai sekarang saya akan melayani Tuan, jadi apapun yang Tuan butuhkan saya akan melayani," Ucap Sasmita sambil membersihkan pecahan gelas di lantai.
Sasmita sibuk dengan kegiatannya, tanpa tahu jika dibelakang tubuhnya Riko menatapnya dengan tatapan yang sulit di artikan.
*
*
Malam hari, meja makan tampak hangat dengan adanya tiga orang yang duduk di sana. Tuan Rio Ramses dan juga istrinya nyonya Mayang, yang tak lain orang tua Riko.
Ada juga Briana, wanita cantik dengan penampilan berkelas.
"Bri, bagaimana perkembangan bisnis di kantor?" Tanya Tuan Rio pada menantunya.
"Jauh lebih baik Pah, terima kasih sudah membantu perusahaan aku Pah," Ucap Briana dengan senyum lebarnya.
Tuan Rio hanya mengangguk setuju, "Tidak apa, kamu sudah menjadi bagian keluarga ini." Ucap tuan Rio sambil kembali melanjutkan makannya.
Briana tersenyum pada nyonya Mayang, dan kembali melanjutkan makannya.
Sasmita berlalu pergi dengan membawa nampan makanan, ia melihat bagaimana ketiga orang itu saling bicara dengan hangat, mereka seperti melupakan sosok lain yang berada dirumah ini, tuan Riko.
Saat keluarga itu mengabiskan makan dengan tenang dan hangat, lain dengan Riko yang selalu dalam keadaan sendiri dengan kesunyian. Pria itu hanya mengabiskan waktunya di kamar saja.
Sasmita mengetuk pintu sebelum masuk, wanita itu tersenyum kaku saat tatapan tajam mengarah padanya.
"T-tuan makan malamnya," Ucap Sasmita dengan gugup.
Meskipun cacat tapi Aura dingin dan tatapan tajam Riko begitu menakutkan.
'Tampan, tapi kok ngeri sekali tatapanya itu,' batin Sasmita.
Riko tak menjawab, pria itu justru melemparkan sebuah amplop pada Sasmita hingga membuat wanita itu terkejut. Beruntung nampan yang dia bawa sudah diletakkan di meja.
"Pergilah! dan kamu tidak perlu bekerja susah payah!" Ucap Riko dengan suara dingin.
Sasmita menatap amplop coklat yang jatuh tepat di bawah kakinya, lalu ia mendongak membalas tatapan tajam Riko padanya.
"Apakah anda begitu menyedihkan sampai begitu malu untuk dilihat,"
Riko melebarkan matanya mendengar ucapan Sasmita.
"Jaga bicaramu!" Bentak Riko dengan tatapan belati. Keduanya tangannya mengepal erat dengan wajah memerah.
Sasmita maju beberapa langkah hingga kini keduanya hanya berjarak dua langkah saja.
"Di bawah mereka sibuk berbincang kesana kesini dengan suka cita, mereka seperti keluarga lengkap dan hangat, tapi disisi lain mereka melupakan anda,"
"Berhenti bicara! Enyah dari sini!" Teriak Riko dengan suara keras.
"Aku tidak akan pergi, kecuali nyonya Briana yang menyuruh ku!" Ucap Sasmita tegas.
Riko mengusap wajahnya kasar, pria itu menatap kesamping dan dengan cepat melempar nampan yang berisikan makanan itu dengan kuat.
Prank
Arrghh
Sasmita menutup wajahnya dengan kedua tangannya, Tubuhnya bergetar dengan jantung seperti ingin lepas dari tempatnya.
'Tuhan, kuatkan aku,' Batinya menangis.
*
*
Ada karya Baru dari author Al_Humiara sayang...cusss mampir yaaaaa...!!
Judul di bawah ini👇👇👇👇👇