"Aku akan mengingat wajah kalian semua, Dan tunggu pembalasanku!" Ucap Chen Long sebelum kematiannya..
Jiwanya melesat dan bermigrasi ke tubuh bayi yang baru meninggal dan dia susupi, Hingga bayi dan jiwanya dapat hidup kembali
Ambisinya terpantik untuk menjadi Dewa Pedang yang tak terkalahkan bersama dengan ingatan masa lalu tentang Kitab Pedang Dewa dengan mengukir namanya dalam legenda yang tak terlupakan, Long Chu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jajajuba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Semangat dari Long Chu
"Bangun, Long!" Xiao Shu mengguncang tubuh Long Chu beberapa kali. Sempat dia berpikir untuk membuat nafas buatan dengan mulut nya.
Tapi dia urungkan karena malu jika ada yang melihatnya melakukan hal itu, terlebih Long Chu pingsan bukan karena kehabisan nafas.
"Beri dia ini" seseorang melemparkan sesuatu yang berbau cukup menyengat, tapi Xiao Shu cukup tau kegunaan barang itu.
Segera digunakan dan dia tempelkan dekat hidung Long Chu. Dari berapa tarikan nafas setelahnya Long Chu akhirnya sadar juga. Dengan bulu mata yang bergerak perlahan dan mulai terbuka. Ada nafas lega yang terdengar di telinga Long Chu dan dia memandang lekat wajah yang begitu dekat dengannya.
Kini posisi mereka canggung, membuat wajah Xiao Shu memerah lagi. Long Chu bangkit dari paha yang dia rebahi sebelumnya dan berkata. "Terima kasih banyak Shu! Kau menyelamatkan hidupku. Bagaimana keadaan sekte sekarang?" Long Chu segera menanyakan hal itu. Karena terakhir kali dia ingat. Dia melapor kepada penjaga. Setelah itu tidak tau lagi apa yang terjadi dan berakhir di paha wanita cantik.
"Semua sedang kacau saat ini, sekte diserang dan bahkan dikhianati oleh tetua. Entah bagaimana nasib ayah!?" Kata Xiao Shu dengan sedikit sedih. "Tapi jika patriark sudah datang semua akan mudah teratasi, aku yakin hal itu" tambahnya lagi.
Long Chu menyapukan pandangannya. Sekarang mereka berada di sebuah tempat yang tidak ada orang lain selain mereka. Berduaan dan begitu dekat. Bagaimana dia bisa mengontrol diri.
Seketika dia berpaling hanya untuk membetulkan posisi burung yang sedikit miring dari tempatnya berada. "Lebih baik kita membantu yang lain, daripada kita terjebak disini dan melakukan hal yang-" kalimatnya langsung terhenti ketika Xiao Shu menimpali.
"Jangan berpikir yang aneh? jika kau sudah merasa baikan. Ayo kita berangkat!" Xiao Shu bergerak lebih dulu untuk menghindari Long Chu melihat wajahnya yang malu.
Tidak berapa jauh mereka berdua berhenti. Mereka dihadapkan dengan banyaknya tumpahan darah serta potongan tubuh yang berserakan. Tidak ada bedanya, entah itu dari pihak sekte Fajar Senja. Atau pihak musuh.
Pertarungan masih saja berlanjut, Long Chu mengeluarkan pedangnya dari kantong penyimpanan. Dan menolong seseorang sari murid yang akan tertebas bagian punggungnya.
Breeze! Orang itu langsung tumbang. Long Chu tidak bertanya kabar. Karena ini bukan saatnya menanyakan hal itu.
Dia mengayunkan pedang pemberian nenek Zhou. Meski bukan pedang pusaka. Namun pedang itu cukup tajam. Tambah kekuatan fisiknya dan tingkat kependekannya yang sudah berada di tahap Pendekar Emas bintang satu.
[Catatan kaki, sekarang tingkatannya disebut pendekar. Contoh: Pendekar Emas bintang satu. Mulai sekarang]
Long Chu mencari lawan yang memang dia bisa untuk melawan. Jika tidak bisa. Dia akan menjauhi dan menyerahkannya kepada para murid senior yang lebih bisa mengatasi. Dia bukan orang yang gegabah dan lebih tau mana yang bisa dan tidak.
Dan Long Chu segera teringat akan penghianatan Han Bing yang menghancurkan sekte dan membunuh semua orang termasuk istri dan tubuhnya di masa lalu. Hal itu memantik semangatnya dalam membunuh tanpa ampun pihak sekte lawan maupun pihak sekte Fajar Senja sendiri yang telah berkhianat.
Long Chu bergerak Zig Zag dengan langkah cepat memenggal kepala lawan. Dengan tusukan, dengan kibasan pedang, dengan tendangan bahkan dengan sesuatu apapun yang bisa dimanfaatkan untuk membunuh lawan. Akan ia lakukan. Asalkan lawan tumbang.
Hal itu tidak luput dari pengawasan banyak mata. Banyak yang murka, tentunya itu bagian dari lawan. Ada yang terpicu semangatnya, tentunya itu bagian dari pihak yang setia dengan sekte Fajar Senja.
"Lawan terus mereka. Gempur sampai mereka pulang dengan tangan hampa. Bersatu kita teguh. Bercerai kita berai!!" Long Chu meneriakkan kalimat semangaT untuk para murid dan tetua yang hampir menyerah.
Dia laksana dewa yang datang untuk menyelamatkan mereka. Maski dengan kekuatan yang tak seberapa. Namun hal itu benar-benar dapat memantik api yang sempat redup. Harapan kembali datang bak matahari yang muncul dari timur ketika pagi sudah menjelang.
"Kita bisa!" Dua kata itu diteriakan oleh tetua yang bertanggung jawab menjaga murid. Dia tersenyum melihat pemuda yang begitu bersemangat, tak kenal takut, bahkan hanya berada di tingkat pendekar emas bintang satu. Sedang dirinya yang sudah berada di tingkat pendekar raja bintang satu masih merasa tidak nyaman ketika membunuh tanpa berkedip.
'Apakah dia titisan dewa perang?' Batin tetua itu
Begitu para murid mendengar seruan dari tetua, dan guru pembimbing yang juga melakukan seruan itu. Semangat mereka menyala bagai api yang membakar apa saja.
... …….....
Sementara di tempat lain, ketika hati merasa tidak ada harapan lagi. Satu sosok muncul dan tersenyum menatap Xiao Dai. "Kau berjuang cukup keras, Xiao Dai!" Suara itu begitu lembut terdengar. Namun menjadi ancaman bagi mereka yang hendak menyerang Xiao Dai. "Yi Meng, tak kusangka kau penyebab semua ini. Jika aku tak menghukummu sekarang. Itu akan sangat berdosa sekali kepada Murid yang mati atas insiden ini" kata Wen Hao dengan sorot mata yang tajam.
Dia langsung bergerak dengan semilir angin yang bergemuruh, sangat cepat. Bahkan sulit untuk mata mengikuti gerakannya.
Waash!! Telapak tangan terbuka langsung mencengkram leher Yi Meng.
Semua orang terkejut melihatnya. Mereka mengira Wen Hao hanya berada ditingkat Raja tahap Tiga. Namun mereka salah hanya karna Wen Hao tidak pernah mengatakan hal yang sebenarnya.
Wen Hao berada di tingkat pendekar Raja bintang Lima sekarang. Jadi dia bisa begitu mudah melakukan itu.
Kratak! Leher Yi Meng langsung patah dan dia harus rela mati karena keserakahan dirinya sendiri.
Wen Hao melemparkannya ke samping hanya untuk membersihkan lapangan dari hama. "Sekarang saatnya kalian yang sudah berani mencoba untuk mencuri sekte aku yang akan mati!" Wen Hao kembali bergerak dengan cepat. Menghadapi tingkat Raja tahap dua, dua orang dan tahap satu ke bawah beberapa. adalah hal yang mudah baginya.
"Dia hanya sendirian. Tak mungkin kita yang banyak ini tak bisa memberikan satu atau dua serangan kepadanya" ucap Gou Hu menyemangati rekan yang sudah mundur selangkah ketika melihat kematian Yi Meng. Mereka tentunya bukan orang bodoh, jika lawan bisa dengan mudah membunuh orang yang setingkat dengan mereka lalu untuk apa melakukan perlawanan, lebih baik kabur dan mencari keselamatan..
Tapi yang dikatakan oleh Gou Hu juga benar, mereka semua ada begitu banyak orang pada tingkat yang sama, lawan satu orang Wen Hao yang berada di tingkat Pendekar Raja bintang tiga (menurut mereka) bisa saja menang. "Lebih baik mencoba daripada malu, pulang tak membawa apa-apa!" Seru salah satu diantara mereka yang menggerakkan semangat juang dan hidup mereka.