Nama ku, Muhammad Nathan Mahendra. Aku suka berulah pada kakak angkat ku. Namanya Loly Indah Permatasari. Dia cantik seperti namanya Indah Permatasari. Aku tergila-gila dengannya. Rasa gengsi yang membuat ku suka jahil dengannya. Karena tak ingin Loly mengetahui jika aku menyukainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 35
POV Loly
Tatapan Nathan mengarah padaku, kedua alisnya naik turun, sesekali melirik ke arah Bunda, memberi kode. Kode apa itu yaa? Tapi aku tidak mengerti apa maksudnya.
Ayah berjalan ke arah sofa, duduk di sana. Sesekali menge-cek handphone. Mungkin sedang menge-cek jika ada orang kantor ngabarin.
"Oohh iyaa, tadi sore Dira ke rumah. Katanya dia pengen ketemu Loly." Kedua mata Nathan membulat sempurna. Raut wajahnya terlihat terkejut.
"Mau ngapain dia, Bund?" Tubuh laki-laki yang memiliki tinggi 178 cm bergeser ke depan bertanya, Bunda mendongak.
"Bunda gak tau." sahut Bunda singkat.
"Bunda kasih tau nggak, kalo Kak Loly ada di sini?" tanya Nathan tak sabaran. Harusnya aku yang bertanya seperti itu. Tapi ini, malah Nathan yang nyerocos duluan. Entah apa yang terjadi padanya.
"Iyaa. Soalnya kelihatan penting banget. Apa kamu ada janji atau ada acara sama Dira, Nak?" Bunda menatap ku menunggu jawaban. Belum sempat jawab, udah di serobot Nathan duluan.
"Kayaknya enggak deh, Bund. Elaaah, itu cuma alasan si Dira aja pengen ketemu Kak Loly." Emang udah kebiasaan Nathan suka menyela. Sok tau lagi! Bunda kelihatan kayak kesel sama Nathan.
"Nathaaann..."
"Nathaaann..."
Aku dan Bunda memanggilnya bersamaan. Ayah yang sedang di sofa seketika melihat ke arah kami.
"Iyaa dua wanita cantik kuu.."
BUGH!!
"Aaawww.. sakit, Bund." Nathan memegangi pantatnya yang di pukul Bunda. Hahaha.. mampus! Akhirnya tas Bunda melayang juga 'kan ke pantat Nathan.
Ayah yang duduk di sofa tampak menggeleng-gelengkan kepala. Ayah sudah hafal betul tingkah Nathan. Selain rese' juga konyol orangnya.
"Pulang sekarang! Mau ditambah colekannya?" Bunda berdiri, mengangkat tas nya yang siap melayang mengenai Nathan.
"Tadi itu bukan dicolek, Bund. Tapi itu dipukul!" Ucap Nathan, tangannya mengelus pantatnya bekas pukulan Bunda tadi. Aku tersenyum geli melihatnya.
Kedua mata Bunda mendelik, memberi isyarat agar Nathan segera keluar.
"Maaf, Bunda. Iyaa, iyaa, Nathan pulang." Bunda menghela napas, menyimpan tas ke tempat semula, dan duduk kembali di kursi.
"Eehhh tapi, Bund. Kalo si Dira ke sini, usir yaa? Atau nggak, Kak Loly pura-pura tidur aja. Ngantuk berat, habis minum obat. Gitu yaa?" pesan Nathan, tangannya memegang handle pintu.
Bola mata Bunda melotot, menatap tajam laki-laki berkemeja salur biru dengan tangan sudah bersiap memegang tas lagi.
"Hehe.. ampun, Bund, ampun. Iyaa, Nathan bakalan pulang. Nathan udah jalan nih. Yaa 'kan, Bund? Nih udah pegang gagang pintu juga. Kak, aku pulang dulu yaa? Inget pesen aku tadi, pura-pura tidur kalo si Dira datang. Okey?"
"Nathaaann..." Bunda mulai kesal dengan tingkah Nathan.
Nathan lari ngibrit mendengar panggilan Bunda. Aku maupun Ayah menahan tawa melihat tingkah diluar nalar Nathan. Tuh anak emang suka bikin Bunda emosi. Ayah aja sampe' nyerah kalo berurusan sama Nathan.
Wanita yang mengenakan gamis biru dongker bermotif bunga sakura di sisi ku menarik napas. Sedangkan ayah kembali sibuk dengan handphone nya.
Mungkin hari ini Ayah seharusnya ke kantor. Tapi demi aku yang sedang sakit, Ayah rela tidak pergi ke kantor. Ayah lebih memilih menemani Bunda di sini untuk menjaga ku. Walaupun aku anak angkat, tapi mereka sangatlah baik pada ku. Mereka merawat ku dan membesarkan ku seperti layaknya anak kandung sendiri.
"Astaghfirullahal'adzim.. adek kamu Ly, selalu saja bikin Bunda gak bisa nahan emosi. Yaa Allah..." Bunda mengelus dada, menggelengkan kepalanya.
"Kalau nggak gitu, bukan Nathan namanya, Bund." Kata ku mengelus-elus pergelangan Bunda.
"Iyaa, benar. Loly juga jadi sakit begini gara-gara Nathan. Maafin anak Bunda yaa Sayang?" Bola mata Bunda mengembun. Aku tersenyum mendengar penuturan Bunda.
"Nggak apa-apa, Bund."
Sekonyol apapun tingkah Nathan, aku harus tetap menghargainya. Sebab, kebaikannya, Ayah dan Bunda sangat besar pada ku. Sudah merawat ku penuh kasih sayang.
"Kamu udah makan belum? Itu kok nasinya masih banyak?" Bunda mengambil nampan berisi masakan rumah sakit yang masih utuh belum tersentuh sama sekali.
"Belum."
"Astaghfirullah.. kok belum. Ini udah malam loh. Makanannya nggak enak?"
"Bukan! Loly malu Bund." Bunda mengerutkan kening.
"Malu kenapa?" tanya Ayah menghampiri aku dan Bunda.
"Iyaa, Loly. Malu kenapa? Kamu 'kan lagi sakit. Harus makan yang banyak biar cepet sembuh." Ucap Bunda
Aku tertunduk. "Loly malu disuapi Nathan terus." sahut ku tersipu malu.
"Nggak apa-apa, Nak. Namanya juga orang sakit. Lagi pula 'kan, udah sewajarnya seorang adek nyuapin kakaknya yang sedang sakit. Begitupun sebaliknya." Tukas Ayah lembut.
Bunda mengambil bubur di nampan, mengaduknya. "Iyaa, Loly. Sudah sewajarnya seorang adik merawat kakaknya. Anak laki-laki itu 'kan pelindung untuk keluarganya."
double up date nya thor di tunggu
semangat untuk up date nya
semangat untuk up date nya
double up date nya thor di tunggu
semangat untuk up date nya
Loly sdh mulai cemburu
jangan di gantung cerita nya thor
menyala Nathan
semangat untuk up date nya
semoga cepat up date nya
semangat untuk up date nya
semangat untuk up date nya
seru cerita nya
semangat untuk up date nya