“Kau akan menjadi pacar eksklusifku selama batas waktu yang tak ditentukan. Rubah penampilan kuno-mu itu. Aku tak suka melihat penampilan burukmu itu. Jika kau menolak perjanjian ini, kau bisa mengundurkan diri dari perusahaanku,” ucap Dimitrei Uvarov—seorang CEO di mana Thalia Brown bekerja. Thalia yang sangat membutuhkan pekerjaan saat ini dan tak punya pilihan jawaban lain, akhirnya mengangguk setuju. “Baiklah, Tuan. Aku menerima dan tak menolak perjanjian ini.” Siapa yang bisa menolak pesona Dimitrei Uvarov— putra angkat dari seorang mafia kawakan yang cukup terkenal di dunia bawah. Namun, alih-alih melanjutkan usaha sang ayah angkat, Dom Petrov, yang terbilang sangat sukses, Dimitrei justru membangun dinasti kejayaannya sendiri meskipun semua modal dibiayai oleh ayah angkatnya. Melihat kehidupan sang ayah angkat yang selalu ditinggalkan wanita dan tak pernah mendapatkan cinta sejati, membuat Dimitrei tak berniat untuk menikah karena baginya itu adalah hal yang sia-sia. Namun, berbeda dengan Dom yang menginginkan Dimitrei membangun rumah tangga dengan wanita yang tepat. Kondisi kesehatan Dom yang memburuk membuat Dimitrei akhirnya menyetujui perintah Dom untuk menjalin hubungan dengan wanita yang akan diseleksi langsung oleh Dom. Dan pilihan itu jatuh pada pegawai culunnya yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata yaitu Thalia Brown.
Follow ig : zarin.violetta
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon zarin.violetta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Loyalitas Thalia
Eks 10
"Bekerjalah seperti biasanya. Aku mempelajari semua tentangmu dalam semalam, dan kurasa tenagamu masih dibutuhkan di perusahaan ini karena kau termasuk harta karun perusahaan ini." Dimitrei menatap Thalia setelah melepaskan tangannya.
Wajah pria itu kembali dengan setelah mode dinginnya. Dan Thalia tahu bahwa tadi Dimitrei sedang berakting saja.
"Baiklah." Thalia menunduk hormat dan mematuhi perintah bos besarnya itu.
"Aku suka dengan sikap penurutmu. Loyalitasmu sangat tinggi."
"Terima kasih." Thalia tersenyum formal pada pria itu.
"Setiap jam makan, kau akan makan bersamaku di restoran. Di hari libur, kau tetap mendaoatkan hari liburmu kecuali jika kau sedang ke luar negeri bersamaku."
"Ya, aku mengerti. Aku sudah membaca detail semua aturannya."
"Good, aku tahu kau akan ceoat paham, jadi aku tak perlu menjelaskannya panjang lebar."
Thalia mengangguk kembali dan tak lama kemudian pintu lift terbuka.
Setelah mereka keluar dari lift, mereka berdua menuju ke arah ruangan mereka masing-masing.
Dimitrei berjalan bersama sang asisten, Tony, memasuki ruangannya.
"Aku suka bekerja dengannya. Dia tak banyak bicara dan sangat mudah mengerti. Aku memilih orang yang tepat."
"Ya, Tuan. Kemampuan dan kecerdasan Nona Thalia tak diragukan lagi di sini."
"Kau sudah umumkan bahwa dia adalah kekasihku pada semua pegawai? Semua harus tahu tanpa kecuali agar mereka bisa menjaga sikap padanya. Menghormatinya sama dengan menghormatiku." Dimitrei duduk di kursi kebesarannya.
"Sudah, Tuan. Aku sudah memberikan pengumuman ke semua Kepala Divisi dan nanti mereka yang akan menyampaikan ke semua bawahannya. Kabar itu sudah menyebar pagi ini dengan sangat cepat." Tony menjelaskan.
"Good job." Dimitrei mengangguk puas dan memulai pekerjaannya hari itu.
*
*
Hari itu, Thalia merasa seperti setiap hari lainnya saat dia memasuki ruangannya. Langkahnya mantap, wajahnya tenang, namun di dalam hatinya ada getaran yang berbeda.
Ia tidak mengerti apa yang terjadi, tapi suasana di sekitarnya terasa berbeda.
Ketika dia berjalan melewati meja para staf lain, mereka yang biasanya sibuk dengan pekerjaannya, kini menoleh padanya dengan senyum ramah dan mengucapkan selamat pagi dengan penuh kehangatan.
Thalia sedikit terkejut, namun dia hanya tersenyum dan melanjutkan langkahnya menuju meja kerjanya. Dia tak tahu kalau kabar ini ternyata sudah dihembuskan semalam oleh Tony atas perintah Dimitrei.
Di meja kerjanya, Thalia dikelilingi oleh tumpukan dokumen dan laporan yang perlu dia periksa.
"Selamat pagi, Nona." Seorang wanita dari divisi lain tampak berkunjung ke ruangannya pagi itu.
Thalia menatap heran pada wanita bernama Laura itu. "Hai, Laura. Ada apa? Panggil saja aku Thalia."
"Oh tentu saja itu tak boleh kulakukan. Kau adalah kekasih bos besar."
"Laura, please. Aku tetaplah Thalia yang dulu. Hanya statusku saja yang berubah."
"Oh my God, kau sangat humble dan tak sombong, Thalia. Pantas saja Bos menyukaimu."
Thalia tahu bahwa Laura hanya berbasa basi saja dan entah apa motifnya mendekati Thalia.
"Oh ya, nanti siang akan ada jamuan makan di divisi kami. Kau ingin ikut?"
"Aku? Ikut? Maaf, tapi aku tak termasuk dalam divisi kalian. Dan juga, aku tak bisa datang karena aku harus makan bersama Dimi. Dia ingin selali ditemani."
"Oooh ... So sweet ... Oh ya, bolehkah aku tahu sedikit rahasiamu? Bagaimana caramu menaklukkan pria se-dingin itu? Dia sangat tak tersentuh, dan kau bisa merengkuhnya dengan sanat mudah." Wajah Laura begitu antusias, ingin segera mendengar jawaban Thalia.
"Maaf, Laura. Hubunganku dan Dimi tidak untuk konsumsi publik. Kami harus menjaga privasi kami."
Laura terlihat kecewa, namun senyumnya tetap mengembang. "Itu tak masalah, maaf, sepertinya aku yang lancang. Oh ya, kuharap kita bisa saling mengenal lebih dekat, Thalia. Kau wanita yang menyenangkan."
"Ya," jawab Thalia singkat agar Laura segera keluar dari ruangannya.
Lalu Laura pun akhirnya keluar dari ruangan Thalia dan itu membuat Thalia lega.
