Ketika sabar menjadi sadar, peduli menjadi diam maka kamu bebas sekarang.
Ketika Ia kecelakaan hampir merenggut nyawa dan kritis beberapa waktu,suaminya justru tidak peduli dan merawat wanita lain yang hanya demam biasa di rumah sakit yang sama.
Pada akhirnya Liliana menyerah karena tak pernah di anggap dan tak pernah mendapatkan respon balik, sekalipun nyawanya hampir melayang jadi Ia mengajukan perceraian mereka.
Namun Ketika Ia sudah memutuskan menyerah dan bercerai, suaminya tiba-tiba berubah dan ingin mempertahankan pernikahan mereka.
Akankah Liliana berubah pikiran untuk bertahan?
Atau justru sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hantari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penyesalan Bara
"Jangan bersikap aneh seperti ini,kau sangat aneh dan aku tidak biasa dengan sikap mu ini",cibir Liliana menepis tangan Bara yang memegang bahunya,mungkin jika itu dulu pasti Ia akan senang Bara berubah seperti itu yang mau berbicara lebih banyak dengannya bahkan mengatakan hal demikian namun sekarang Ia sangat muak.
Bara menjadi tidak bisa tenang sekarang melihat sikap tenang,dingin dan cuek Lily yang membuat harapannya menipis,apakah tidak ada harapan lagi untuknya?apakah dia memang sudah benar-benar kehilangan kesempatan?
"Jadi stop berbicara tidak jelas seperti itu, kita jalani saja kehidupan seperti biasa serumah namun sebagai orang asing sampai sidang perceraian setelah kontrak selesai"
Tatapan dingin Lily dan ucapannya yang tajam membuat Bara merasakan sesuatu yang seakan menghantam jantungnya,namun saat Lily akan berbalik pergi Ia langsung menangkap tangannya ada perasaan tidak rela.
Diam...
Suasana tiba-tiba hening, Lily juga terdiam ketika Bara menahannya dan merasakan tangannya di genggam semakin erat seolah Ia bisa merasakan suatu getaran melalui genggaman erat itu.
Begitupun dengan Bara yang merasakan perasaan yang sama seperti Lily, sehingga membuat mereka terdiam bersama dengan pikiran masing-masing.
"Maaf"
Bara melepaskan genggaman itu dirsanya sikapnya terlalu lancang dan genggamannya terlalu kuat.
Lily menarik nafas perlahan menenangkan hatinya yang saat ini tidak bisa tenang,susah payah Ia mengatur nafasnya benar-benar sulit mengontrol dirinya sekarang, terlebih ketika mengingat kembali ucapan Laura beberapa saat lalu yang membuat nya benar-benar muak dan tidak tahan lagi hanya untuk melihat wajah Bara dimana kekecewaannya semakin tak bisa terbendung.
"Aku tau ini mungkin sulit untuk mu,tapi bisakah kita mencoba sekali lagi mempertahankan pernikahan kita"
"Kau tidak akan berjuang sendiri kali ini,aku yang akan berjuang kali ini dan seterusnya bahkan jika tidak bisa aku akan melakukan selamanya untuk membuat mu jatuh cinta kembali padaku dan membangun pernikahan bahagia seperti impian mu"
"Tolong berikan aku kesempatan sekali lagi"
Lily tersenyum getir hingga tersenyum sedih,sekuat tenaga Ia menahan air matanya agar tak jatuh benarkah Bara mengatakan hal itu sekarang,dia tidak mungkin bermimpi kan?
Tapi kenapa?,kenapa baru sekarang Bara mengatakan hal itu,di saat hatinya benar-benar kecewa dan sudah lelah.
Mungkin jika Ia tidak bertemu dengan Laura hari ini Ia pasti akan berbalik sekarang dan memeluk pria tampan di belakangnya itu dan setuju dengan ucapannya,tapi Ia beruntung telah mengetahui keburukan Bara sehingga tidak akan membuatnya dengan mudah luluh dan setuju hingga membuatnya akan kembali menyesal."Tidak,ini bukan diri mu Bara.Jangan bersikap seperti sekarang, ini bukan dirimu yang ku kenal,Bara yang ku kenal adalah seorang pria dingin yang irit bicara dan menganggap ku tidak ada"
Bara tau ini memang bukan dirinya biasanya,Ia bukan orang yang pandai menata bahasa pada wanita bahkan memohon seperti saat ini dimana Ia tidak pernah merendahkan dirinya dengan siapapun,Ia bukan orang yang,Tapi sekarang Kata-kata itu keluar begitu saja dari hatinya yang paling dalam yang mungkin tanpa sadar sebenarnya selama ini Ia simpan namun sulit Ia akui.
Lily berusaha melepaskan genggaman Bara,namun semakin Ia berusaha semakin Bara menggenggam tangannya lebih erat seolah tidak ingin melepaskannya."Lepaskan aku,aku tidak bisa seperti kemauan mu"
"Aku sudah terlalu lelah, mempertahankan pernikahan ini hanya akan membuat ku terluka kedua kali bahkan mungkin akan lebih parah lagi"
Bara menatap tangan Lily sekarang kemudian beralih ke punggung kecil itu yang entah sejak kapan bergetar, sepertinya perempuan itu benar-benar sudah lelah dan memilih menyerah namun Ia ingin egois sekarang,Ia tidak akan melepaskannya.
Grep...
Lily terkejut saat secara tiba-tiba Bara memeluknya dari belakang dengan begitu erat,"Kau hanya cukup diam tanpa melakukan apapun, biarkan kali ini aku yang berjuang,kau hanya perlu memberikan ku kesempatan"
Tubuh Liliana semakin bergetar hingga air matanya mengalir dengan deras sekarang,sungguh kata-kata itu yang selalu Ia nanti-nanti selama ini,namun kata-kata itu keluar saat Ia benar-benar memilih menyerah karna terlalu lelah dan kecewa.
"Ku mohon"
Kali ini Bara benar-benar menurunkan harga dirinya untuk pertama kalinya,dan itu pada istrinya sendiri yang selama ini tak pernah Ia anggap bahkan Ia benci dengan berbagai alasan namun saat ini Ia ingin mempertahankannya dengan satu alasan yang masih sulit Ia ungkapkan namun Ia bisa tau perasaannya yang tidak ingin melepaskannya.
"Aku tidak bisa hik..."
Lily menangis terisak-isak sekarang, hatinya begitu sakit tanpa ada rasa kebahagiaan setelah apa yang di ucapkan Bara, pelukan itu yang selalu Ia inginkan pelukan besar dan hangat yang saat ini benar-benar meruntuhkan pertahanannya.
"Aku hanya ingin kehidupan tenang di sini sampai kita bercerai"
"Tidak!kita tidak akan pernah bercerai",tegas Bara melepaskan Lily.
"Kenapa kamu egois Bara?sejak awal kamu sendiri yang ingin kita bercerai dan tidak pernah menganggap ku ada!,tapi kenapa sekarang kamu berubah pikiran dan mengatakan ingin mempertahankan pernikahan kita ha!!?",Lily berteriak di depan wajah Bara dengan begitu marah bahkan air matanya mengalir dengan deras.
"Kamu pikir kamu siapa yang dengan seenaknya bisa mempermainkan perasaan seseorang?!,kamu pikir selama ini jadi aku gak sakit melihat kamu bercumbu mesra dengan wanita lain,lebih memperdulikan dia dan sama sekali tidak pernah menganggap keberadaan ku setiap kali aku di tengah-tengah kalian seperti aku adalah sebutir debu?!"
Bara hanya diam tanpa membalas ucapan Lily,Ia terus menatap wajah cantik itu yang sekarang basah karna air mata dan wajah yang benar-benar terpancar amarahnya,bisa di lihatnya pancaran mata itu benar-benar menggambar kan kekecewaan yang mendalam.
"Dan sekarang dengan mudahnya kamu mengatakan ingin bertahan dan mempertahankan pernikahan kita yang jelas-jelas tidak sehat ini ha?!lalu kamu akan kemanakan wanita itu?,apakah kamu mau aku selamanya menerima hubungan kalian?!"
"Tidak,aku memang bodoh dan buta karna cinta tapi aku sudah sadar sekarang,mata ku sudah terbuka sekarang, tidak ada lagi yang bisa mengubah keputusan ku untuk bercerai?!"
Bara tak mampu berkata-kata lagi,Ia hanya terus berdiri di hadapan Lily menghadapi amukannya,ingin sekali rasanya Ia meminta maaf pada wanita itu atas perbuatannya yang memang sangat keliru.
"Kau ingin mempertahankan ku hanya untuk melukai ku atas hubungan mu dengan Laura yang semakin mendalam, seharusnya kau bahagia telah menikah dengannya dan menyambut kehadiran calon anak kalian bukan malah menyiksa ku seperti ini!"
Setelah mengatakan kalimat dalam dan menekan itu Lily menghapus air matanya kuat kemudian langsung berbalik dan keluar dari kamar itu,Ia menutup pintu dengan kuat melampiaskan kekesalannya,sungguh Bara telah benar-benar melukai hatinya dan harga dirinya.
Bara merasa ambigu dengan ucapan terakhir Lily yang benar-benar tidak Ia mengertilah,Ia menghembuskan nafas pelan dan menjatuhkan tubuhnya di sofa dengan menutup matanya meredam rasa yang bergejolak di hatinya saat ini.
Setelah beberapa saat Ia membuka mata dan meraih sesuatu dari laci nakas yang ada di samping sofa, mengeluarkan beberapa lembar foto yang sudah tampak lama dan ada beberapa di antaranya foto yang terlihat baru.Seutas senyum kemudian muncul di bibir seksinya ketika memegang selembar foto seorang gadis SMA yang tampak cantik dengan seragamnya dengan memakai jaket pinky yang berbulu sehingga terlihat tampak lucu dan imut terlebih dengan senyum polosnya.
Kemudian Ia mengambil kembali gambar yang terlihat baru di antara semua foto yang ada di sana,foto itu terlihat wanita cantik yang dewasa dengan penampilannya yang sederhana namun tampak anggun dan berwibawa dengan kecantikannya yang lembut dan khas.
"Apakah semuanya sudah benar-benar terlambat,apakah aku sudah keterlaluan sehingga begitu membuatnya terluka sampai sebegitu dalamnya sampai-sampai kebenciannya tak bisa tertahankan lagi?,maafkan aku,aku terlalu bodoh untuk memahami perasaan ku yang sebenarnya bahkan begitu lama untuk memahami perasaan ku sendiri"
Matanya memerah dan berkaca-kaca, penyesalannya tak terlukiskan sehingga Ia sendiri tidak bisa menggambarkannya lagi seberapa besar penyesalannya.
Flashback off
"Bar,ada lagi tuh yang naksir sama kamu,dia anak baru kelas satu adik kelas kita, tapi yang kali ini beda nih"
"Yang ini tuh cantik,lucu menggemaskan pokoknya idaman banget deh"
"Jika tidak ada yang perlu di bicarakan lagi silahkan keluar aku sibuk,atau kalian mau mengerjakan pekerjaan ku?"
"Ya elah si ketos dingin juteknya minta ampun,sampai kapan sih mau jomblo mulu?,mending sama nih bocah aja kamu bisa pertimbangankan dulu",Pria ganteng dengan seragam SMA itu memberikan foto begitu saja ke tangan Bara yang hanya dengan ekspresi datar dan dinginnya.
Ia akan membuang foto itu setelah kedua temannya keluar,namun pergerakan tangannya berhenti ketika sekilas Ia memandang foto gadis di tangannya itu.
Ia berhenti menatap foto seorang gadis SMA yang tampak cantik,lucu dan juga menggemaskan dengan balutan seragam SMA nya yang rapi dan jaket pinky yang berbulu berpose dengan dua jari sambil menggembungkan pipinya.
Ia membalikkan foto itu dan membaca namanya di sana,"Liliana Zegantara"
"Tidak penting", ucapnya dengan wajah khasnya,namun bukannya membuang foto itu,Ia justru menyimpannya ke dalam saku dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Sejak saat itu Ia seringkali bertemu dengan gadis di foto itu,dimana gadis itu sering kali memberikannya hadiah dan surat-surat cinta yang benar-benar terlihat sekali kekanak-kanakan,bahkan dengan terang-terangan sering kali mengungkapkan cintanya di depan banyak orang.
Namun semakin hari Ia semakin muak dan kesal dan risih dengan kelakukan gadis itu,Ia bahkan semakin membencinya ketika Ia mengetahui dari Laura yang pada saat itu sudah menjadi kekasihnya dimana gadis yang Ia tau polos dan lugu itu ternyata di belakangnya membully kekasihnya itu.
Bukan sekali dua kali,tapi adik kelasnya yang tergila-gila padanya itu sering membully Laura di belakangnya dan menolak mengakui ketika Ia bertanya secara langsung.
Setelah berjalan setahun,adik kelasnya itu sama sekali tidak jera dan selalu mengejarnya seperti apapun dia memperlakukannya selama satu tahun ini, bahkan tiap kali Ia memarahinya gadis itu tidak pernah membencinya justru semakin tergila-gila padanya,namun itu justru membuatnya muak tapi di akhir kelulusan nya gadis itu memberikan sebuah surat padanya yang mungkin cukup untuk Ia kenang dan akan sulit Ia lupakan.
Hingga setelah tujuh tahun berlalu,dimana Ia telah melewati satu kampus bersama gadis itu dan semuanya sama-sama menyebalkan dan memuakkan dimana gadis itu ternyata sama sekali tidak berubah dan masih mengejarnya,namun beruntung mereka sangat jarang bertemu karna perbedaan bidan kuliah dan juga faktor kampus yang begitu luas.
Di tahun ke delapan Ia kembali bertemu dengan gadis yang Ia benci itu, namun gadis itu telah berubah menjadi wanita dewasa yang anggun dan elegan dengan penampilan sederhananya namun tak menghilangkan kecantikannya,Ia bertemu dengannya ketika Ia di undang di Paris fashion week,Ia tidak tau kenapa gadis itu ada di sana namun pada saat itu Ia langsung terkesan ketika pertama kali melihatnya kembali.
Namun ketika gadis itu kembali melihatnya,gadis itu kembali mengejarnya bahkan pandangannya tidak berubah seperti pertama kali mereka bertemu, tatapannya tetap berseri-seri,tapi Ia sadar tidak serisih dulu lagi justru Ia merasakan kehangatan bertemu dengan gadis itu lagi.
"Hai kak kita bertemu lagi,cinta ku pada kakak tidak berubah lho, bagaimana dengan kakak?apa hatinya sudah terbuka untuk ku?aku selalu menanti-nantikan kakak sampai kapan pun hehe"
Meski merasa lucu dengan ucapan gadis itu,Bara hanya memasang wajah datar dan dinginnya."Tidak ada", jawabannya tanpa berperasaan namun Ia tidak menyangka tanggapan gadis itu masih seperti biasa terlihat biasa saja tanpa ada rasa sakit hati sama sekali nampak di wajahnya.
"kakak jangan khawatir,aku itu orangnya tidak mudah menyerah aku akan menunggu kakak sampai aku tua nanti karna kakak adalah cinta pertama ku setelah papa ku jadi aku tidak akan lelah menunggu kakak membuka perasaan pada ku hehe"
Cengiran kembali di nampak kan gadis di depannya itu, terlihat benar-benar lucu dan menggemaskan.
"Tapi aku tidak akan pernah menyukai mu sampai aku tua karna hanya ada nama satu orang di hati ku dan sebentar lagi kami akan menikah jadi berhenti berharap gadis kecil karena keinginan mu itu tidak akan pernah tercapai"
Ia memanggilnya gadis kecil meski usia mereka hanya berbanding dua tahun,Itu karna ketika SMA dulu Ia memanggilnya seperti itu hingga terbawa sampai saat ini.
"Tapi kan kak aku menyukai kakak,tolong sukai aku juga"
Tanpa mempedulikan gadis itu Ia berbalik namun senyum kecil terbit di bibirnya,Ia akui ternyata Ia merindukan bertemu dengan gadis itu lagi,bahkan perasaan hangat yang jarang di rasakan nya menjalar di hatinya tapi Ia tidak mempedulikannya dan mengabaikan perasaan yang Ia pikir hanya perasaan sekedar lewat.
Sejujurnya Ia tidak pernah benar-benar membencinya namun semua itu berubah ketika gadis itu tiba-tiba di nikahkan dengannya,sejak saat itu Ia merasa gadis itu bukan gadis yang baik karna obsesinya yang gila hingga bisa menikah dengan nya lewat perjodohan, padahal saat itu Ia sudah berencana menikah dengan kekasihnya Laura,sejak saat itulah dia begitu membencinya dan jijik karna merasa obsesinya terlalu besar dan Ia juga menjadi tahu kalau gadis itu terlalu murahan.
"Benar-benar tidak tau batasan, lihat sampai dimana kau akan bertahan"
Laura mendatanginya menangis-nangis karna mengetahuinya menikah padahal hubungan mereka sudah begitu lamanya,bahkan menikah dengan seorang yang dulu sering membully ia merasa tidak tega namun Ia juga tidak bisa apa-apa karena itu adalah paksaan kedua orangtuanya yang selama ini terus memaksa nya menikah tapi Ia tidak pernah mendengar kan mereka karna mereka sendiri tidak pernah menerima kekasihnya Laura untuk menjadi istrinya.
Laura sendiri jugalah yang tidak pernah mau kawin lari dengannya.
Tapi mengingat hal itu Ia semakin membenci Liliana yang sudah menjadi istrinya,karna gadis yang selalu Ia anggap gadis kecil yang menggemaskan dan lucu ternyata tak seperti itu, pandangannya melihat gadis itu hanya seorang perempuan murahan yang mengejar pria sampai sebegitu gilanya.
Ia membenci setiap apapun yang
dilakukanya setiap hari, meski terkadang Ia merasa kasihan dengannya ketika Ia sudah keterlaluan tapi atas bujukan Laura Ia selalu mengabaikannya dan tidak pernah menunjukkan belas kasihnya meski juga terkdang Ia ingin meminta maaf atas tindakannya.
Namun semakin hari semakin lama pernikahan mereka,Ia sadar akan perasaannya terlebih ketika gadis itu selalu ceria dan tidak pernah menunjukkan kebencian padanya,dan masih melakukan tugasnya sebagai istri meski Ia tidak pernah menghargai dan menganggapnya.
Ia selalu masuk ke kamar gadis itu ketika tengah malam hanya untuk melihat wajahnya dan memastikan perasaannya sendiri,namun semakin lama Ia melakukannya itu sudah menjadi taginya melihat wajah gadis itu sebelum tidur yang tak pernah Ia pungkiri selama ini dimana gadis itu memang mempunyai paras yang cantik.
Meski Ia merasa terkadang kelakuannya tidak wajar karena masuk kemar Liliana secara diam-diam,tapi mengingat kembali mereka adalah suami istri Ia menjadi tidak peduli dan selalu masuk ke kamarnya secara diam-diam hanya untuk diam memperhatikan wajah gadis itu tanpa melakukan apa-apa.
Ingin mengakui perasaannya,tapi Ia gengsi untuk melakukannya terlebih Ia memang tidak berniat mempertahankan pernikahan mereka karna telah berjanji akan menikahi kekasihnya meski Ia sendiri tidak yakin akan perasaannya sendiri
Bersambung...
Maaf ya semua jarang up, berhubung author itu seorang penjahit author sibuk banget di bulan 12 jahitan puji syukur menumpuk 😅🙏🙇
lanjut lagiiiii 💪🤩
cemburu y bara
mng enak
menyia-nyiakan berlian demi batu kerikil sih
🤭🤔 di lanjut ya Thor 🙏