Ruby Lauren dan Dominic Larsen terjebak dalam pernikahan yang tidak mereka inginkan.
Apakah mereka akan berakhir dengan perpisahan? Atau sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PenaBintang , isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gelisah
1 minggu berlalu..
Saat ini Dominic san Ruby telah tiba di mansion utama keluarga Larsen. Mereka diundang ke acara ulang tahun Paul Larsen, ayahnya Dominic.
Acara ulang tahun Paul berlangsung meriah dengan tawa dan canda di setiap sudut ruangan. Ruby, dengan gaun merah muda yang anggun, tersenyum tipis kepada beberapa anggota keluarga Larsen saat dia memasuki ruangan penuh dekorasi yang gemerlap. Suasana penuh kebahagiaan, namun tidak bagi Dominic yang sangat membenci suasan seperti ini.
Bryan tiba-tiba menyapanya, sehingga Dominic yang sejak tadi acuh, kini langsung menatap ke arah mereka. Dominic penasaran kenapa Bryan tiba-tiba terlihat akrab dengan Ruby.
"Kau harus menikmati pesta malam ini dan berdansa denganku," kata Bryan.
Ruby terlihat bingung menjawabnya. Dia ingin sekali menolak ajakan Bryan untuk berdansa bersana, namun dia merasa sulit menolaknya, dia takut penolakan itu akan menyinggung Bryan.
"Kau mau berdansa denganku bukan?" tanya Bryan lagi.
"Aku akan pikirkan lagi," jawab Ruby.
Bryan tersenyum tipis padanya. "Aku harap kau mau berdansa denganku."
Ruby hanya tersenyum kecil. Dia bingung bagaimana harus menjawab. Tiba-tiba Ruby membuat alasan dan mengatakan bahwa dia akan ke toilet.
Bryan terkekeh pelan saat melihat Ruby berjalan dengan cepat meninggalkannya. "Dia semakin menarik, aku jadi ingin segera memilikinya."
Bryan lalu menatap ke arah Dominic. Dia lalu tersenyum kepada adiknya itu. Senyum yang mengejek Dominic, sehingga hal itu membuat Dominic merasa kesal.
**
Saat Ruby akan ke toilet, kegaduhan pesta menyembunyikan langkah kakinya yang tergesa-gesa. Di koridor yang sepi, suara bisik-bisik terdengar dari balik pintu yang sedikit terbuka.
Itu adalah Angelic, yang dengan nada pelan berkata kepada seorang pelayan. "Berikan minuman beracun ini kepada Dominic, dan pastikan dia minum itu," ujar Angelic dengan mata berkilat licik.
Ruby, dengan nafas yang tercekat, menyandarkan punggungnya di dinding yang dingin, hatinya berdebar kencang. Kepalanya dipenuhi kebingungan dan ketakutan, tetapi dia tahu dia harus bertindak. Setelah Angelic dan pelayan itu berlalu, Ruby bergegas kembali ke ruang pesta, matanya segera mencari Dominic yang sedang menyendiri di sudut ruangan dan menikmati minuman.
Tanpa membuang waktu, Ruby menarik Dominic ke sudut lain yang lebih sepi, matanya memancarkan urgensi. "Dominic, kau tidak boleh minum apa pun malam ini. Aku mendengar Angelic menyuruh pelayan meracuni minumanmu," bisiknya dengan nada serius.
Dominic tidak terkejut sama sekali. Dia sudah terbiasa dengan hal seperti ini. Yang membuatnya terkejut adalah Ruby yang mengingatkannya tentang hal ini. Dia awalnya berpikir jika Ruby akan berada di pihak keluarganya dan membantu mereka menyingkirkannya.
"Kau harus berhati-hati. Aku tidak berbohong soal ini, aku mendengar sendiri perintah Angelic kepada pelayan," bisik Ruby lagi.
"Bukankah kau berada di pihak mereka? Kenapa kau memberitahukan hal ini padaku?" tanya Dominic.
"Apa maksudmu berada di pihak mereka!? Sejak kapan aku akan berada di pihak penjahat!?" jawab Ruby dengan nada kesal.
Dominic tertawa dengan wajah dinginnya. Dia menatap wajah Ruby dari dekat. "Pasti kau sengaja mengatakan hal ini bukan? Kau disuruh oleh mereka untuk sengaja mengecoh!"
Ruby merasa sangat kesal dengan tuduhan Dominic. "Terserah kau ingin percaya atau tidak!"
**
Dari sudut ruangan yang dipenuhi cahaya remang, Ruby menyaksikan seorang pelayan mendekati Dominic dengan membawa sebuah gelas berisi minuman anggur.
Dia tahu, bahwa minuman itu tidak biasa, ada racun di dalamnya. Sejenak, hati Ruby berdesir kesal memikirkan semua perlakuan Dominic yang dingin dan acuh tak acuh terhadapnya, membuatnya ingin membiarkan saja segalanya terjadi.
"Biarkan saja Dominic sialan itu mati! Aku sudah tidak mau peduli lagi padanya!" gerutu Ruby dengan pelan.
Namun, seiring langkah pelayan yang semakin mendekat, kegelisahan mulai menggelayuti pikirannya. Ruby tidak bisa, dia tidak tega membiarkan Dominic, suaminya, berakhir tragis begitu saja.
Dengan langkah cepat yang dipenuhi ketegangan, Ruby mendekat ke arah Dominic yang sudah memegang gelas berisi minuman beracun. Detak jantungnya semakin kencang, tangan yang dingin, dan pandangan yang tak lepas dari gelas tersebut.
Tiba-tiba, dengan gerakan cepat, Ruby meraih gelas dari tangan Dominic dan menjatuhkannya ke lantai. Gelas itu pecah berkeping-keping, cairan beracun tersebar di atas karpet mahal itu. Dominic sedikit terkejut, matanya membulat tidak percaya, dan seketika ruangan itu seolah membisu, semua mata tertuju pada Ruby.
"Maafkan aku, aku tidak bisa membiarkan ini terjadi," bisik Ruby dengan suara yang bergetar, menahan emosi yang bercampur aduk. Dia kini lega, takut, dan juga sedikit penyesalan.
Dominic hanya bisa menatapnya, masih dengan raut kebingungan yang mendalam, mencoba memproses kejadian yang baru saja berlangsung di depan matanya.
Tiba-tiba Dominic tertawa terbahak-bahak, sehingga semua orang yang ada di pesta itu menatap heran ke arahnya.
"Wah, kau sedang mencoba melindungiku, ya?" kata Dominic dengan nada mengejek.
Sedangkan Angelic yang menyaksikan semua itu, hanya bisa berdiri dengn raut wajah masam dan kedua tangan yang terkepal erat.
Kemudian, Dominic meraih tangan Ruby dan membawanya keluar dari pesta itu. Mereka masuk ke dalam mobil dan Dominic meminta Robin melajukan mobilnya.
"Kenapa?" tanya Dominic tiba-tiba.
Ruby mengerutkan keningnya, dia merasa heran dengan pertanyaan tiba-tiba dari Dominic. "Apanya yang kenapa?"
Dominic menatap tajam Ruby. "Kenapa kau melindungiku?"
"Aku hanya tidak bisa membiarkan kau meminum racun itu," jawab Ruby.
Dominic menatap intens wajah Ruby, dia dapat merasakan jantungnya berdegup kencang saat matanya bertemu dengan tatapan Ruby yang duduk di sampingnya.
Wajah Dominic yang biasanya tenang, kini dipenuhi oleh rasa kegelisahan yang mendalam. Ada sesuatu tentang Ruby yang membuatnya merasa tak karuan, sesuatu yang belum pernah dia rasakan sebelumnya. Dengan cepat, dia mengalihkan pandangannya ke luar jendela, mencoba menyembunyikan kekacauan di dalam dadanya.
Di sisi lain, Robin yang menyetir dengan santai, menangkap perubahan ekspresi Dominic melalui spion tengah. Senyum tipis menghiasi bibirnya saat dia menyadari kegelisahan Tuannya itu. Robin tahu, ada sesuatu yang berubah dalam dinamika antara Dominic dan Ruby, dan dia hanya bisa menebak-nebak apa yang sedang terjadi di hati Dominic.
Sementara itu, Ruby yang merasa tatapan Dominic yang mendalam tadi, hanya bisa menerka apa yang mungkin sedang dipikirkan olehnya. Dia menoleh sejenak ke Dominic yang kini asyik memandang ke luar jendela, lalu kembali menundukkan kepala, merenung dalam diam.
'Kenapa pandangannya tiba-tiba berbeda?' batin Ruby
Suasana dalam mobil itu menjadi penuh dengan ketegangan tak terucapkan, di mana setiap orang tampak tenggelam dalam pikiran mereka sendiri, sementara jalan di depan terus membentang membawa mereka ke tujuan yang masih misterius.
...****************...