NovelToon NovelToon
Heart Choice

Heart Choice

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Kyushine / Widi Az Zahra

Di antara cinta yang tak terucap dan janji yang tak sengaja diucapkan harus menjadi sesuatu yang ditanggung jawabi oleh Rafael. Setelah bertahun-tahun menjalani kehidupan yang hampir terbilang sempurna, Rafael harus kehilangan wanita yang dicintainya sekaligus menerima kehadiran seorang gadis yang sangat ia sayangi—Adeline.

Dua tahun setelah pernikahannya dan bangun dari segala keterpurukannya, Rafael harus terjebak dalam sebuah dilema. Apakah ia akan memilih cinta yang sebelumnya hilang atau tetap bersama dengan seseorang yang selama ini menemani masa-masa sulitnya? Setiap pilihan datang dengan konsekuensi dan setiap keputusan menuntunnya pada jalan yang tak terduga.

Ketika cinta dan masa lalu bertabrakan, apakah Rafael akan mengikuti hati atau logika? Bagaimana jika pilihan yang benar ternyata sesuatu hal yang paling sulit ia jalani? Temukan kisahnya dengan meng-klik ‘Mulai Membaca’.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kyushine / Widi Az Zahra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

HC 22

Saat pemakaman berakhir, sikap Rafael semakin dingin terhadap Adeline. Rafael merasa Adeline membunuh kakek James secara tidak langsung, karena Adeline tidak memberitahu informasi sekecil apapun padanya mengenai kesehatan kakek James.

Malam itu bahkan Rafael tidak menyentuh makanan yang dibuatkan oleh Adeline sedikit pun. "Maafkan aku, kak." Gumamnya seraya menyimpan baki yang berisikan makanan dikamar Rafael.

*

*

Satu bulan berlalu setelah sepeninggal kakek James, dan Rafael terus mengurung diri dikamarnya. Hal yang sama seperti dia lakukan ketika kehilangan pujaan hatinya yang sudah hampir satu tahun berlalu. Adeline merasa bersalah dengan semuanya, meski begitu dia tetap harus terus membuat dan mengantarkan makanan untuk Rafael.

Seperti pagi ini, Adeline menyimpan makanan diatas nakas dan langsung bergegas untuk berangkat menuju rumah sakit. Tidak ada pembicaraan yang terjadi pada keduanya, setiap habis menyimpan makanan, Adeline akan keluar

saat itu juga.

Diwaktu yang bersamaan, Daren dan Alvaro sedang sibuk mengurus tender yang sebentar lagi akan berakhir. Mereka tidak tahu apakah saat hari H nanti Rafael akan hadir atau tidak.

"Dengan kondisi seperti ini, aku tidak yakin Rafa akan hadir." Tutur Alvaro.

"Bagaimana pun tahun ini adalah tahun terberat untuknya, namun sebenarnya Tuhan sudah mengirimkan cahaya untuknya, tapi dia tidak mau menyadari dan melihat cahaya itu." Daren menyahut seraya menghela napasnya.

Sedangkan Adeline saat ini baru saja selesai mengganti seragamnya dan langsung menuju bangsal 7 mengecek kondisi beberapa pasien yang baru beberapa hari lalu melakukan operasi.

"Sebaiknya kau pulang saja, Del. Kau seperti sedang tidak sehat." Efran memegang dahi Adeline secara spontan. "Kau demam, Del. Ayo istirahat dulu. Kau jangan terlalu memikirkan banyak hal."

Tambahnya lagi.

Efran mengajak Adeline pergi ke pantry untuk membuatkan air hangat untuk wanita itu, setibanya dipantry, Adeline justru menangis yang membuat Efran sangat terkejut. Memberanikan diri, Efran memeluk tubuh wanita itu dan mencoba menenangkannya.

Pertama kali Efran melihat dan mendengar wanita itu menangis, tangisnya benar-benar terdengar memilukan hati Efran. Tidak banyak bertanya, pria itu hanya menepuk-nepuk pelan punggung Adeline.

Setelah sedikit tenang, Efran langsung membawa Adeline untuk meninggalkan rumah sakit. Dengan izin yang sudah dikantongi, Efran bergegas mengantar Adeline pulang, namun ditengah perjalanan, Adeline meminta untuk

tidak mengantarnya pulang ke rumah, melainkan untuk ke apartment milik Adeline sebelumnya.

Sementara waktu, Adeline akan tinggal di apartment yang sempat disewanya sebelum menikah dengan Rafael. Mungkin jika dia memberi ruang untuk Rafael, pria itu akan kembali normal seperti sebelumnya.

Ditengah keterpurukannya karena harus kehilangan orang yang disayanginya ditahun yang sama, Rafael mendengar suara ponselnya terus berdering. Sebelumnya dia mengabaikannya sampai akhirnya sebuah pesan membuat dirinya harus keluar dan menuju kantor.

Tidak membutuhkan waktu lama, Rafael sudah berada dikantor bersamaan dengan Daren dan Alvaro. "Statistik saham kita terus menurun, Raf. Selain itu, mengenai negoisasi yang kita lakukan dua minggu lalu terhadap tender yang kita lakukan juga kurang berjalan dengan baik." Terang Daren seraya menyerahkan berkas yang ia bawa saat melakukan negoisasi.

"Kenapa bisa berjalan kurang baik? Apa kalian melakukan kesalahan?" Pertanyaan Rafael seakan tengah memberi tekanan pada Daren dan juga Alvaro yang berada disana. "Aku pikr evaluasi yang dilakukan saat itu sudah berjalan dengan sangat baik," Rafael menyandar pada kursinya seraya menyilangkan kedua tangannya.

"Itu karena pihak mereka memaksa ingin bicara langsung denganmu, tapi kau sam..." ucapan Daren terhenti saat Alvaro memegang dada rekannya itu.

"Begini Raf, saat negoisasi terjadi memang semuanya hampir berjalan lancar, namun ada salah seorang dari mereka yang tiba-tiba ingin bertemu denganmu, dia ingin kau hadir dan membicarakan langsung soal negoisasi tersebut kepada mereka. Kami sudah menjelaskan jika kau tengah dalam keadaan berkabung, tetapi orang itu tetap ingin menemuimu." Jelas Alvaro mencoba menetralkan suasana yang tiba-tiba tegang.

Melihat cara Rafael saat ini sudah hampir membuat Daren kehilangan kesabaran, karena jika saja tender ini gagal mereka dapatkan, mungkin dirinya akan menyalahkan Rafael yang terlalu bersikap egois.

"Jika begitu buat janji dengan orang itu dan kita akan melakukan negoisasi ulang." Ucap Rafael.

"Sudah terlambat, Raf." Rafael mengernyitkan dahinya mendengar jawaban dari Alvaro. "Besok lusa adalah pengumuman tender itu, dan semuanya sudah ditutup. Selain itu, Royal Property juga sedang mengalami penurunan penjualan, kita harus mengadakan meeting bersama tim marketing dan jajarannya." Tambah Alvaro.

"Jadi maksudmu sudah tidak ada kesempatan lagi untuk memperbaikinya?"

"Apa yang akan terjadi pada tender itu aku rasa kita harus pasrah, tetapi yang jelas kita harus memikirkan apa yang sedang terjadi saat ini dengan anak perusahaanmu." Tukas Alvaro.

Tidak ingin berada lebih lama didalam, Daren memutuskan untuk keluar dari ruangan seraya membanting pintu dengan sedikit keras, dan hal itu membuat Rafael menoleh ke arah pintu tersebut. Wajar jika Daren kesal, karena

bagaimana pun, dialah orang yang paling banyak mengorbankan waktunya agar bisa memenangkan tender, dan Daren merasa bahwa kali ini mereka akan kalah.

Malam harinya, Rafael merasa kelelahan karena harus mengejar segalanya. Melakukan meeting dengan beberapa staffnya dan melakukan pertemuan kembali dengan staff lainnya di cabang perusahaannya, namun itu sudah menjadi resikonya karena terlalu lama dia mendiamkan perusahaannya di urus dengan orang lain.

Rumah tampak terasa sangat sepi, Rafael menuju dapur dan tidak apapun disana. Dia merasa mungkin Adeline sudah istirahat lebih awal, namun tidak biasanya dia tidak menyiapkan makan malam untuknya.

Berinisiatif, Rafael mencoba untuk mengecek ke kamar wanita itu, namun dia tidak menemukan siapapun disana. Kamar Adeline kosong seperti belum ditempati sejak kepergiannya pagi tadi.

"Apa dia lembur?" Gumamnya yang langsung memilih kembali ke ruangannya.

*

*

Pagi harinya Rafael sudah siap untuk berangkat, dia juga tidak menemukan sarapan atau keberadaan seseorang. Lagi-lagi dia mengecek kamar Adeline, dan ternyata tidak ada Adeline didalam sana. Merasa penasaran, Rafael

memutuskan untuk pergi ke rumah sakit.

Setibanya dirumah sakit, Rafael mencari Adeline, namun dia juga tidak menemukan wanita itu disana.  "Maaf, apa saya bisa bertemu dengan perawat yang bernama Adeline Genevra?" Pungkas Rafael saat mencegat salah satu perawat yang ia temui dilorong.

"Oh Adel? Adel tidak masuk hari ini, aku dengar dia sakit, karena kemarin pun dia pulang lebih cepat diantar oleh dokter Efran."

Kedua tangan Rafael mengepal mendengar Efran membawa Adeline pulang. Jika memang Efran yang mengantar Adeline pulang, kemana pria itu membawanya pergi. Setelah itu, dia merogoh sakunya dan mengambil ponselnya.

"Bagaimana? Apa kau sudah berhasil menemukan yang ku minta?" Tanya Rafael.

"Temui aku di Raken Cakes." Balas orang diseberang sana dan Rafael langsung menuju tempat yang sudah ditentukan.

1
Nursanti Ani
bang Rafa lg lope lope/Facepalm//Facepalm/
Nursanti Ani
oooohhhh babang Efran,,/Grin//Grin/
Nursanti Ani
ini lg mas erfan,,udah ga sabaran bgt pengen BW kabur bini orang/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Nursanti Ani
Rafa udah ad rasa sedikit buat Adel,,,tp takut nanti lg bahagia2 nya Rachel muncul/Shy/
Nursanti Ani
ngarep cinta bgt sih,,,bukan keren malah jijik liatnya,,,,maksa bgt cintanya,,/Hey/
Nursanti Ani
gw rasa sih Rachel masih hidup,,akhirnya Adel nyerah dan pergi,,,kalo sudah tiada baru terasa,,/Sob//Sob//Sob/
Nursanti Ani
cewek bucin begini kl belom d siksa bathin dan d selingkuhin belom sadar diri/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Osi Malang: cerita apa itu
Kyushine: betul, harus digebrak dulu kayaknya biar sadar
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!