Cinta, apakah sungguh-sungguh ada di dunia ini, Zea nyaris tak percaya, menikah apakah akan menjadikan kebahagiaan? Zea pun nyaris tak percaya, pernikahan hanya pintu untuk seruntutan peristiwa yang memusingkan dan mengecewakan. Lelah berpikir tentang cinta, jodoh dan pernikahan Zea justru sibuk dengan berkebun dan berkuda, baginya hal ini lebih menyenangkan.
Namun siapa sangka hadirnya pemuda yang jauh dari usianya itu mampu mengacaukan pondasi dan perasaanya. Lalu bagaimana kah kisah selanjutnya? Akankah dirinya bisa merasakan indahnya cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bandara
✉️"Yang,kamu beneran gak nganterin aku?"
✉️"Zee."
✉️"Aku satu jam lagi berangkat."
✉️"Aku gak akan berangkat kalau kamu gak datang."
✉️"Zee. Aku beneran gak akan ambil beasiswa ini kalau kamu gak datang!"
Pesan beruntun dari Al Jovano pada ponsel Zea, Wanita itu menarik nafasnya dalam, jujur hatinya merasa berat melihat bocah konyol itu pergi.
Panggilan masuk karena Zea tak kunjung membalas pesan pemuda itu, Zea ragu untuk mengangkatnya, lidahnya terasa kelu untuk menjawab langsung permintaan pemuda itu.
Tangan Zea mengangkat panggilan itu dengan memandang dari jauh pemuda yang gelisah menantinya itu, bukan Zea tak datang, dia datang namun tak ingin terlihat oleh pemuda itu.
"Assalamualaikum?" Salam Zea sambil memandang pemuda tampan yang sedang kesal dari kejauhan itu.
"Walaikumsalam. Kamu tega!" Jawab Al Jovano terlihat menendang udara dari kejauhan.
"Hmmm, Berangkat lah! hati-hati!" Ucap Zea sambil menatap wajah tampan yang sedang marah itu.
"Kamu dimana?" Tanya Al Jovano kesal dengan Zea yang tak menghiraukan harapannya sama sekali.
"Bisnis." Jawab Zea asal masih menatap Al Jovano di tempat duduknya.
"Ok fiks aku batal pergi hari ini! terserah dengan beasiswa itu!" Ucap Al Jovano lalu mengambil Tas dan kopernya untuk berkemas.
"Bodoh! pergilah!" Ucap Zea.
"Tidak tanpa bertemu dirimu. Tidak tanpa jawaban pasti darimu!" Kata Al Jovano lagi.
Zea melangkah perlahan di belakang pemuda itu, lalu mematikan ponselnya. "Zeeee! Astaga, kenapa di matikan?" Marah pemuda yang berada di depannya dan berjalan membelakanginya.
"Hmmm, Aku disini." Kata Zea mengejutkan Al Jovano, pemuda itu berbalik dengan wajah terkejut sekaligus bahagia.
"Kamu datang?" Wajah Al Jovano terlihat cerah dari pada tadi.
"Terpaksa, karena ada bocah kecil merengek dan mogok sekolah. " Kata Zea menyindir Al Jovano.
Al Jovano masam menatap pujaan hati yang tak pernah menerima dan menganggapnya itu. Rasanya ingin memeluk tubuh di hadapannya itu dan melabuhkan ciuman hangatnya, namun Al Jovano sadar jika dia sampai melakukan maka Zea tak akan pernah menemuinya lagi.
"Aku mencintaimu Zea, sekarang, esok dan sampai nanti. Ku mohon tunggu aku sampai aku selesai kuliah dan sukses. " Kata Al Jovano kemudian sembari menatap dalam wajah yang setelah ini hanya mampu dia bayangkan tanpa bersua.
"Hmmm, Ya, semoga kau sukses." Jawab Zea bingung harus menjawab apa.
"Aku akan selalu merindukanmu. " Ungkap Al Jovano lagi.
"Jangan merindu. kau akan lupa bagaimana perasaanmu padaku. yakinlah." Kata Zea menolak Al Jovano.
"Tidak Aku yakin! Awas kalau kau menikah tapi bukan dengan aku." Ucap Al Jovano lalu menaruh dua jarinya di bibir Zea dan kemudian memindahkan dua jarinya tadi ke bibirnya.
Zea membeku di tempatnya, ini jadul tapi pipinya merona, malu dan entahlah ada perasaan yang susah dia lukisan di hatinya saat ini.
"Aku pergi, Dada?"
"Wajib balas pesan dan angkat telfon dariku... Love you. Emmmuuuuachhhh. Bye masa depan? Assalamualaikum?" Kata Al Jovano membuat Zea tersenyum tipis, seunik itu pemuda yang mencintainya, aneh tapi nyata, bagaimana pemuda itu bisa jatuh cinta pada dirinya yang beku.
"Waalaikum salam. " Jawab Zea lirih.
Pemuda itu benar-benar berlalu dari hadapannya setelah melambaikan tangannya, Zea menahan sesak di hatinya, ada yang hilang setelah pemuda konyol itu hilang dari pandanganya.
"Jadi, Kamu sudah mulai balas perasaanya? " Tanya Zia sambil menggendong Natan di sisinya ada Azzam yang juga menggendong Nala, di sebelah mereka berdua ada Nana.
"Entahlah. Aku yakin sudah gila bila menerima cinta brondong itu. " Ucap Zea yang di jawab gelak tawa Zia dan Azzam bersamaan.
Mereka melangkah keluar bandara menuju area parkir, Zea terus menunduk karena ada kaca-kaca yang ingin membobol pertahannya.
"Aku ke toilet dulu.Kalian duluan. " Ucap Zea setengah berlari menuju toilet.
***
Di toilet.
Entah kenapa rasanya dadanya seperti sesak, sedih dan kosong secara bersamaan. Air mata lemah itu keluar membasahi pipinya, Ini memalukan pikir Zea, bagaimana bisa dia merasa kehilangan pemuda bodoh yang mencintai dirinya dengan perbedaan usia yang begitu jauh.
Zea duduk dan menutup wajahnya malu karena isak tangisnya tiba-tiba tak bisa dia tahan, Zea tak suka sikap bodoh seperti ini, Zea tak suka sikap lemah dan rapuhnya saat ini, belum benar-benar menerima cinta Al Jovano tapi dirinya sudah mulai bodoh dan hilang arah.
Panggilan masuk di ponselnya dari Zia saudara kembarnya, Zea tak ingin mengangkat karena saat ini mungkin suaranya akan parau, Zea tak ingin ketauan jika sedang menangisi kepergian Al Jovano.
✉️" Zea?kamu dimana? kamu baik-baik saja kan? " Pesan dari Zia yang mengkhawatirkan dirinya.
✉️"Aku baik. Maaf belum tuntas. Malu kalau terdengar Azzam."Balas Zea ambigu.
Zea bangkit lalu membasuh wajahnya, kemudian mengeringkan dengan tisu lalu menutupi wajahnya yang sembab dengan bedak tipis.
Zea keluar dengan perlahan namun langkahnya terhenti saat di hadapannya ada pemuda konyol yang sudah membuat derai air matanya keluar.
Zea membeku kaca-kaca di matanya mulai mengembun, sepertinya halusinasi tentang pria konyol itu mulai terjadi pada dirinya, pikir Zea lalu mengusap air mata yang mulai keluar dari sudut matanya.
Zea berjalan namun langkahnya terhenti oleh pemuda yang dia pikir halusinasinya itu, "Kamu menangisi Aku? " Tanya pemuda itu nyata dan jelas di telinganya.
Zea terkejut dan menajamkan lagi pandangannya, Zea berkedip dan wajah tampan tersenyum nyengir di depannya itu masih nyata, aroma tubuhnya juga semakin nyata.
"Kamu bisa menangis juga ya? Kamu tak relakan aku pergi? "Tanya Al Jovano percaya diri.
"Tunggu, kenapa kamu disini? pesawatnya harusnya sudah berangkat loh. " Tanya Zea terkejut.
"Hmmm. Aku tak pergi. Aku mendengar isak tangismu jadi aku batalkan." Jawab Al Jovano asal, nyatanya dirinya gagal berangkat karena semua penerbangan di pending hari ini, cuaca baru tidak memungkinkan untuk melakukan penerbangan.
"Cup Cup jangan sedih. Aku ada untukmu." Kata Al Jovano nyengir mengejek Zea yang justru semakin berkaca-kaca.
"Bocah menyebalkan! " Zea kesal lalu memukuli Al Jovano pelan dengan tasnya.
"Auuuh. Sakit. Kamu ingin aku mati terus bisa menikah dengan pria lain? jangan harap! jadi hantu pun aku akan memelukmu erat. " Kata Al Jovano bercanda namun beneran kesakitan.
"Jujur kenapa kamu kembali? " Tanya Zea kesal, sia-sia air matanya menangisi pemuda kocak dan menyebalkan seperti ini.
"Hahaha... Seperti Tuhan ingin menunjukkan padaku jika ada hati yang kehilangan diriku. Ada hati yang terluka atas kepergianku. Ada hati yang sedih membohongi perasaanya sendiri." Kata Al Jovano sambil tertawa.
Zea kesal lalu berjalan meninggalkan Al Jovano yang tertawa melihat kebodohan dan kebohongannya, Al Jovano menyusul dengan mensejajarkan langkahnya.
"Cuaca sedang buruk, penerbangan di tunda besok, jangan bersedih, hari ini kita bersama sepuasnya. " Kata Al Jovano sambil menahan lengan Zea.
"Bodo amat! " Kesal Zea tanpa menoleh, sejujurnya dirinya malu saat ini dalam keadaan seperti ini.
***
Yuhu... Jangan lupa biasakan like, komen dan subscribe ya...
Sementara Vote nya buat Zia dulu ya... 🤗
Yang punya banyak bisa di bagi dua... 😁🤭🤭
Sehat-sehat selalu semua... terima kasih sudah mampir ke rumah Zea... 🙏🙏🙏🥰