seorang guru di sebuah sekolah menengah atas, tak pernah menyangka bahwa liburannya ke desa akan membawa petaka baginya.
perkara burung peliharaannya yang lepas, ia harus berurusan dengan seluruh warga desa, Jono yang berniat menangkap burung beo kesayangannya itu malah menangkap Sisil saat ia menaiki balkon rumahnya, seorang gadis remaja SMA kelas 3.
jeritan Sisil pun menimbulkan salah paham oleh para tetangga, sehingga Juno dituntut untuk bertanggung jawab dengan menikahi Sisil.
awalnya ia menolak karena ia juga sudah mempunyai kekasih hati di kota
demi menenangkan warga desa ia terpaksa menikahi Sisil secara rahasia yang hanya dihadiri oleh beberapa warga saja.
akankah Juno tetap merahasiakan istri kecilnya itu dari semua orang? atau malah menceraikannya demi kekasihnya di kota?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nur_ha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
seperti apa aku di mata kamu?
Ucapan hito berhasil membungkam Juno, pria itu seolah terbakar oleh bola api yang ia lemparkan sendiri. Terlebih saat ini Alia sedang menyorot dirinya penuh curiga.
"Hito benar!, Sisil juga bukan mahram kamu Juno. Artinya kamu juga tidak boleh melihat auratnya kan?" Ujar wanita itu
Ada sambutan dari Juno, raut dingin dan datar selalu menghiasi wajahnya. Meski keberatan dengan ucapan Ayah namun mengakui Status hubungannya dengan Sisil adalah hal yang mustahil
"Lebih baik kalian berdua keluar, Biar aku sama Bu Vira yang nemenin Sisil di dalam!" Lanjut Alya
Pasrah Juno pun meninggalkan ruangan itu bersama Hito . Sementara Alya melirik Sisil yang masih belum tersadar.
Gadis belia culon itulah menjadi penyebab dirinya dan sang kekasih sering terlibat pertengkaran akhir-akhir ini.
"Kasihan anak ini, kayaknya dikerjain temannya di gudang sampai pingsan" ujar Bu Vira
"Tapi saya nggak yakin kalau dia dikerjain Bu, soalnya anak-anak mainan berani tempat lain di jam pelajarannya Pak Juno, Lagian anak-anak pasti tahu batasan Kalau cuman buat ngerjain temennya". Balas Alya "Mungkin anak ini memang saja fisiknya lemah dan penakut sampai pingsan"
"Bisa jadi sih" wanita itu mengangguk , "Oh yah, dia ini anak kelas 3 kan?"
"Iya Bu, anak pindahan dari sekolah lain"
"Oh pantesan saya merasa asing"
Alya hanya mengulas senyum namun senyum tipis di sudut bibirnya perlahan hilang saat kelopak mata Sisil bergerak. Gadis Itu tampak mengerjap beberapa kali, sebelum akhirnya membuka mata perlahan.
"Kamu sudah bangun Sisil?" Tanya Bu vira, sambil mengusap bahu
Sisil yang belum sadar sepenuhnya itu hanya menggerakkan bola matanya mengitari ruangan itu. Sepertinya ia sedang bertanya-tanya di mana dirinya berada saat ini.
"Kenapa kamu bisa terjebak di gudang sampai pingsan?" Alya langsung melayangkan pertanyaan
Melihat sisil yang masih pucat dan bibirnya tampak kering membuat Bu Vira menyodorkan sebotol air mineral dengan sedotan, sehingga Sisi yang bisa minum meskipun terbaring.
"Minum dulu Sisil!"
"Makasih Bu" jawab lemah kemudian melirik Alya yang sedang menunggu jawaban . "Saya nggak tahu bu, Saya lagi nyapu saat pintu gudang tertutup rapat dan saya susah nafas"
"Kamu tahu siapa yang menutup pintunya?"
Sisil menjawab dengan gelengan kepala
"Oh ya.. udah kalau begitu"
Setelah Memastikan kondisi sosial yang tidak begitu mengkhawatirkan Alya segera keluar. Wanita itu kembali menatap sebal saat menemukan juno yang sedang duduk di depan ruangan sambil memainkan ponselnya .
"Gimana Sisil? dia sudah bangun?"
"Kamu kayaknya khawatir banget sama dia, ya?" Ada tekanan dalam ucapan wanita cantik itu
"Tolong Al, gimana aku nggak khawatir kalau Sisil susah nafas kayak tadi"
"Itu kan cuma karena alergi debu, Juno. gak perlu kamu sebanding ini!" Ujar Alya "Iya baik-baik saja kok, cuman pingsan biasa. Kamu kayak nggak pernah lihat siswa pingsan lapangan upacara deh!" Sindirnya, bahwa sikap sang kekasih selalu berlebihan
"Ya udah kalau gitu" balas Juno singkat
"By the way, aku tadi sedikit ngobrol sama Hito, aku gak heran kenapa hito nggak tahu kalau Sisil itu keponakan kamu? Bahkan Hito gak sama kali nggak kenal sama Sisil?"
Juno kembali membungkam selama beberapa saat. Ia harus memberi Sebuah Jawaban yang paling masuk akal.
"Sisil itu keluarga dari ayahku ,kalau hito kan keluarnya dari ibu, emas semua anggota keluargaku dari ayah dikenal Hito . Apalagi sebelumnya itu tinggal di luar negeri "
Mendengar jawaban Juno, segenap rasa curiga yang memenuhi batin Alya perlahan menghilang. Jawaban Juno sama persis seperti yang diucapkan oleh Hito tadi. Alya sampai berpikir bahwa dirinya terlalu banyak curiga secara berlebihan .
"Ya udah kita ke cafe aja yuk ?"
"Sisil gimana?"
"Kan ada Bu Vira yang jagain di dalam!"
Tak ingin membuat kecurigaan alias semakin membesar, Juno memilih mengikuti sang kekasih menuju Cafe tempat mereka sering menghabiskan waktu di sana
"Sebenarnya kamu itu serius sama aku nggak sih?" Alya menggerakkan sedotan memutar pada gelas, bibirnya mengerucut menunjukkan raut wajah merajuk
"Ada pertanyaan lain nggak?" Sangga Juno merasa Jengah dengan pertanyaan sama yang selalu mengarah pada dirinya
"Aku nggak akan ganti pertanyaan belum kamu jawab!" Desak wanita itu
"Kita sudah sering membahas tentang itu"
Alya meletakkan bibirnya ke ujung sedotan, menikmati cairan manis yang terasa memanjakan lidahnya. "Aku mulai ragu sama kamu, Jujur Saja"
"Kenapa lagi?" Balas Juno acuh tak acuh
"Kalau memang kamu serius sama aku, Kenapa kamu merahasiakan hubungan kita dari keluarga kamu?" Kenapa kamu nggak pernah ngenalin aku ke ibu kamu?"
"Kamu kan sudah tahu alasan sejak awal hubungan kita. Jangan bikin aku bosan dengan pembicaraan yang sama Al!"
Sikap dingin dan datarnya terlontar dari mulut Juno itu membuat Alya Kian meradang. Wanita itu bahkan sudah berkaca-kaca, beruntung saat ini mereka di tempat umum dan Alya tidak ingin merusak reputasi mereka sebagai pengajar .
"Lagi pula kamu juga tahu kalau aku sudah dijodohkan dengan perempuan lain, yang aku sendiri nggak kenal nggak tahu seperti apa wajahnya"
Alya terdiam, satu kalimat panjang dari juno itu berhasil menamparnya. Ia dirinya lah yang memutuskan untuk melanjutkan Jalinan Kasih mereka
"Setidaknya kamu harus sabar menunggu sampai aku menemukan orang itu dan membatalkan Perjodohan kami. Kamu pikir aku mau dijodohkan dengan orang asing?"
"Tapi sampai kapan?"
"Jangan tanya sesuatu yang aku sendiri nggak tahu jawabannya , kamu sendiri tahu seperti apa kerasnya ibuku"
"Tapi kamu sudah berusaha mencari dan memang sudah tidak ada, artinya kamu sudah bebas dan nggak perlu memikirkan Perjodohan itu lagi?" Rengek Alya, hendak menggenggam tangan Juno namun segera di tepis oleh pria itu
"Enggak semudah itu Al, Ibuku lumayan keras orangnya, kalaupun aku kenalin kamu sekarang Ibuku belum tentu merestui kita .ibu akan minta aku meninggalkan kamu dan tetap memilih Perjodohan itu"
"Kalau suatu hari kamu bertemu dengan perempuan yang dijodohkan dengan kamu dan ternyata kamu suka gimana?"
"semudah itu jatuh cinta? Sama orang asing ?" Juno mendesah malas "jangan berlebihan!"
"Hati Manusia Siapa yang tahu kan? Gimana kalau dia cantik manis, pintar, baik dan sempurna?" Cecar wanita itu semakin dalam
"Mana ada perempuan yang sempurna seperti itu?"
Alya semakin meradang mendengar kalimat frontal juno, menurutnya dirinya sudah mendekati kata sempurna sebagai seorang wanita
"Jadi menurut kamu. Aku orangnya seperti apa?"
"Kamu mau jawaban jujur apa bohong?" Juno menyeringai menatap mata sang kekasih, membuat Alya memasang raut wajah kesal
"Yang Jujurlah, Siapa juga yang suka dibohongin! Ayo jawab jujur , Menurut kamu aku seperti apa?"
"Manja, egois, maunya menang sendiri, ke kanak-anakan"
Spontan mata Alya melotot mendengar ucapan Juno, nafasnya soalnya tertahan di dada
.
Bersambung ...