Tak pernah terbayangkan sebelumnya oleh Maxime Keano, bahwa dia akan menikahi seorang gadis yang masih SMA.
"Barang siapa yang bisa menemukan kalungku. Jika orang itu adalah laki-laki, maka aku akan memberikan apapun yang dia inginkan. Tapi jika orang itu adalah perempuan, maka aku akan menikahkan dia dengan cucuku." Ucap sang nenek.
Tak lama kemudian, datang seorang gadis remaja berusia 18 yang yang bernama Rachel. Dia adalah seorang siswi SMA yang magang sebagai OB di perusahaan Keano Group, Rachel berhasil menemukan kalung sang nenek tanpa mengetahui sayembara tersebut.
"Ingat, pernikahan kita hanya sementara. Setelah nenekku benar-benar sehat, kita akan berpisah. Seumur hidup aku tidak pernah bermimpi menikah dengan seorang bocah sepertimu." Maxime Keano.
"Kamu pikir aku ingin menikah dengan pria arogan dan menyebalkan sepertimu? Menikah denganmu seperti musibah untukku." Rachel Calista.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DF_14, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18
Terlihat Rachel yang nampak melongo ketika dia telah sampai di alamat yang tertera di papan pengumuman itu. Dia memelototkan matanya dan terwah-wah memandangi sebuah bangunan yang sangat megah bak istana yang ada di hadapannya itu.
Tiba-tiba dia dikejutkan dengan pertanyaan seorang security yang sedang berdiri di depan pintu gerbang. "Ada keperluan apa, dek?"
Rachel pun memperlihatkan selembar kertas yang berisi pengumuman kehilangan kalung. "Aku tahu alamat ini dari kertas pengumuman itu, Pak. Aku ingin bertemu dengan pemilik rumah ini, untuk mengantarkan kalung yang sudah aku temukan."
Security tersebut segera membuka pintu gerbang. Akhirnya dia bisa tidur nyenyak, karena sudah beberapa hari ini dia dan semua rekannya dibuat tidak bisa tidur gara-gara harus mencari kalung itu.
Kemudian datang seorang kepala pelayan wanita, terlihat matanya seperti mata panda, mungkin karena beberapa hari ini dibuat tidak bisa tidur karena ulah Nenek Margaretha.
Wajah kepala pelayan itu nampak berseri-seri menyambut kedatangan Rachel. Rachel bagaikan pahlawan untuk semua orang yang ada disana. Akhirnya mereka tidak perlu repot-repot untuk mencari kalung lagi.
"Nama saya Nikita Wati. Saya adalah kepala pelayan di mansion ini. Mari saya antarkan kamu untuk bertemu dengan nyonya besar."
Pantas saja Rachel harus didampingi oleh kepala pelayan untuk masuk ke dalam mansion. Mansion tersebut sangat megah dan luas, terdapat ada banyak ruangan disana. Mungkin Rachel akan tersesat jika tidak didampingi oleh kepala pelayan. Tidak terbayangkan oleh Rachel, bagaimana kalau dia tiba-tiba dia ingin buang air kecil, pasti susah sekali menemukan keberadaan kamar mandi. Yang ada dia akan pipis di celana.
Rachel merasa heran, ketika dia berpapasan dengan beberapa pelayan. Dia tidak sengaja mendengar bisikan mereka.
"Wah beruntung sekali dia, dia sebentar lagi akan menjadi nona muda."
"Aku sangat iri kepadanya."
"Dia adalah wanita yang paling beruntung di dunia ini, karena bisa mendapatkan tuan muda."
Rachel tidak paham, sebenarnya siapa yang dimaksud oleh para pelayan itu. Dia sama sekali tidak menyadari bahwa orang yang sedang mereka bicarakan adalah dirinya.
Sedari tadi Rachel terus berjalan mengikuti sang kepala pelayan, mereka belum sampai juga ke ruangan yang di tuju. Rachel tidak bisa menyembunyikan rasa takjubnya, dengan kemegahan mansion yang memiliki gaya eropa yang klasik tersebut.
...****************...
Terlihat Nenek Margaretha yang sedang tidak sabar menunggu kedatangan orang yang sudah menemukan kalung tersebut. Tentu saja dia akan menepati janjinya yang telah dia ucapkan. Karena janji adalah hutang yang harus dibayar.
Walaupun Nenek Margaretha akhir-akhir ini sering memikirkannya Rachel. Mungkin karena dia sangat merasa tersentuh dengan perlakuan gadis remaja itu kepadanya. Sikap Rachel yang ceria dan hangat bisa membuatnya tertawa lepas. Padahal Nenek Margaretha sudah lama tidak tertawa lepas seperti itu, setelah kehilangan anak dan menantunya pada dua tahun yang lalu karena kecelakaan. Ditambah dengan suaminya yang meninggal satu tahun yang lalu. Hanya Maxime satu-satunya orang yang berharga untuk Nenek Margaretha.
Tok...
Tok...
Tok...
"Permisi, nyonya. Ada orang yang ingin bertemu dengan anda."
Terdengar suara kepala pelayan sedang mengetuk pintu.
Nenek Margaretha pun segera menyuruh mereka untuk masuk, karena dia sudah tahu dari Boy bahwa hari ini orang yang menemukan kalung akan datang ke mansion. "Masuk!"
Ceklek!
Begitu kepala pelayan membuka pintu, betapa terkejutnya Rachel saat melihat Nenek Margaretha yang sedang duduk di dalam ruangan tersebut. Begitu pula dengan Nenek Margaretha.
Rachel mengigit bibir bawahnya, mungkin karena dia sangat merasa malu sudah membicarakan bagaimana menyebalkannya seorang Maxime Keano kepada Nenek Margaretha.
"Ya Tuhan, apakah ini adalah mansionnya si kuyang? Kenapa aku harus berurusan dengan dia?" Keluh hati Rachel.
Setelah Rachel masuk ke dalam ruangan tersebut, kepala pelayan pun segera pergi dari sana. Sehingga kini di ruangan tersebut hanya terdapat Rachel dan Nenek Margaretha.
Rachel pun dengan gemetaran bejalan mendekati Nenek Margaretha, dia bersimpuh di hadapan wanita tua itu. "Maafkan saya tentang waktu itu. Saya tidak tahu kalau Maxime Keano adalah cucu anda."
Nenek Margaretha masih tidak menyangka, dia merasa do'anya telah terkabul. Ternyata orang yang menemukan kalung itu adalah seorang gadis yang sudah menolongnya waktu kakinya tersandung batu di taman.
"Panggil saja aku Oma. Oma sudah memberikan pelajaran kepada Maxime agar dia tidak berbuat seenaknya lagi padamu. Kalau dia berbuat ulah lagi, bilang saja pada Oma."
Rachel mendongakkan kepalanya, memandangi Nenek Margaretha. Dia sama sekali tidak menyangka Nenek Margaretha akan berkata seperti itu kepadanya. " Apa nenek... Emm... maksudku Oma tidak marah padaku?"
Nenek Margaretha malah tertawa kecil, "Untuk apa Oma marah? Justru Oma sangat senang karena kamu yang menemukan kalung itu."
...****************...
"Dimana Omaku?" Tanya Maxime yang baru tiba di mansion. Dia bertanya kepada kepala pelayan.
"Nyonya besar sedang berada di ruangannya bersama dengan orang yang sudah menemukan kalung itu, Tuan." Jawab sang kepala pelayan.
Maxime pun segera berjalan melewati para pelayan yang sedang berjajar menyambut kepulangannya. Maxime sama sekali tidak menghiraukan sambutan mereka, dia berjalan dengan tatapan matanya yang dingin menuju ke ruangan sang nenek.
Maxime mendengar samar-samar pembicaraan Nenek Margaretha dengan seorang gadis. Dia segera membuka pintu ruangan tersebut.
"Oma..."
Maxime tidak meneruskan perkataannya ketika melihat Rachel yang sedang ketawa-ketawi dengan sang nenek. Entah apa yang mereka bicarakan, mereka berdua begitu akrab sekali. Rupanya mereka sedang makan siang bersama, Nenek Margaretha memaksa Rachel untuk makan bersamanya meskipun Rachel sudah menolak beberapa kali.
"Kenapa kamu ada disini?" Tanya Maxime kepada Rachel dengan sorot matanya yang tajam.
Rachel yang sedang menikmati makan siangnya, dia ingin menjawab pertanyaan dari Maxime. Tapi keburu Nenek Margaretha yang menjawab pertanyaan dari Maxime.
"Dia adalah orang yang sudah menemukan kalung Oma. Dan sebentar lagi dia akan menjadi cucu menantuku." Jawab Nenek Margaretha dengan bangganya.
Pernyataan dari Nenek Margaretha seketika membuat Rachel yang sedang makan langsung tersendak. "Uhukk... uhukk..."
Begitu pula dengan Maxime, pria itu nampak terkejut dengan apa yang telah diucapkan oleh Nenek Margaretha. Apakah dia tidak salah mendengar, Rachel adalah calon cucu menantu neneknya? Bukankah Nenek Margaretha hanya memiliki satu cucu? Apakah itu artinya sang nenek berniat untuk menjodohkan dia dengan gadis bocah itu? Maxime harap dia salah dengar.