NovelToon NovelToon
Cinta Dan Pengkhianatan

Cinta Dan Pengkhianatan

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Selingkuh
Popularitas:3.4k
Nilai: 5
Nama Author: Jhulie

Vherolla yang akrab disapa Vhe, adalah seorang wanita setia yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kekasihnya, Romi. Meski Romi dalam keadaan sulit tanpa pekerjaan, Vherolla tidak pernah mengeluh dan terus mencukupi kebutuhannya. Namun, pengorbanan Vherolla tidak berbuah manis. Romi justru diam-diam menggoda wanita-wanita lain melalui berbagai aplikasi media sosial.

Dalam menghadapi pengkhianatan ini, Vherolla sering mendapatkan dukungan dari Runi, adik Romi yang selalu berusaha menenangkan hatinya ketika kakaknya bersikap semena-mena. Sementara itu, Yasmin, sahabat akrab Vherolla, selalu siap mendengarkan curahan hati dan menjaga rahasianya. Ketika Vherolla mulai menyadari bahwa cintanya tidak dihargai, ia harus berjuang untuk menemukan jalan keluar dari hubungan yang menyakitkan ini.

warning : Dilarang plagiat karena inti cerita ini mengandung kisah pribadi author

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhulie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jujur

Sore itu, Vherolla sedang berdua dengan Romi di kamar kosnya seperti biasa. Vherolla menatap Romi dengan penuh kebingungan. Ia ingin percaya, tetapi keraguan yang berulang kali menghantui benaknya tidak begitu saja menghilang. Vherolla memutuskan untuk bertanya langsung kepada Romi, sesuatu yang sudah lama ingin ia tanyakan.

"Rom, aku mau tanya sesuatu...," kata Vherolla dengan nada ragu.

Romi menoleh, alisnya terangkat sedikit. "Tanya aja, Vhe, kenapa kamu terlihat ragu?"

Vherolla menghela napas dalam-dalam, lalu memberanikan diri untuk melanjutkan, "Kamu pernah punya cinta pertama?"

Romi terdiam sesaat. Wajahnya yang tadinya tenang berubah sedikit tegang, namun ia tidak menghindar dari pertanyaan itu. "Iya, aku pernah punya cinta pertama," jawabnya pelan. "Namanya Suzanti. Kami pacaran dari SMP, tujuh tahun lamanya."

Vherolla menunggu dengan sabar, meskipun hatinya berdetak lebih cepat. Ada keinginan untuk tahu lebih banyak, namun di sisi lain ia takut mendengar kenyataan yang mungkin menyakitkan.

"Saat itu aku benar-benar mencintai dia, Vhe. Suzanti adalah segalanya buatku. Aku kira, dia juga merasakan hal yang sama. Tapi suatu hari, dia pamit untuk kerja di luar kota. Aku percayai dia, aku dukung dia. Tapi tak lama kemudian, aku dengar kabar kalau dia sudah punya cowok baru di sana," Romi menjelaskan dengan suara serak. Matanya terlihat sayu, mengenang masa yang menyakitkan itu. "Dia nggak pernah kasih aku kejelasan. Dia pergi begitu saja, tanpa sepatah kata, tanpa penjelasan. Aku minta penjelasan, tapi dia nggak pernah respon. Aku frustasi. Rasanya dunia runtuh saat itu. Sejak itu, aku mulai... ya, kamu tahulah, mabuk-mabukan dan... ya, hidupku jadi berantakan."

Vherolla terdiam mendengar pengakuan itu. Di satu sisi, ia merasa lega karena Romi jujur padanya. Tapi di sisi lain, cerita ini membuatnya sadar betapa dalam luka yang ditinggalkan oleh cinta pertama Romi. Mungkinkah Romi belum sepenuhnya pulih dari masa lalunya? Apakah dia hanya menggunakan hubungan mereka untuk melupakan Suzanti?

Romi jujur, pikir Vherolla mencoba menenangkan hatinya. Terus, apa lagi yang aku ragukan? Semua orang punya masa lalu.

Namun, Romi sepertinya menangkap kebingungan yang masih terpancar dari wajah Vherolla. Ia mendekati Vherolla dan berkata dengan nada tegas, "Kamu kenapa sih masih ragu sama aku? Aku aja nggak pernah lho, nanya-nanya tentang masa lalu kamu. Aku nggak peduli siapa mantan kamu, berapa banyak mereka, atau gimana hubungan kamu sebelumnya. Yang penting sekarang kamu sama aku, ya udah. Tapi kenapa kamu selalu mengungkit masa lalu aku?"

Kata-kata Romi membuat Vherolla terdiam. Benar, Romi memang tidak pernah sekali pun bertanya tentang mantannya atau masa lalunya. Selalu, Romi fokus pada hubungan mereka saat ini, seolah tidak peduli dengan apa yang terjadi sebelumnya. "Romi benar, ia memang nggak pernah nanya tentang mantanku," batin Vherolla.

Namun, ada sesuatu yang masih mengganjal di hati Vherolla. Ia memang ingin percaya sepenuhnya pada Romi, dan sebagian besar dirinya memang sudah merasa yakin. Tetapi kata-kata dari mantan-mantan Romi tentang menjadi pelampiasan terus berputar di pikirannya, seperti racun yang pelan-pelan menyebar.

"Apa kamu beneran serius sama aku, Rom?" Vherolla akhirnya bertanya dengan nada pelan, namun tegas. "Bukan jadikan aku pelampiasan? Aku takut, Rom. Aku nggak mau jadi korban selanjutnya," lanjut Vherolla.

Romi terkejut dengan pertanyaan itu. Wajahnya langsung berubah menjadi serius. "Vhe, kalau aku nggak serius sama kamu, nggak mungkin aku ajak kamu ke rumahku juga ngenalin kamu ke orang tua dan adik-adikku? Kamu pikir aku bakal ngelakuin semua itu kalau aku nggak punya niat serius? Semua tetanggaku udah pada tahu kalau aku sama kamu. Coba kamu pikir pakai logika."

Kata-kata Romi menggema di kepala Vherolla. Ia teringat saat Romi pertama kali mengajaknya pulang ke rumah. Betapa gugupnya dia saat itu, bertemu dengan keluarga Romi. Dan betapa hangatnya sambutan mereka. Romi benar. Dia memang tidak akan memperkenalkan Vherolla kepada keluarganya jika ia tidak serius.

Vherolla menunduk, merenungkan ucapan Romi. Ada logika yang tak bisa ia bantah. Jika Romi hanya ingin main-main, dia tak akan repot-repot membawa Vherolla masuk ke dalam kehidupannya lebih dalam.

"Bisa aja kan Romi mau berubah. Dan bisa jadi juga aku yang terakhir. Mungkin benar, kalau pacar Romi banyak, dan sering ganti-ganti cewek, tapi pas ketemu aku mungkin aja dia mau serius dan mau berubah," batin Vherolla.

"Kamu benar, Rom," kata Vherolla akhirnya. "Aku terlalu banyak berpikir buruk. Aku harusnya percaya sama kamu." Vherolla melanjutkan ucapannya.

Romi mendekat, mengulurkan tangan untuk menggenggam tangan Vherolla. "Aku serius sama kamu, Vhe. Aku tahu masa laluku berantakan, tapi aku nggak mau itu mengganggu hubungan kita. Aku sayang sama kamu. Tolong jangan ragukan aku lagi."

Vherolla tersenyum tipis, meskipun hatinya masih sedikit ragu. Namun untuk saat ini, ia memutuskan untuk percaya. Romi telah jujur padanya, dan ia tak ingin merusak hubungan mereka karena prasangka yang belum tentu benar.

Dengan lembut, Romi menarik Vherolla dalam pelukan. "Kita bisa melalui semua ini, Vhe. Aku janji," bisiknya.

Dalam pelukan Romi, Vherolla merasa sedikit lebih tenang, meski hatinya masih menyimpan sedikit kegelisahan. Ia mengangkat kepalanya, menatap Romi dengan tatapan yang penuh kebimbangan, namun perlahan-lahan ia berusaha meyakinkan dirinya bahwa inilah yang ia inginkan. Romi telah berjanji, dan kali ini ia ingin percaya.

"Aku sayang kamu, Rom," bisik Vherolla pelan, tetapi cukup terdengar oleh Romi. "Aku hanya takut, semua ini nggak akan bertahan lama. Takut suatu saat nanti kamu berubah, kayak yang dulu-dulu."

Romi mengusap lembut pipi Vherolla, menatapnya dengan mata yang penuh kesungguhan. "Aku nggak akan ninggalin kamu, Vhe. Aku udah janji sama kamu, kan? Dan aku nggak pernah main-main soal perasaan ini. Aku tahu aku bukan cowok yang sempurna, tapi aku berusaha buat kita."

Vherolla mengangguk kecil, meski di dalam hatinya masih ada sedikit keraguan yang bersembunyi di balik setiap kata-kata Romi. Dia tahu, masa lalu Romi bukanlah sesuatu yang bisa dihapus begitu saja. Namun, dia juga sadar bahwa setiap hubungan membutuhkan kepercayaan, dan kali ini dia ingin memberikan kepercayaan itu, meskipun tidak mudah.

Romi menggenggam tangan Vherolla dengan erat, seolah ingin menunjukkan bahwa dia sungguh-sungguh. "Bagaimana kalau kita jalan-jalan hari ini? Aku pengen ngabisin waktu sama kamu, Vhe, tanpa ada pikiran yang berat-berat. Kita pergi makan di tempat yang kamu suka, dan mungkin setelah itu nonton film? Gimana?"

Senyum tipis terlukis di wajah Vherolla. "Kedengerannya bagus, Rom. Aku juga butuh udara segar," jawabnya sambil berusaha melupakan sejenak semua kekhawatirannya.

Mereka pun akhirnya bersiap-siap untuk pergi. Romi membawa Vherolla ke restoran favoritnya, tempat mereka biasa makan bersama. Di sana, suasana berubah menjadi lebih santai. Mereka tertawa, bercanda, dan untuk beberapa saat, Vherolla merasa seolah semua kekhawatirannya menghilang. Kehangatan yang ia rasakan saat berada bersama Romi, rasa nyaman yang sulit dijelaskan, membuatnya berpikir bahwa mungkin Romi memang serius kali ini.

Setelah makan, mereka melanjutkan hari dengan menonton film di bioskop. Vherolla tersenyum sepanjang waktu, berusaha menikmati momen bersama Romi tanpa memikirkan hal-hal yang mengganggu pikirannya.

Saat mereka pulang, malam semakin larut. Romi menggenggam tangan Vherolla dengan lembut saat berjalan menuju motor. "Aku senang kita bisa ngabisin waktu kayak gini, Vhe. Kamu selalu bikin hari-hariku lebih baik," kata Romi sambil menatap Vherolla dengan senyum yang tulus.

Vherolla hanya tersenyum kecil, namun di dalam hatinya ia berharap, semua kata-kata Romi ini benar adanya.

1
kenkenzouyou Hiatus 🖤
dh mampir thor semangat🔥
Jhulie: makasih kak
total 1 replies
🔮⃝⃝🤎➳ᴹᴿˢAguca🔰π¹¹🥑⃟ kancil
lanjuttt kaaaa ku suka ceritanya
Jhulie: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!