NovelToon NovelToon
Benih Dalam Kegelapan

Benih Dalam Kegelapan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Lari Saat Hamil / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Kelahiran kembali menjadi kuat
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rrnsnti

Calista Izora, seorang mahasiswi, terjerumus ke dalam malam yang kelam saat dia diajak teman-temannya ke klub malam. Dalam keadaan mabuk, keputusan buruk membuatnya terbangun di hotel bersama Kenneth, seorang pria asing. Ketika kabar kehamilan Calista muncul, dunia mereka terbalik.

Orang tua Calista, terutama papa Artama, sangat marah dan kecewa, sedangkan Kenneth berusaha menunjukkan tanggung jawab. Di tengah ketegangan keluarga, Calista merasa hancur dan bersalah, namun dukungan keluarga Kenneth dan kakak-kakaknya memberi harapan baru.

Dengan rencana pernikahan yang mendesak dan tanggung jawab baru sebagai calon ibu, Calista berjuang untuk menghadapi masa depan yang tidak pasti.

Dalam perjalanan ini, Calista belajar bahwa setiap kesalahan bisa menjadi langkah menuju pertumbuhan dan harapan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rrnsnti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jehana

Calista berbaring dengan mata setengah terbuka, tubuhnya terasa lebih rileks setelah melalui beberapa hari yang melelahkan di rumah sakit. Namun, pikirannya masih sibuk, terutama tentang masa depannya bersama bayi yang ada dalam kandungannya. Sambil memandangi televisi yang menyala di depan, pikirannya melayang pada berbagai hal, dari kesehatannya, kondisi bayi, hingga Kenneth—pria yang kini menjadi bagian penting dalam hidupnya.

“Besok kita pulang ya, baby,” bisiknya sambil mengusap perutnya yang mulai membesar. Gerakan kecil dari bayi di dalamnya membuatnya tersenyum, meski dalam hati masih ada rasa kesal karena harus menghabiskan satu hari lagi di rumah sakit. Ia sudah tidak sabar ingin kembali ke rumah, memulai rutinitasnya lagi dan tentunya kembali ke pelukan Kenneth yang selalu memberikan dukungan penuh.

Pintu kamar tiba-tiba terbuka lebar. Suara langkah cepat langsung mengisi ruangan, dan tak lama kemudian, Jehana muncul dengan gaya khasnya yang penuh semangat. “Calista!” teriaknya dengan suara heboh yang langsung mengusir ketenangan di kamar itu.

Calista menoleh cepat, menatap sahabatnya yang baru saja datang dengan tatapan heran. “Jehana! Ini rumah sakit, jangan bacot kenapa sih?” omelnya sambil memelototi Jehana, namun senyum tipis tetap menghiasi bibirnya. Ia tahu betul, di balik kebisingan yang dibawa Jehana, ada kehangatan dan perhatian tulus dari sahabatnya itu.

Jehana hanya tertawa tanpa merasa bersalah, langsung duduk di kursi di sebelah tempat tidur. “Ya maaf, bumil. Gue cuma kaget aja lo sampai masuk rumah sakit segala. Panik gue, tau nggak?” jawabnya sambil mengelus perut Calista dengan penuh perhatian. “Gimana lo sekarang? Baby lo baik-baik aja kan?”

Calista mengangguk sambil tersenyum lembut. “Alhamdulillah, baik kok. Baby-nya kuat, dokter juga bilang nggak ada yang perlu dikhawatirin.” Rasa lega kembali menyelimuti hatinya saat ia mengingat ucapan dokter yang memberikan kabar baik tentang kondisi kehamilannya.

Jehana menarik napas panjang dan menatap Calista dengan tatapan iri. “Lo tau nggak, Cal, gue iri banget sama lo. Kenneth tuh suami idaman banget! Kakak lo cerita, dia bener-bener panik waktu lo masuk rumah sakit. Dia jaga lo kayak berlian.”

Calista tertawa kecil, sambil menggoyang-goyangkan kepalanya. “Ya terus, kenapa lo nggak buru-buru nikah sama yang seumuran bokap lo itu? Katanya kan dia mapan banget,” goda Calista sambil mengedipkan mata.

Jehana cemberut dan menatap Calista dengan ekspresi keki. “Ya pengen sih, tapi dia-nya nggak ngajak-ngajak gue nikah. Terus gue harus gimana dong? Masa gue yang ngajak duluan?” keluhnya, menambahkan dramatisasi yang selalu membuat Calista tertawa.

Calista menghela napas sambil memandangi sahabatnya dengan penuh tawa. “Orang tua lo tau nggak kalo lo lagi deket sama dia?” tanyanya dengan nada serius di sela-sela tawanya.

Jehana mengangguk pelan, wajahnya sedikit merengut. “Tau. Bokap nyokap malah nyuruh gue cepet nikah aja biar mereka nggak pusing lagi mikirin gue,” jawabnya sambil menyandarkan tubuhnya ke belakang, seolah-olah mengisyaratkan betapa pusingnya hidupnya sebagai anak yang ‘belum menikah’.

Calista tertawa terbahak-bahak mendengar itu. “Gila, lo beban keluarga anjir, makanya disuruh cepet nikah!” godanya sambil menahan tawa yang semakin sulit dikendalikan. Suara tawanya yang lepas memenuhi ruangan, membuat suasana semakin ceria dan jauh dari kesan rumah sakit yang biasanya sunyi.

Jehana hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala, lalu ikut tertawa sambil memukul lengan Calista. “Ya, gue nggak mau nikah asal-asalan lah. Gue kan nunggu yang sempurna,” ucapnya setengah bercanda.

Setelah tawa mereka mereda, Jehana tiba-tiba terlihat ragu-ragu sebelum melontarkan pertanyaan yang sudah lama ia pendam. “Cal, gue mau nanya sesuatu yang serius. Kapan lo mau buka hati buat Kenneth?”

Pertanyaan itu membuat Calista terdiam. Ia menarik napas panjang dan berpikir sejenak sebelum menjawab. “Gue nggak bisa buru-buru, Na. Semua butuh waktu. Kenneth orang baik, tapi gue nggak mau bikin keputusan yang gue sendiri belum siap.”

Jehana menghela napas panjang, jelas merasa frustrasi mendengar jawaban sahabatnya yang dianggapnya terlalu berhati-hati. “Proses mulu, Cal. Kenneth itu udah jelas sayang banget sama lo. Lo juga tau kan, dia nggak akan selamanya nunggu?” desaknya dengan nada yang lebih serius.

Calista mengalihkan pandangan, tidak ingin bertemu mata dengan Jehana. “Mungkin lo bener, tapi gue belum yakin. Gue cuma... butuh waktu buat menerima semuanya,” ujarnya pelan, sambil mencoba merenungi perasaannya sendiri yang masih bercampur aduk.

Jehana tersenyum lemah. “Gue ngerti sih, lo trauma sama hubungan sebelumnya. Tapi lo juga harus mulai kasih ruang buat Kenneth. Dia orang yang tepat buat lo,” katanya sambil menatap Calista dengan penuh empati.

Calista terdiam sejenak, lalu akhirnya mengangguk pelan. “Gue tau, Na. Gue juga nggak mau ngecewain Kenneth. Tapi, gue nggak mau terburu-buru.”

Jehana mendesah, lalu kembali tersenyum. “Oke, gue ngerti. Gue cuma mau lo bahagia, Cal. Gue yakin lo bakal bahagia sama Kenneth.”

Calista tersenyum tipis. “Amin. Semoga aja.”

Melihat suasana kembali cair, Jehana pun kembali ke gayanya yang ceria dan antusias. “Eh, cerita dong, Kenneth itu sebenernya gimana sih orangnya?” tanyanya penuh penasaran, seolah-olah ingin menggali lebih dalam soal pria yang sudah membuat sahabatnya mulai membuka hati.

Calista tersenyum kecil, lalu mulai bercerita. “Kenneth itu baik banget, Na. Dia perhatian, sopan, dan jujur. Terus dia juga suka banget sama anak kecil, romantis banget juga. Gue kadang heran aja, kok dia bisa sabar sama gue yang ribet ini.”

Jehana tertawa kecil, jelas senang mendengar pengakuan sahabatnya yang mulai melihat Kenneth dari sisi positif. “Wah, anak lo nanti pasti mirip Kenneth, deh,” candanya sambil menggoda Calista yang mulai tersipu malu.

“Mau mirip siapa aja, yang penting sehat,” balas Calista sambil mengusap perutnya yang semakin besar.

Jehana mengangguk setuju. “Tapi feeling gue sih, baby lo cewek. Gue yakin.”

Calista hanya tersenyum lebar, menikmati kebahagiaan kecil yang datang dari obrolan santai mereka. “Cewek atau cowok, gue nggak masalah. Yang penting semuanya lancar.”

Jehana mendengus kecil. “Ya iya, bener sih. Eh ngomong-ngomong, nanti gue kenalin cowok gue ya. Dia jemput gue sore nanti.”

Calista langsung memasang wajah antusias. “Wah, gue penasaran banget nih, Na. Akhirnya bisa lihat langsung wujud ‘aki-aki’ lo yang selalu lo ceritain itu.”

Jehana tertawa kecil. “Nanti gue suruh dia masuk ke sini biar lo bisa lihat langsung,” jawabnya sambil mengedipkan mata.

Percakapan mereka terus mengalir, diselingi dengan tawa dan candaan yang menghangatkan suasana. Bagi Calista, meski rasa takut dan ragu masih menghantui, perlahan hatinya mulai terbuka. Kenneth adalah sosok yang penuh cinta dan kesabaran, dan dengan dukungan dari sahabat-sahabatnya seperti Jehana, ia merasa sedikit demi sedikit mulai yakin untuk memberi Kenneth kesempatan lebih besar dalam hidupnya.

Di tengah kehangatan obrolan dan tawa itu, Calista tahu bahwa masa depan yang bahagia bersama Kenneth dan bayi yang dikandungnya sedang menantinya. Meskipun perjalanan menuju kebahagiaan itu mungkin penuh liku, Calista kini lebih siap untuk menjalaninya, satu langkah kecil pada satu waktu.

1
Fajarina
ayo lanjut
habibulumam taqiuddin
begitu dunk
unknown
crazy upppp thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!