Alaish Karenina, wanita berusia dua puluh sembilan tahun itu belum juga menikah dan tidak pernah terlihat dekat dengan seorang laki-laki. Kabar beredar jika wanita yang akrab dipanggil Ala itu tidak menyukai laki-laki tapi perempuan.
Ala menepis semua kabar miring itu, membiarkannya berlalu begitu saja tanpa perlu klarifikasi. Bukan tanpa alasan Ala tidak membuka hatinya kepada siapapun.
Ada sesuatu yang membuat Ala sulit menjalin hubungan asmara kembali. Hatinya sudah mati, sampai lupa rasanya jatuh cinta.
Cinta pertama yang membuat Ala hancur berantakan. Namun, tetap berharap hadirnya kembali. Sosok Briliand Lie lah yang telah mengunci hati Ala hingga sulit terbuka oleh orang baru.
Akankah Alaish bisa bertemu kembali dengan Briliand Lie?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfian Syafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12. Pura-pura tidak kenal
Berulang kali Ala membaca pesan itu, ada rasa bahagia menyeruak di relung hati terdalam. Siapa sangka sekian lama menanti dan bersembunyi, Ala bisa bertemu sapa dengan laki-laki yang masih tersemat dalam hatinya. Meski Brian tidak tahu siapa orang yang telah dia kirimi pesan.
Ala juga terkejut karena Brian rupanya suka baca novel. Jarang ada kan laki-laki yang suka baca novel. Apalagi orang seperti Brian yang sangat Ala kenal bagaimana sifatnya.
[Salam kenal. Terima kasih telah membaca novelku. Mau tanya apa ya, Kak?]
Ala pun membalas pesan itu, meski harus bersembunyi dibalik nama pena. Dia belum siap menunjukkan siapa pemilik dan penulis kisah yang Brian baca. Ala penasaran dengan pertanyaan yang ingin Brian tanyakan.
[Kisah ini nyata? Kebetulan nama saya juga Brian.]
Deg!
Apa Brian sadar dan paham dengan kisah yang Ala tulis? Memang tokoh utama memakai nama Brian. Hanya saja nama panjang Ala ganti. Sementara Ala tetap memakai namanya sendiri. Dia ingin benar-benar mengabadikan kisahnya sendiri dalam sebuah novel. Seperti yang Laras katakan. Biarlah orang yang kenal dengan Ala tahu dan itu sudah tidak Ala pedulikan. Toh sampai sekarang nggak ada yang tahu kalau Ala seorang penulis.
Bahkan teman sekolahnya dulu juga tidak ada yang mengetahuinya. Mereka juga tidak berteman di akun sosial media Ala kecuali WhatsApp. Itu juga hanya beberapa saja yang masih berkomunikasi dengan Ala.
[Kebetulan mirip, Kak. Hehe]
Ala membalas pesan itu, mau tahu respon Brian selanjutnya.
[Kisahnya mirip dengan kisah saya. Bahkan nama perempuan itu sama. Bagaimana bisa kebetulan? Apa anda mengenal perempuan itu?]
Brian rupanya tidak mudah percaya begitu saja. Ala juga tidak pernah berpikir kalau Brian akan baca novel dan bahkan masuk ke grup kepenulisan. Ini sungguh diluar dugaan Ala.
Gadis itu berpikir jika orang seperti Brian mana mau baca novel apalagi menurut Brian buang-buang waktu saja.
Apakah Tuhan mempertemukan mereka kembali melalui sebuah tulisan? Hah Ala tidak mau berpikir jauh. Ala yakin Brian sudah lupa dengannya dan mungkin saja dia benci.
[Perempuan yang mana ya, Kak?] Ala pura-pura tidak paham sama orang yang dimaksud Brian.
Ala ingin sekali mengatakan jika ini dirinya. Mantan yang pernah menemani kemanapun Brian pergi dan juga meninggalkannya tanpa sepatah kata perpisahan karena percaya pada omongan orang lain.
Hanya saja nyali Ala menciut ketika ingat kalau Brian sudah ada yang punya dan sebentar lagi mereka akan segera menikah.
Gadis itu tersenyum getir kalau ingat postingan kekasih Brian yang selalu menandai laki-laki itu. Nampaknya mereka sangat bahagia dan juga serasi.
[Alaish Karenina. Kalau kakaknya kenal, bisa minta tolong?]
[Beritahu saya akun sosial media atau nomor WhatsApp punya Ala. Selama ini saya cari nggak pernah ketemu. Ada hal penting yang harus saya bicarakan.]
Hal penting apa? Ala membatin.
Mungkin soal pernikahan. Ala sudah tahu dan tidak akan pernah datang juga ke acara pernikahan Brian. Lebih baik menghindar daripada sakit hati.
Beberapa kali Ala mengetik balasan inbox Brian tapi berkali-kali pula dia hapus. Ala bingung harus menjawab apa. Kenapa juga kebetulan sekali Brian membaca novel yang baru saja dia posting itu.
Inikah cara Tuhan mempertemukan mereka?
"Haruskah aku jujur?" gumam Ala.
Tidak kunjung mendapatkan jawaban, Brian kembali mengirimkan pesan.
[Kak, plis kasih tahu dimana keberadaan perempuan itu.]
Brian sepertinya memang benar-benar ingin tahu keberadaan Ala. Mungkinkah selama ini Brian juga terus mencari dirinya dan berharap untuk bertemu?
Ala ingin menghubungi Laras. Dia butuh solusi karena pikirannya benar-benar buntu, tapi ini sudah larut malam dan Laras pasti sudah tidur. Kalau Laras belum menikah, sudah pasti Ala ganggu tanpa kenal waktu.
"Brian kenapa ya? Kok maksa gini?" gumamnya lagi.
Beberapa menit berlalu akhirnya Ala pun membalas pesan Brian karena laki-laki itu masih online dan pasti menunggu jawaban dari Ala.
[Kalau boleh tahu ada apa ya?]
Pesan itu langsung dibaca dan Brian sedang mengetik balasan. Ala pun menunggu dengan debaran jantung yang menggila.
[Aku ingin minta maaf sama dia. Ada hal yang belum selesai dan aku nggak bisa katakan sama kakak. Cerita tadi... Aku yakin ini kisah aku sama Alaish. Beran kan?]
Ala mengusap wajahnya. Kedua netra itu berkaca-kaca. Rupanya Brian masih mengingat masalah yang dulu, Ala pikir dia akan memberitahu tanggal pernikahan dan mengundang Ala. Bibir Ala bergetar ketika menyebut nama Brian. Dia menutup mulutnya, tidak percaya jika Brian langsung paham dengan apa yang dia tulis.
"Bener, Bri. Ini kisah kita, aku tulis supaya abadi dalam karyaku," ucap Ala dengan air mata yang kembali menetes.
[Ini bukan sebuah kebetulan. Semua yang kakak tulis kenangan aku sama dia. Jadi boleh aku minta kontaknya?]
Brian kembali mengirimkan pesan. Ala diliputi rasa bimbang. Harus jujur atau bohong. Kalau cerita itu bukan kisahnya pun Brian tidak akan percaya begitu saja. Orang lain bahkan sahabat yang dulu dekat dengannya juga nggak akan tahu ini kisah dia sama Brian. Sebab yang menjalani hanya dia dan Brian. Tentu saja Brian tahu segalanya.
[Kak, apa masih online? Kalau nggak kasih tahu akun sosial medianya aja. Aku ingin minta maaf sama dia. Selama ini aku mencarinya tapi hasilnya nihil. Entah dimana keberadaannya.]
Tak kunjung dibalas, Brian pun kembali mengirim pesan. Berharap penulis kisah cintanya dengan Ala itu membalas.
Sementara penulis itu sedang bingung. Ingin sekali jujur tapi dia takut. Banyak hal yang telah membuat dia ketakutan jika mengingat Brian tapi hatinya berkata lain. Rasa cinta itu masih ada dan selalu mendorongnya untuk keluar dari persembunyiannya selama ini.
Semua pemikiran Ala itu salah. Brian tidak lupa, Brian terus mencarinya dan berharap bisa bertemu untuk menyelesaikan masalah yang memang belum selesai. Ala saja yang malah bersembunyi dan tidak mau menyelesaikan semuanya secara baik-baik. Menyiksa dirinya sendiri dengan pergi sejauh mungkin. Berharap perasaan itu terkikis seiring berjalannya waktu.
[Aku ... Orang yang kamu cari, Bri.]
Dengan tangan yang gemetar dan air mata yang membasahi wajahnya, akhirnya Ala pun jujur pada laki-laki itu.
Brian masih mengetik lama, entah apa balasan yang sedang dia ketik. Ala menunggu dengan tidak sabar bercampur rasa ketakutan.
Takut Brian marah dan memaki dirinya. Ala yakin Brian akan mengirim pesan dengan kata-kata yang kasar.
Mungkin!
Nyatanya .... Pikiran Ala salah!
[Serius kamu Ala? Dari panggilan itu aku percaya karena hanya kamu yang memanggil aku Bri. Sebelumnya aku terharu karena kamu menulis kisah kita dengan begitu indahnya. Maafkan aku ya, karena telah menyakitimu dulu. Maafkan aku yang nggak pernah buat kamu bahagia dan selalu membuat kamu sakit hati.]
[Selama ini aku mencarimu, kepergian kamu membuatku hancur, duniaku berhenti berputar. Aku nggak bisa tanpa kamu, aku berusaha mencari kamu tapi nyatanya kamu nggak ada. Kamu udah merantau ketika aku ke rumahmu. Aku cari sosial media kamu, tapi hasilnya nihil. Aku minta maaf, karena kesalahanku kamu memilih pergi dan menyudahi hubungan kita.]
Adakah laki-laki yang mau mengetik pesan panjang?
Jawabannya ada! Hanya Briliand Lie yang mau mengetik pesan panjang untuk Ala. Membuat gadis itu terharu dan juga sedih jika mengingat masa lalu. Menyalahkan diri sendiri yang begitu bodohnya percaya kepada orang lain. Sementara Ala sendiri tidak tahu kebenarannya dan malah membenci Brian. Meski masih mencintai laki-laki itu.
Mungkin dengan memaafkannya akan membuat hidup Ala tenang. Walaupun tidak akan pernah bisa mengulang kisah mereka lagi. Sadar jika Brian sekarang sudah ada yang memiliki.
[Aku udah maafin kamu, aku juga minta maaf karena ninggalin kamu. Ada sesuatu yang membuatku harus pergi tinggalin kamu. Ya, aku tulis kisah kita supaya menjadi kenangan indah.]
Jika biasanya dia bisa merangkai sebuah kata, kali ini Ala tidak mampu berkata apapun. Rasanya bahagia karena bisa bertemu Brian kembali tanpa perlu bersembunyi dibalik nama pena seperti tadi.
"Bri, andai kamu tahu ... Aku masih mencintaimu. Sayangnya takdir berkata lain ya, Bri. Cuma aku harap Tuhan mempertemukan kita kembali meski tidak bisa lagi mengukir kisah seperti dulu."
Bersambung....
Selamat membaca, Kak say. jangan lupa komen dan kasih dukungan untuk novel ini yaaa?
semangat kakak,
udu mmpir....
btw...ni pnglman pribadi y????
🤭🤭🤭