Alana, seorang gadis yang harus tinggal bersama keluarga Zayn setelah kehilangan kedua orang tuanya dalam sebuah kecelakaan tragis, merasa terasing karena diperlakukan dengan diskriminasi oleh keluarga tersebut. Namun, Alana menemukan kenyamanan dalam sosok tetangga baru yang selalu mendengarkan keluh kesahnya, hingga kemudian ia menyadari bahwa tetangga tersebut ternyata adalah guru barunya di sekolah.
Di sisi lain, Zayn, sahabat terdekat Alana sejak kecil, mulai menyadari bahwa perasaannya terhadap Alana telah berkembang menjadi lebih dari sekadar persahabatan. Kini, Alana dihadapkan pada dilema besar: apakah ia akan membuka hati untuk Zayn yang selalu ada di sisinya, atau justru untuk guru barunya yang penuh perhatian?
Temukan kisah penuh emosi dan cinta dalam Novel "Dilema Cinta". Siapakah yang akan dipilih oleh Alana? Saksikan kisah selengkapnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nungaida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Alana dan Zayn melangkah meninggalkan kafe, menelusuri jalanan yang mulai ramai di bawah langit gelap yang dihiasi ribuan titik cahaya yang gemerlapan. Suara langkah kaki mereka bergema pelan, bersanding dengan desah angin yang membawa aroma segar malam.
"Thanks, Za! Kamu udah sabar ngajarin aku yang otak udang ini. Kalau misalnya kali ini nilai bahasa Inggris aku naik, aku bakal anggap kamu sebagai guru terbaikku selamanya! Haha..." celetuk Alana sambil tertawa ngakak.
Zayn menoleh, menyipitkan mata sambil mengangkat alis. “Oh gitu, ya? Terus apa bagusnya itu? untungnya buat aku apa coba?”
“Hahaha, ya ampun, udah jelas dong, jadi guru itu keren! Apalagi kalau bisa jadi guru terbaik buat Alana yang bebal ini. Itu kan predikat yang membanggakan banget, jarang-jarang ada orang bisa gitu, loh!” kelakar Alana sambil nyengir.
"Eleh, itu kan maunya kamu biar aku ngajarin kamu terus, kan? Ngaku deh, nggak usah ngerayu. Aku udah tau akal busukmu," ledek Zayn sambil menyeringai.
“Hehe, iya sih, ngaku deh!” Ceplos Alana.
“Eh, Za! Itu ada apaan ya? Kok banyak orang ngumpul di situ? Itu orang ngomong apaan sih pake toa? apa ada acara? Atau jangan-jangan bagi-bagi sembako? Lihat yuk, Za, mana tahu kebagian! Hehe."
Alana langsung menghampiri kerumunan dan mencoba mendengar suara dari toa itu.
“Nah~ siapa lagi yang mau mendaftar? Kami akan memberikan hadiah spesial untuk pasangan yang memenangkan misi! Dan kali ini hadiahnya adalah...!! Taraaa! Boneka Keropi empuk yang lebih ingin dipeluk oleh perempuan daripada pacarnya sendiri!” seru pria pembawa acara dengan suara penuh semangat.
“Waah…! Za, ayo kita ikutan juga!” ajak Alana dengan antusias.
"Eh? Tapi, yang bisa ikutan kan cuma pasangan, La. Kita kan…" jawab Zayn ragu, tatapannya sedikit menunduk.
“Biarin! Untuk sekarang, kamu adalah pacarku, Za!” kata Alana mantap, tanpa keraguan sedikit pun.
Sebelum Zayn sempat protes, Alana sudah menariknya ke depan, menerobos kerumunan yang saling berdesakan untuk mendaftar.
Zayn hanya bisa terdiam, masih terkejut dengan spontanitas Alana yang selalu penuh kejutan. Ia tahu, kata-kata Alana tadi hanyalah cara agar mereka bisa ikut kompetisi ini, sekadar ucapan main-main. Namun, kata-kata itu tetap membuatnya baper, menghadirkan perasaan yang tak bisa ia jelaskan.
Nah berhubung sudah tidak ada yang mendaftar lagi mari kita mulai acaranya sebelumnya aku akan menjelaskan misinya. Jadi misinya cukup mudah! Hanya berdiri dengan satu kaki sambil menggendong sang pacar. Jelas pembawa acara itu.
semua peserta membulatkan mata, kaget dan bertanya tanya, apa lagi Alana ia sudah menelan ludahnya. Gawat...! aku kan sangat berat... paniknya dalam hati.
Alana melirik salah satu pasangan di depannya yang sedang bersiap-siap untuk tantangan. Sang pria membungkuk sedikit, sambil berkata lembut, "Nanti begitu mulai, langsung naik ya, sayang."
“Eeeh...Tapi aku berat, loh,” sahut si perempuan dengan nada ragu.
“Enggak kok, kamu kan ringan, seringan kapas,” balas sang pria sambil tersenyum.
Melihat kemesraan mereka, Alana merasa sedikit iri. Wah, mereka manis sekali... bikin iri aja, batinnya.
Ia pun menoleh ke arah Zayn yang berdiri dengan canggung, menghindari tatapannya. Sepertinya Zayn merasa tak nyaman dengan situasi ini.
Kenapa aku sampai menyeretnya ke sini, ya? Tanya Alana dalam hati, tiba-tiba merasa sedikit bersalah.
"Semuanya! Apa kalian sudah siap? Dalam hitungan ketiga, kalian langsung gendong ya?!" seru pembawa acara.
"Satu..."
Alana terkejut, kaget karena dia belum siap. Wah, tunggu... gumamnya dalam hati. Ia segera menoleh ke Zayn.
"Za..." panggilnya ragu.
Zayn menunduk, wajahnya hanya beberapa inci dari wajah Alana. Sorot matanya kini lebih dalam dan serius. Tanpa melihat wajahnya, Zayn berbisik pelan.
"Pegang erat-erat, pindaku, ya," bisiknya dengan suara lirih yang hanya bisa didengar oleh Alana.
"Tiga!"
Dalam hitungan detik, Zayn menempatkan satu tangannya di punggung Alana dan yang lainnya di bawah lututnya, mengangkatnya dengan gaya bridal yang sempurna. Alana sedikit terkejut, namun segera melingkarkan tangannya di leher jenjang Zayn untuk menjaga keseimbangan. Ia bisa merasakan kekuatan Zayn saat ia menggendongnya dengan mantap, membuatnya seolah terbang.
"Oke, mari kita lihat, siapakah yang akan bertahan paling lama!" teriak pembawa acara sambil berputar, mengamati setiap pasangan dengan antusias.
Beberapa menit kemudian, tangan Zayn mulai merasakan pegal. Namun ia tetap menjaga ekspresinya.
" Beratmu berapa?" Tanyanya datar, tapi terdengar nyelekit di telinga Alana.
"Hah?!" Alana merasa sedikit tersinggung. Rasanya, dia kan tidak gendut-gendut amat, tapi dia sedikit merasa bersalah karena menyeret Zayn ke dalam situasi itu.
"Aku pingin banget boneka Keropi itu, Za..." rengek Alana, ia semakin mengeratkan tangannya di leher Zayn, membuat tubuh Zayn bergetar bukan hanya karena berat, tetapi juga karena kedekatannya yang semakin intens.
Alana menatap Zayn, mengamati ekspresinya yang tampak datar dan serius, tidak menunjukkan keberatan sama sekali.
Tadinya aku nggak berpikir kalo dia bakal gendong aku dengan sangat mudah kayak gini, tapi... entah sejak kapan Zayn tumbuh menjadi sebesar ini, padahal dulu dia lebih pendek dariku, batin Alana.
30 menit kemudian...
“Oke, pertandingan selesai! Wah, sudah banyak pasangan yang tumbang, ya! Tinggal satu yang masih bertahan dengan kokoh,” seru pembawa acara dengan suara antusias.
“Karena kita sudah dapat pemenangnya, maka saya akan memberikan boneka Keropi jumbo ini pada kakak cantik yang di sana,” lanjutnya, sambil menunjuk Alana. Orang-orang memberikan tepuk tangan meriah.
“Silakan, Kak, ambil bonekanya!” katanya lagi.
Alana maju dengan riang, senyum lebar menghiasi wajahnya. Pembawa acara menyerahkan boneka Keropi super lembut itu padanya.
“Wah, pacar Kakak, keren ya? Nggak cuma wajahnya yang tampan dan badannya yang tinggi, tapi dia juga sangat kuat dan penyayang. Dia bahkan tak goyah sedikit pun walau sudah menggendong selama 30 menit. Kakak benar-benar beruntung, loh!” ucap pembawa acara itu dengan senyum bangga, seolah-olah memuji Zayn yang sudah kembali ke barisan penontonton.
Alana tersenyum, “Hehe… Iya terima kasih ya.”
Sementara Zayn segera mengalihkan pandangan dari tatapan orang-orang yang tertuju padanya, wajahnya sedikit memerah. Ia merasa canggung dengan pujian itu.
Alana kembali menghampiri Zayn, "Yuk za, kita pulang," ajaknya sambil tersenyum.
Di jalan.
Alana terus memeluk bonekanya dengan erat, matanya berbinar penuh kegembiraan.
"Wah, tadi itu seru banget! Kamu hebat juga ya bisa bertahan selama itu, haha. Makasih loh, Za, berkatmu aku jadi dapat bonekanya. Duh, gimana dong? nggak bisa berhenti senyum nih aku, saking senengnya!"
"Hmph, pokoknya lain kali aku nggak mau melakukannya lagi," dengus Zayn, agak kesal.
"Hehe... iya, iya, jangan ngambek lah," goda Alana sambil tersenyum ke arah zayn.
Zayn sibuk merogoh kantong celana dan jaketnya. Mukanya tampak panik.
"Loh, kenapa, Za? Cari apa kamu?" tanya Alana.
"Emm...kayaknya HP-ku ketinggalan di kafe deh," jawab Zayn.
"Astaga, serius? Yaudah, ayo kita cepet balik ke sana lagi," sahut Lana panik.
"Kamu pulang duluan aja, La. Biar aku sendiri yang ke sana. Udah malam, dingin juga, nanti kamu sakit. Aku bakal cepet balik kok," kata Zayn sambil tersenyum menenangkan.
"Ehmm...padahal kan aku bisa ikut..." pikir Lana, sedikit kecewa.
Akhirnya Lana melanjutkan perjalanan pulang karena Zayn bersikeras tidak ingin ditemani. Ia melangkah sambil menatap boneka gembul yang dipeluknya erat.
"Hehe...dia besar dan hangat, tidurku pasti bakal nyenyak banget. Biasanya kan cuma ada kasur lantai yang tipis, jadi sering kedinginan. Mulai sekarang bakal beda deh," gumam Lana senang, sambil tersenyum kecil.
Ia bersenandung pelan sampai akhirnya tiba di depan rumahnya.
"Wah, boneka besar apaan tuh?!" teriak Zidan tiba-tiba.
"Astaga!!" Alana terlonjak kaget sampai hampir menjatuhkan bonekanya.
Zidan, yang sedang merokok di depan rumah, memperhatikan Lana yang hampir tertutup oleh boneka raksasa itu.
"Kamu jadi kayak digendong boneka, haha," ledek Zidan sambil terkekeh.
Deg.
"Bapak..." panggil Lana, lirih, sambil berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdegup kencang. Wajahnya mulai bersemu merah. Setiap kali melihat Zidan, dunianya seakan berhenti sesaat, memberikan ruang hanya untuk mereka berdua.
"Baru pulang belajar ya, La?" tanya Zidan, suaranya lembut.
"I-iya..." Lana mengangguk malu-malu.
Zidan tersenyum, menatap boneka besar itu. "Kamu dapat dari mana, La? Gede banget bonekanya."
"Acara di jalan raya tadi..." Lana menatap bonekanya. "Oh iya, kalau dilihat-lihat, di pipinya ada bentol merah ya. Lucu banget, Bapak mau li..."
Gedebuk!
"Ah!" pekik Lana, tersandung kaki boneka saat berjalan mendekati Zidan, hingga kehilangan keseimbangan dan jatuh tepat ke pelukannya.
"Hati-hati, nanti kamu bisa terluka," kata Zidan lembut, sambil membantu menstabilkan tubuh Lana. "Mukamu kenapa merah? Kamu sakit, La?" tanyanya cemas, mendekatkan wajahnya untuk memeriksa.
Wajah Zidan yang dekat membuat Lana semakin gugup. "E-eh, nggak papa Pak. Aku...aku masuk duluan ya. Makasih," ujarnya, buru-buru berlari kecil ke dalam rumah dengan wajah merah padam.
Entah kenapa, setiap kali bertemu Zidan, Lana selalu berubah jadi sosok yang bertolak belakang dengan dirinya sendiri. Mendadak salah tingkah dan bicara dengan nada lembut. Padahal biasanya, dia itu bar-bar, ceria, dan konyol. Kalau soal ceroboh, ya jangan di tanya, itu sih udah ciri khasnya.
*
*
Sementara itu, Zayn kembali ke kafe dan bertanya pada pelayan tentang HP-nya, namun pelayan tersebut mengatakan tidak ada barang yang tertinggal hari itu. Dengan rasa kecewa, ia pun berjalan pulang. Namun, sesampainya di rumah, ia teringat belum memeriksa tasnya sendiri.
Tangannya merogoh ke dalam tas dan akhirnya menemukan benda pipih itu.
"Ah, ternyata HP-ku ada di dalam tas..." gumamnya sambil menggaruk tengkuknya, merasa konyol.