"Bagaimana cara mendapatkan mu?"
Yigon yang didesak ayahnya untuk segera menikah pun merasa kebingungan. Tak lama kemudian, dia jatuh cinta dengan seorang gadis SMA yang baru pertama kali di temuinya. Berawal dari rasa penasaran, lama-lama berubah menjadi sebuah obsesi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anak Balita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 18 Permintaan maaf
Di keesokan harinya adalah hari Sabtu yang bertepatan dengan janji taruhan Yigon bersama dengan Hiden.
Pagi-pagi sekali, saat Yigon hendak pergi ke kantor perusahaannya, Rimon sudah selesai menyiapkan sarapan untuknya. Ekspresi Rimon terlihat tidak begitu bersemangat karena di hari itu juga, dia akan bertemu dengan Keiya Ester.
"Kau sangat betah berada di rumahku ya? Sampai kapan kau akan terus menumpang disini? Apa uangmu tidak cukup untuk membeli bahan-bahan bulanan yang biasanya kau beli? Nanti akan ku transfer uang ke rekeningmu, kembalilah ke rumahmu atau pergi jenguk ayah ke rumah utama!" kata Yigon mengomeli Rimon di pagi hari.
Dia senang Rimon memasak untuknya setiap hari, tapi dia juga merasa kesal melihat Rimon yang selalu bersantai menggunakan segala fasilitas yang ada di rumahnya. Padahal Rimon sudah memiliki rumah sendiri, yang letaknya tak jauh dari rumah utama dan resto miliknya.
"Ayah sudah pulang?" tanya Rimon yang membuat Yigon kesal.
"Dasar anak tak tau diuntung! Ayah pulang dari rumah sakit, bukannya dijenguk, tapi kau bahkan tidak tahu jika ayah sudah pulang? Sebenarnya anak siapa kau ini?" kata Yigon yang membuat Rimon terdiam.
Setelah mendengar perkataan Yigon barusan, Rimon jadi kepikiran, sebenarnya dia anaknya siapa? Karena jika diingat-ingat kembali, semua anggota keluarga tidak memiliki jiwa-jiwa koki yang suka memasak.
Semua anggota keluarga, termasuk kakek dan neneknya yang sudah meninggal pun, hanya bergelut di dunia bisnis perusahaan saja. Walau Rimon juga memiliki bisnis resto saat ini, tapi pekerjaan utamanya kan menjadi koki di restonya.
"Eh, hei! Kenapa kau terdiam? Aku tidak serius mengatakan hal itu!" kata Yigon membuyarkan lamunan Rimon.
Rimon yang tersadar pun hanya bisa mengangguk pelan.
...----------------...
Saat berangkat menuju kantor perusahaannya, tiba-tiba Yigon mengurungkan niatnya. Dia teringat dengan Fairy, gadis yang sudah ia abaikan selama 2 hari.
Karena tidak ingin jika Fairy akan membencinya, Yigon memutar balik arah kemudinya. Dia membeli sebuket bunga segar di toko bunga langganan nya.
Dengan kecepatan standar, Yigon pergi ke kampus universitas tempat Fairy berkuliah. Dengan harapan Fairy akan memaafkannya, dan kembali seperti sebelumnya.
Sesampainya di depan gerbang kampus, Yigon berhenti dan menanyakan dimana letak fakultas ekonomi kepada pak satpam yang sedang bertugas.
Osuria yang kebetulan baru datang ke kampus pun sangat terkejut melihat Yigon yang datang ke kampusnya. Dengan putaran penuh ia memutar pedal gas motornya, mendekati Yigon yang hendak masuk ke dalam kampus.
"Tunggu!" teriak Osuria yang membuat Yigon dan pak satpam menoleh ke belakang.
"Osu! Apa-apaan kau mengebut seperti itu di kampus? Bagaimana jika ada mahasiswa yang berjalan kaki kena tabrak olehmu?" teriak Rio yang ternyata ada di sana juga.
"Diam! Aku akan berbicara dengan paman yang membawa mobil mewah ini!" bentak Osuria yang turun dari motornya.
Tanpa membuka helm nya terlebih dahulu, Osuria langsung berjalan mendekati mobil Yigon yang terparkir di depan post satpam. Mahasiswa lain yang melihat Osuria yang terlihat marah itu pun, langsung buru-buru mengambil ponsel mereka.
"Kau temannya Fairy bukan?" tanya Yigon tersenyum begitu Osuria datang mendekatinya.
"Dengar ya paman! Kau sudah membuat temanku menangis, jika kau tidak berniat untuk serius, maka jangan coba-coba mendekati sahabatku yang lemah itu! Kau sudah menyakiti hatinya! Lebih baik kau berhenti sekarang, sebelum terlambat, aku sudah memperingatkan mu!" kata Osuria begitu menggebu-gebu.
"Fairy menangis? Dimana dia sekarang?" tanya Yigon yang cukup terkejut setelah mendengar cerita dari Osuria barusan.
"Itu... Dia tidak masuk kelas hari ini, katanya sedang sakit. Tapi menurutku, itu hanya alasannya saja," sahut Osuria yang mendadak pelan saat Yigon menanyakan keberadaan temannya itu.
"Terimakasih atas informasinya! Gunakan ini untuk membeli makanan!" Yigon memberikan segepok uang ditangan Osuria.
Semua orang sontak terkejut melihat Osuria yang tiba-tiba mendapatkan rezeki nomplok. Termasuk Osuria sendiri, dia amat terkejut, itu adalah kali pertamanya ia memegang uang sebanyak itu.
"A-apa paman sedang menyogok ku?!" teriak Osuria.
"Itu sebagai bentuk terimakasih ku padamu! Tolong ceritakan semua kebaikanku kepadanya!" sahut Yigon yang memutar balik mobilnya, dia pergi ke rumah keluarga Doori dengan kecepatan penuh.
Hatinya sangat bahagia sekaligus merasa bersalah dengan apa yang sudah ia lakukan, hingga membuat gadis yang ia cintai itu menangis gara-gara ulahnya.
...----------------...
Di rumah keluarga Doori, bibi Anna sibuk membujuk Fairy yang tidak mau membukakan pintu untuknya. Takut Fairy akan melakukan sesuatu yang nekat, bibi Anna sampai menangis memohon agar Fairy mau memperlihatkan keadaannya yang baik-baik saja.
"Nona! Tolonglah Nona! Anda jangan begini kepada saya! Apa yang akan saya katakan kepada Tuan, Nyonya dan Tuan Muda Hiden jika anda tidak mau makan seperti ini?" desak bibi Anna yang tidak mau menyerah untuk membujuk Fairy.
Di tengah sibuknya bibi Anna membujuk Fairy, tiba-tiba terdengar suara keributan kecil yang berasal dari luar rumah. Saat bibi Anna hendak mengeceknya, tiba-tiba....
BRAK!
Suara pintu yang terdobrak dari luar, betapa terkejutnya bibi Anna melihat siapa yang masuk ke dalam rumah majikannya itu
"Astaga Ya Tuhan!" bibi Anna terkesiap.
Orang yang masuk ke rumah keluarga Doori tanpa izin ternyata adalah Yigon. Dan suara keributan di depan rumah tadi, adalah suara ribut Yigon dengan pak satpam yang tidak mengizinkan nya masuk ke rumah. Yigon masuk dengan sebuket bunga besar di tangannya.
"Bik, dimana Fairy?" tanya Yigon yang langsung berjalan naik ke lantai atas tanpa meminta izin terlebih dahulu, layaknya rumahnya sendiri.
"Ehhh Tuan?! Anda tidak boleh seperti itu! Biar saya yang memanggil Nona keluar menemui anda! Tuan!" bibi Anna berlari mengikuti jejak kaki Yigon yang lebar.
Fairy yang mendengar keributan di luar kamarnya pun merasa penasaran, dia yang dari tadi tidak mau keluar kini mulai mencoba membuka pintunya sedikit demi sedikit agar bisa mengintip keributan yang terjadi di rumahnya.
"Fairy!" teriak Yigon memanggil namanya, yang sontak membuat Fairy merasa sangat terkejut.
Dengan cepat Fairy membuka pintu kamarnya dan.... Ya! Yigon sudah berdiri tepat di hadapannya.
"Paman?!" Fairy terkejut.
Dengan cepat Yigon mendorong tubuh Fairy kembali masuk ke kamarnya, dan tentunya dia juga ikut masuk. Tangannya yang cekatan pun langsung mengunci pintu kamarnya Fairy dari dalam.
Tubuh mungil Fairy terpojok di tembok kamarnya, buket bunga yang ada di tangan Yigon kini jatuh dan berserakan di lantai. Perlahan-lahan Yigon mendekati Fairy sambil melepaskan jas yang sedang ia pakai saat itu.
"A-apa yang paman lakukan?!" suara teriakan Fairy terdengar hingga keluar.
Bibi Anna yang panik pun segera memanggil semua pekerja yang ada di rumah itu, termasuk pak tukang kebun yang sedang asyik berjoget, pak satpam yang ikut masuk ke rumah, dan pak supir yang baru saja datang.
Tanpa menjawab pertanyaan dari Fairy, Yigon langsung nyosor dan mencium gadis dihadapannya itu. Yigon yang seperti kesetanan itu pun terus melumat bibir Fairy hingga ia kesulitan untuk bernafas.
"Umhh!"
Fairy terus memberontak, tapi dia menjadi tak berdaya saat Yigon yang kuat menahan dirinya dan terus memojokkan tubuhnya merapat dengan dinding.
Itu adalah ciuman brutal pertamanya Fairy, dan itu ia lakukan disaat dirinya belum menggosok giginya. Fairy sangat malu, kenapa Yigon tiba-tiba datang dan memperlakukannya seperti itu?
"Maafkan aku sayang, aku tidak bermaksud untuk mengabaikan mu," kata Yigon sembari memeluk erat tubuh Fairy yang terasa sangat kecil olehnya.
Tak terasa air mata mengalir di pipinya Fairy, gadis itu menangis, tangannya memeluk balik punggung bidang pria di depannya itu. Entah kebahagian atau kekesalan yang ada di hati Fairy saat itu, ia hanya bisa meluapkan segala emosinya melalui tangisan.
Namun, momen haru itu menjadi terhenti saat Yigon tiba-tiba bertanya....
"Sayang, apa kau belum mandi?"
"H-hah?"
"Kau bau asem,"
"P-pergi dari kamarnya Riri! T-tunggu lah diluar, Riri mau mandi...." Fairy mendorong Yigon ke pintu.
Fairy tidak bisa menyembunyikan wajah malunya itu, mukanya memerah hingga ke kuping dan lehernya.
"Haha imutnya~" Yigon terkekeh.
"Ahhh~ Bagaimana ini?" gumam Fairy yang tubuhnya meleyot di balik pintu kamarnya.