Karena hutang ayahnya, Ervina terpaksa menikah dengan seorang CEO yang terkenal dingin, kejam dan tak tersentuh. Kabarnya sang CEO tidak bisa melupakan mantan istri pertamanya.
Narendra Bimantara, Seorang CEO yang membenci sebuah pernikahan karena pengalaman buruk di masa lalu. Namun, karena putri semata wayangnya yang selalu meminta Ibu, Naren terpaksa menikahi Ervina sebagai pelunas hutang rekan kerjanya.
Namun, Naren tak pernah berfikir menjadikan Ervina istri sungguhan, dia berfikir akan menjadikan Ervina baby sister putrinya saja.
Dan membuat perjanjian pernikahan dengan Ervina.
Ikuti kisah IPHMDK
karya Roro Halus.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roro Halus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
11. Pelukan mendebarkan.
Tulus? Bulshit!
'Semua wanita sama saja! Menyukai uang, termasuk Vina!' batin Naren sambil menatap Ervina yang tertidur dengan tatapan datar.
Sambil terus mendengarkan celoteh Calisha yang terus saja memuji-muji Ervina selama ini menjaganya, sampai telinga Naren panas dan tertidur pulas.
Tanpa mereka sadari, mereka bertiga tidur sama-sama pulas dengan mimpi mereka masing-masing, bahkan ini merupakan tidur terpulas Naren selama ini.
Biasanya dia akan tidur larut malam setelah mengerjakan banyak berkas dan menenggak beberapa sloki minumannya agar bisa tertidur dengan tenang.
Namun kali ini, Naren tidur dengan cepat dan tak terbangun-bangun lagi hingga pagi hari.
Ervina lah orang pertama yang bangun diantara ketiga manusia itu, karena merasakan berat di area perut atas, seperti ada yang menimpa dirinya...
'Apa Calisha besar dalam semalam? Kenapa jadi berat sekali!' batin Ervina sambil memegang tangan besar itu.
Tunggu!
Sejak kapan tangan Calisha-nya yang halus, lembut dan kenyal berubah menjadi besar dan berotot! pikir Ervina sambil mulai membuka matanya.
Deg!
Seketika jantung Ervina berdebar tak tau diri mengkhianati pemiliknya saat melihat bukan tangan Calisha yang sedang melingkari tubuhnya.
Bukan!
Tangan ini besar dan kekar, penuh tonjolan otot yang menggiurkan!
Ervina kemudian menoleh perlahan mengikuti tangan besar itu menuju sebelah kanan tubuhnya dengan dada yang semakin berdetak kencang seolah jantungnya ingin keluar dari tubuh Ervina.
Dan benar!
Ervina tidak bisa menahan keterkejutan dan genderang jantungnya saat mendapati Naren masih pulas tidur di sebelah kanannya dengan telanjang dada.
Tidak mimpi!
Dia benar-benar Naren! Kenapa bisa tidur di ranjang bersamaku? Bukankah aku makan sore kemarin dan kepalaku pusing! pikir Ervina sambil menatap tak percaya manusia yang tidur pulas di sebelahnya itu.
Jelas manusia yang kemarin dingin dan kasar padanya!
Ervina jelas menikmati pahatan indah dada dan roti sobek milik Naren, 'satu, dua, tiga, empat, lima, enam! Benar-benar six pack!' batin Ervina mengagumi tubuh suaminya.
Tubuh laki-laki pertama kali yang dipandang oleh Ervina selain Ayahnya, tapi Ayahnya tidak six pack.
Namun detik berikutnya Ervina terbelalak kala menyadari pikirannya sudah sangat jorok, dia memejamkan mata erat seolah ingin masuk ke dalam kasur saja saking malunya dengan pemikiran itu.
Ervina memilih bergeser turun perlahan agar tidak membangunkan dua orang yang sedang mengapit nya itu.
Perlahan-lahan!
Hingga akhirnya Ervina bisa berdiri dan keluar dari kamar yang membuat senam jantung itu, "Huft! Bisa-bisa aku punya penyakit jantung jika tiap hari begini!" gumam Ervina sambil berjalan menuju kamar Calisha.
Menyiapkan baju untuk sekolah dan tas Calisha, kemudian dia turun ke pantry untuk memasak sarapan mereka berdua.
Beruntung Ervina tidak telat bangun pagi ini!..
"Biar kami saja, Nyonya! Anda pasti masih sakit!" ucap Bi Arum.
Ervina menoleh, "Sudah lebih baik, Bi! Tidak apa!" jawabnya.
Kemudian para maid seperti biasa hanya membantu Ervina menyiapkan bahan-bahan dan mengangkat untuk meringankan aktifitas Ervina.
Pagi ini Ervina memasak gurame tim dengan perbawangan , jahe, minyak wijen ala chinesse food dipadukan dengan pakcoy bawang dan ayam kampung lengket.
Setelah semua terhidang dengan manis, bersamaan dengan Calisha yang berjalan menuju kamarnya dari kamar Ervina dengan mengomel.
"Mommy Na meninggalkan Sha ... Mommy Na hilang karena Daddy!" marahnya.
"Kenapa Daddy, Sha! Daddy semalam menemani Mommy Na dan Sha 'kan!" jawab Naren mengikuti Calisha di belakangnya.
Naren berjalan gontai dengan celana pendeknya tanpa pakaian, sudah menjadi kebiasaan Naren jika tidur tidak bisa memakai kaos atau atasan apapun.
Naren yang masih terlelap terkejut saat mendengar suara Calisha berteriak di sebelahnya dan ternyata sedang mencari Mommy nya dan mau tidak mau Naren mengikuti Calisha untuk menjelaskan.
"Daddy yang salah, cari Mommy Na sampai dapat! Kalau tidak Sha akan pergi dari rumah ini!" teriaknya sambil berjalan menghentakkan kakinya kesal dan marah.
"Kata siapa Mommy Na pergi, kita cari dulu, mungkin masih man—"
"Mommy Na di sini sayangku!" teriak Ervina sambil merentangkan tubuhnya menunjukkan apron yang dia pakai, "Makanan untuk putri Calisha sudah siap!" pekik Ervina kesenangan memotong ucapan Naren.
Ervina tidak ingin melihat putrinya marah semakin lama.
"Mommy Na!" pekiknya kemudian tertawa dan berlari menuju lantai bawah.
Namun belum sempat sampai tangga, Naren sudah menarik Calisha dan membawanya ke pundak kekarnya dan turun.
Gerakan tiba-tiba Naren membuat Calisha terpekik dan kegirangan sekalian, "Daddy!" pekiknya membuat semua pasang mata ikut tersenyum dengan suasan hati Tuannya yang terlihat lebih bagus dari sebelumnya.
Walaupun masih diam dan dingin, namun tidak memancarkan aura menyeramkan seperti biasanya.
"Hukuman! Sha baru saja menuduh Daddy yang tidak-tidak!" jawab Naren dengan ketus menggoda putrinya sambil berjalan turun menuju meja makan.
"Daddy curang!" keluh Calisha.
Ervina kemudian melepaskan apronnya dan berdiri di depan meja, melihat itu Calisha sudah mau menggapai Calisha dan Naren membiarkannya, hingga kini Calisha sudah berpindah di gendongan Ervina.
"Mommy Na bangun sejak tadi?" tanya Calisha sambil mengusap wajah cerah Mommynya, "Mommy Na masih sakit, tidak boleh memasak dulu!" lanjutnya dengan suara manisnya.
Ervina kemudian tersenyum, "Mommy Na sudah sehat berkat Calisha, ayo makan!" ajak Ervina.
"Hore ... Makan, makan, makan!" pekiknya senang. ..
Cesa tersenyum sekilas, "Sebelum makan harus apa?" tanya Ervina.
"Gosok gigi dan cuci muka, Mommy Na!" jawab Calisha.
Ervina mengangguk kemudian menurunkan Putrinya yang sudah siap maid di belakangnya membawa sikat gigi dan sabun cuci muka milik Calisha.
Sambil menunggu Calisha cuci muka dan sikat gigi, Ervina kemudian menyendokkan nasi ke piring sang putri tanpa menoleh sedikitpun ke arah Naren, Ervina masih takut saat bersitatap dengan mata elang itu.
Setelah menyendokkan nasi, Ervina kemudian meletakkan sendok nasi itu, "Silahkan, Tuan!"
Pikir Ervina kemarin menyendokkan nasi karena permintaan Calisha, selebihnya dia hanya seorang baby sister Calisha, bukan bertugas sebagai istri yang melayani suaminya—Naren.
Namun Narendra tak kunjung menyendokkan nasi untuk dirinya sampai Calisha datang setelah mencuci muka dan gosok gigi.
"Loh, Daddy gak mau makan? ... Pasti ini enak sekali! Mommy, Sha mau ikannya!" pinta gadis itu berbicara dua arah sudah sangat tergiur dengan ikan tim.
Ervina dengan senyum mengambilkan daging ikan, agar tidak terkena durinya, "Daging yang banyak untuk putri Calisha!" ucap Ervina.
"Terima kasih Mommy Na yang paling baik!" ucap Calisha sebelum menyendokkan makanan.
Hal yang selalu membuat Ervina membuncah, saat gadis itu selalu memuji dan mengapresiasi semua yang Ervina lakukan untuk Calisha.
Tanpa Ervina dan Calisha sadari, Naren sudah memasang wajah jeleknya karena merasa tidak terlihat dimata mereka berdua.
Hingga Bi Arum yang dari pantry menyadarinya, kemudian mendekati Narendra, "Mau Bibi ambilkan, Tuan?" tanya Bi Arum membuat Ervina dan Calisha menatap Naren.
Sedang tatapan Naren sangat tertuju pada Ervina, "Tidak, Bi!" lirihnya.
Glek!
Ervina merasa aneh dengan tatapan tajam yang mengincarnya itu, 'Apa lagi salahku, aku sudah tidak mengusiknya atau memegang barangnya?' batin Ervina menerka sambil membuang muka...
"Ambilkan!" dingin Naren penuh ketegasan.
Sontak Ervina kembali menatap Naren dan tatapan itu masih tertuju padanya, "Saya, Tuan?" tanyanya.
"Siapa lagi?" ketusnya.
Glek!
Bersambung....
Nah kan! Mau kamu apa sih, Naren?
Author sampe bingung lo, apalagi Ervina! 😡
pasti kelakuan nya si Candra itu