Raya, Jenny, Nabilla, dan Zaidan. Keempat gadis yang di sangat berpengaruh di salah satu sekolah favorit satu kota atau bisa dibilang most wanted SMA Wijayakusuma.
Selain itu mereka juga di kelilingi empat lelaki tampan yang sama berpengaruh seperti mereka. Karvian, Agam, Haiden, dan Dio.
Atau bagi anak SMAWI mereka memanggil kedelapannya adalah Spooky yang artinya seram. Karena mereka memiliki jabatan yang tinggi di sekolahnya.
Tentu hidup tanpa musuh seakan-akan tidak sempurna. Mereka pun memiliki musuh dari sekolah lain dimana sekolah tersebut satu yayasan sama dengan mereka. Hanya logo sekolah yang membedakan dari kedua sekolah tersebut.
SMA Rajawali dan musuh mereka adalah Geng besar di kotanya yaitu Swart. Reza, Kris, Aldeo, dan Nathan. Empat inti dari geng Swart dan most wanted SMAJA.
Selain itu ada Kayla, Silfi, Adel, dan Sella yang selalu mencari ribut setiap hari kepada keempat gadis dari SMAWI.
Dan bagaimana jika tiba-tiba SMAJA dipindahkan ke sekolah SMAWI?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oreonaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30 : Classmeet?
“Nih! Surat yang udah gue foto copy!”
Emma dan Olivia baru saja memasuki ruang OSIS. Menyerahkan tumpukan kertas HVS yang mereka foto copy kepada Vian.
Surat undangan khusus untuk orang tua dan akan ditandatangani hari ini oleh kepala sekolah.
Vian mengecek hasil foto copy dengan cepat satu persatu. Ia mengangguk bahwa hasil semuanya sempurna tanpa cacat. Setelahnya ia membagi tugas. Setelah mendengar ucapan Jenny kemarin kepadanya yang membuat Raya kerja rodi. Ia jadi tidak memberi banyak tugas kepada Raya.
“Gue bagi tugas! Emma sama Bara gue minta tolong buat anterin ini ke kepala sekolah dan minta tanda tangannya.”
“Olivia, Kevin gue minta tempel brosur area gedung kelas 10. Era, Arhan tempel area gedung kelas 11. Gw—“
“Kok Lo bagi ke anak-anak lainnya sih, Yan? Terus Raya kerja apa coba? Padahal kan ini juga ada hubungannya sama dia!” Lontar Nia memotong ucapan Vian.
“Gue sama Raya tempel area mading, kelas 12 sama SMA Rajawali. Puas?” Lanjut Vian menatap datar Nia.
“Kita emang sebaya tapi kalau udah ada ruang OSIS tolong hargain gue sebagai ketua kalian dan jangan motong ucapan gue!” Tutur Vian datar.
Nia meneguk ludahnya kasar. “Ma-maaf Yan.”
Vian masa bodo ia diam tanpa menyauti ucapan Nia.
“Lo buta apa gak sih? Lo gak liat? Ni surat siapa yang buat? Tu tumpukan proposal siapa yang buat? Ni ide classmeet sampai sempurna kek gini siapa? Tu liat barang-barang yang beli siapa coba hah? Lo aja disuruh buat beliin HVS di koperasi aja gak mau! Bisa nya bacot aja! Sana Lo pergi kita gak butuh orang banyak bacot!” Seru Emma marah.
Olivia menahan Emma agar tidak mendekat ke arah Nia yang duduk santai tanpa wajah bersalah.
Vian menghela nafas. Saat ada kegiatan classmeet atau lomba pasti ada aja anggotanya yang saling bertengkar.
“Biar gue aja semua, semua gue kerjain kalian santai-santai aja. Nanti yang bungkus hadiahnya gue juga.” Celetuk Raya. Berdiri dan membawa brosur lalu pergi keluar.
Vian terkejut, Raya biasanya akan diam jika ada anggota yang menyinggung dirinya seperti hal ini tetapi sekarang ia malah menjawab dan sepertinya ia marah. Vian berdiri untuk menyusul Raya.
“Gue minta Lo Nia buat minta maaf sama Raya. Gue harap ke depannya Lo jangan semena-mena, gak Cuma buat Lo buat semuanya.”
Vian langsung keluar dan mengejar Raya.
Emma, Bara, Olivia, Kevin pun keluar dengan membawa brosur. Era dan Arhan pun mengikuti Kakak kelasnya yang memiliki tugas yang sama dengan membawa brosur dan keluar.
Nia mendengus, ia di tinggalkan dengan macam-macam tatapan dari anak anak OSIS.
“Ray!” Vian berlari menyusul Raya yang sudah berjalan jauh.
“Apa?”
“Nia udah gue marahin, jangan marah.” Ujar Vian berhasil mengejar Raya dan berjalan di sampingnya.
“Gak marah Cuma kesel aja.”
“Gus minta maaf kalau gue nyerahin semua tugas ke elo.”
“Ga apa-apa, emang tugas gue.”
Vian diam tidak membalas lagi pasti akan dijawab sekenanya lagi oleh Raya. Mereka berdua pun berjalan menuju ke area mading karena lokasi sebelum menuju ke gedung anak 12 melewati area depan dan mading terlebih dahulu.
Vian pun membuka kaca yang melindungi mading menggunakan kunci. Raya duduk bersimpun dilantai untuk mengelem brosur agar bisa tertempel ke mading. Mereka menempel sekitar 2 buah brosur lomba.
Selesai dengan Vian kembali menutup kaca dan menguncinya. Mereka langsung menuju ke area gedung kelas 12. Menempelkan brosur pada pintu kelas.
Anak anak kelas 12 yang masih berada di luar pun mengerubungi Vian dan Raya.
“Apa tuh? Liat liat! Gue mau liat!”
“Nih.”
Raya memberikan satu brosur kepada lelaki yang bertanya kepadanya tadi.
“Nanti gue umumim lebih spesifik lagi sama ketua kelas. Nanti jam setelah istirahat kedua rapat di aula.” Jelas Raya.
“Wah! Keren!” Ujar lelaki berlesung pipi yang meminta brosur kepada Raya.
“Terus brosur itu buat apa?” Tanya lelaki dengan rambut gondrong menatap tumpukan brosur yang dibawa Vian.
“Wah! Ada prom night sama Teater anjay!” Seru Perempuan berambut pendek, menatap brosur yang sudah ditempel oleh Vian ke jendela kelas.
“Teaternya kita yang buat?”
“Iya, nanti gue jelasin lebih lengkapnya di rapat ketua kelas dan dijelasin sama ketua kelas kalian masing-masing.” Jelas Vian.
“Wah! Seru nih pasti! Mana dibuka secara umum!”
“Gue suruh pacar gw liat ah!”
“4 hari lomba cuy!”
“Seminggu classmeet asek-asek!”
“Teater? Gue bagian konsumsi aja deh ga bisa akting gue!”
“Enakan Lo biar bisa makan terus di konsumsi!”
“Hahaha tahu aja!”
“Bazar? Bisa nih gue kemarin buat brownies lumer!”
“Gak sabar!”
“Lombanya seru-seru, menantang. Bisa dibuat war sama anak sebelah ahaha.”
“Ahahah bener!”
Koridor kelas 12 ramai siswa siswi yang berada di luar untuk melihat brosur yang tertempel pada pintu kelas dan jendela kelas. Vian dan Raya tetap fokus menjalankan tugas walau saat mereka selesai menempel tempat mereka akan dikerubungi oleh siswa siswi yang ingin melihat.
“Ray! Wah! Tega Lo IPA Lo kasih terakhir!” Seru Aiden.
Bug!
“Bego! Jurusan kita dilantai 3 ya Cok! Bawah Indonesia ya paling di utamain lah! Apa kabar yang IPS di gedung samping?” Zai tanpa perasaan menggeplak kepala Aiden sampai terjungkal ke depan.
“Asu! Sakit Cok!”
“Rasain! Sakit kan? Itu yang gue rasain selama ini.” Ejek Dio tertawa terbahak-bahak di atas penderitaan Aiden.
Jenny, Billa, Raya tertawa pelan. Vian hanya tersenyum tipis.
“Gue bantuin ya Ray?” Tawar Billa.
“Beneran?” Raya memastikan.
“Ya udah nih!” Raya langsung memberikan sebagian ke Billa. “Ke gedung depan ya tempat anak Rajawali.” Raya tersenyum menatap Billa.
“Hah? Rajawali?” Tanya Billa cengo.
Raya mengangguk, “Ga boleh dikembalikan. Lo yang nawarin dengan suka rela.”
“Ahahahaha!” Jenny dan Zai tertawa keras melihat kebodohan Billa.
“Alah! Jangan deh kalau ke gedung depan, Ray. Ke IPS aja deh gak apa-apa kalau itu.” Rengek Billa kepada Raya.
“Gak boleh gitu Bil. Lo kan tadi nawarin.” Saut Jenny menepuk pundak Billa.
Billa cemberut, mendengus kesal. “Lo berdua ikut!”
“Eh! Ngapain? Kan Lo yang nawarin!” Elak Zai.
“Gue juga ogah! Lo sendirian ke sana, Bil.” Ujar Jenny.
“Ish! Pokoknya kalian temenin aaaa.” Rengek Billa.
“Gak mau ah!”
“Gak mau Billa!”
Vian dan Raya meninggalkan mereka bertiga yang masih ribut melanjutkan kegiatannya.
“Yan, classmeet nya 2 Minggu lagi?” Tanya Dio.
“Iya.”
“Shhh! Kok lama?” Tanya Aiden sedikit meringis bekas geplakan Zai tadi.
“Osis juga nyiapin alat-alatnya, bahan-bahannya. Lo mau menang gak ada hadiah?” Tutur Vian.
Cengir Aiden, “Eheheh. Jangan marah dong! Gue kan tanya.”
“Pertanyaan Lo gak bermutu, Den.” Ujar Dio.
“Kan banyak bertanya banyak ilmu.” Sangkal Aiden.
“Ngomong sama orang bodoh ya gini.” Tutur Dio malas. “Btw! Ini kan sama anak sebelah, kalian gak minta tolong sama sebelah? Soalnya gak mungkin Lo bisa ngatur sebelah kalau gak anak sebelah sendiri yang ngatur.”
Vian menghentikan kegiatannya. Menatap Dio dan memikirkan ucapan Dio.
“Lo bener juga, gue belum ke pikiran sampai situ. Nanti gue minta tolong sekalian sama Reza dan lainnya.” Ujar Vian.
“Udah Ray?” Tanya Vian menoleh menatap Raya yang baru saja selesai menempelkan brosur.
“Udah! Yuk.”
“Gue ke IPS dulu.” Pamit Vian.
Diangguki oleh Dio dan Aiden.
“Bil, yok!” Ujar Raya mengagetkan Billa yang masih merengek kepada Jenny dan Zai.
Billa menoleh menatap Raya, “Ray tem—“
“Gue bercanda, mana.” Ujar Raya memotong ucapan Billa.
Raya langsung membawa alih brosur yang dibawa oleh Billa.
“Gue Cuma nitip ini aja tadi, hehe.” Cengir Raya senang berhasil membuat Billa kelimpungan sendiri.
“Kalau pun Lo ke sana bukannya bisa sekalian pdkt sama Al ya?” Tanya Raya dengan nada ejekan.
Billa seketika langsung berwajah merah, salah tingkah sendiri. Menggoda Billa sangat seru karena salah tingkahnya terasa lucu.
“Raya!” Teriak Billa dengan wajah merah.
“Ahaha, semoga lancar ya nanti ngedate nya.” Goda Raya lagi sebelum meninggalkan mereka.
“Ahaha! Salting ni bocah!” Seru Zai menertawakan Billa.
“Kemarin sok-sokan sibuk lagi!” Jenny tiba-tiba teringat adegan kemarin di kantin.
“Wih! Ada apa nih!” Tanya Dio mendekati mereka.
“Bil? Wajah Lo kok merah?” Tanya Aiden menghadap Billa.
“Minggir ah! Gue kesel!” Pekik Billa meninggalkan mereka.
...
...
Vian dan Raya sudah menyelesaikan menempelkan brosur ke gedung IPS. Sekarang ini mereka berdua sedang berjalan menuju ke gedung sebelahnya dari gedung IPS.
Gedung yang terpisah dari gedung lainnya tempat anak Rajawali berada. Di lantai satu Vian dan Raya langsung bertemu dengan Reza dan kawan-kawan yang baru saja turun dari tangga.
“Ngapain kesini?” Tanya Nathan.
“Ini sekolah gue bakal ada classmeet dan karena ada kalian di sini anak Rajawali diikut sertakan. Gak hanya kalian tapi semua anak Rajawali diikut sertakan.” Jelas Vian memberikan 2 brosur yang berbeda kepada Reza.
Reza menerimanya dan membacanya diikuti oleh Kris, Al dan Nathan yang ikut melihat.
“Kepala sekolah ingin mempersatukan kita dalam bentuk classmeet ini dan gue minta tolong buat bantu ngatur anak sekolah Lo. Gak mungkin gue yang ngatur kan.” Imbuhnya.
Reza mengangguk.
“Nanti kita minta tolong buat kasih tahu khusus ketua kelas dan wakil ketua rapat di aula. Biar lebih paham kita bakal jelas in nanti. Kumpul setelah jam istirahat kedua.” Celetuk Raya.
“Kita juga izin masuk buat nempelin ini.” Izin Vian.
Meskipun ini termasuk gedung mereka tetapi sekarang dipakai oleh anak Rajawali. Ia tidak ingin memancing perseteruan di awal classmeet yang mereka buat.
“Silakan dan nanti gue umumim.” Ujar Reza.
“Nanti kita boleh ikut gak ?” Tanya Nathan.
Raya tersenyum tipis, “Boleh biar nanti kalian bisa lebih mudah ngaturnya.”
“Okey deh.” Balas Nathan senang.
“Ray.” Panggil Reza dengan wajah seperti tidak suka melihat Raya dan Nathan. Apalagi Raya tersenyum walau tipis.
“Apa?”
Reza terkejut dan menggeleng lantas ia pergi begitu saja. Raya mengernyit bingung. Kenapa itu anak.
Kris, Al, dan Nathan menatap bingung Reza. Kenapa mereka di tinggal.
“Kalau mau masuk, masuk aja ga apa-apa. Ini juga gedung sekolah Lo. Kalau anak lain gimana-gimana bilang aja udah di izinin sama Reza masuk.” Ujar Kris lalu berjalan mengejar Reza.
“Kita pergi dulu!” Al dan Nathan pergi mengejar Kris dan Reza.
Vian dan Raya hanya menatap kepergian mereka. Lali mereka melanjutkan kegiatannya. Untungnya mereka di sambut dengan baik walau kadang ada yang menyindir mereka tetapi mereka diam.
Demi kelancaran proses classmeet.
Kalimat itu yang tertanam di benak mereka berdua saat emosi mereka sedikit terpancing.
Untungnya lagi Kayla dan kawan-kawan tidak terlihat di pandangan Raya. Itu yang patut di syukuri kembali. Mengantisipasi adanya keributan dengan anak Rajawali.