Sekuel dari Anak Jenius Mom Sita. Disarankan untuk membaca novel tersebut dulu agar mengetahui tokoh tokohnya.
Kai Bhumi Abinawa memiliki identitas ganda. Ia dijuluki sebagai Mr Sun di dunia hacker yang ditakuti dunia internasional. Sedangkan di dunia nyata Kai dikenal sebagai pemilik sekaligus CEO dari A-DIS ( Abinawa Defense of Internet System) Company yang sukses. Namun kesuksesan yang dimiliki membawa ia dalam banyak masalah. Banyak wanita yang mengejarnya serta musuh yang ingin menjatuhkannya.
Merasa lelah dengan rutinitasnya, Kai memutuskan untuk menepi dan melakukan sebuah perjalanan. Ia meninggalkan semua kemewahannya dan berkelana layaknya pemuda biasa.
Di tengah perjalanannya Kai bertemu penjual jamu gendong yang cantik. Kirana Adzakia nama wanita berhijab tersebut. Kai jatuh hati terhadap Kiran dan Ia memutuskan untuk menetap di daerah tempat tinggal Kiran sebagai penjaga warnet. Namun siapa sangka Kiran adalah seorang janda muda di usianya yang baru 21 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBH 22. Pergilah Buk
Kini Sari sudah berada di rumah. Namun ia tidak ingin berada di kamar. Ia duduk di ruang tamu sambil memegang tangan Kiran.
Semua orang hanya terdiam melihat perilaku Sari yang sepertinya tidak wajar.
" Nak… siapa namamu?"
" Saya bu… saya Kai Bhumi Abinawa."
" Nama yang bagus. Boleh ibu minta sesuatu?"
Kai mengangguk, ia yang sedari tadi berdiri akhirnya duduk juga dengan pak No.
" Ono opo Sar…."
" Pak No, tulung nikahno Kiran. Aku ngroso umurku wes ra suwe pak. Aku weruh mas Prapto wes methuk( tolong nikahkan Kiran, aku merasa umurku sudah tidak lama. Aku lihat mas Prapto sudab menjemput."
" Astagfirullah Sar…. Eling…."
Sari hanya tersenyum. Kai yang mengerti maksud dari ibunya Kiran tiba tiba keluar dari rumah.
" Sebentar ya saya permisi dulu."
Kai berlari menuju rumahnya mengambil sesuatu yang ia simpan di sana. Kemudian ia berlari menuju ke warnet.
" Bang kemana to kok baru kelihatan."
Kai tidak mau banyak bicara sebenarnya namun ia harus menjelaskan kepada Arman.
Setelah mendengar penjelasan Kai, Arman sungguh terkejut. Ia pun segera pergi melakukan permintaan Kai.
Sekitar 30 menit Kai kembali ke rumah Kiran. Namun ia tidak datang sendiri. Di belakang Kai ada Arman, Pak Rt, dan Pak Burhan. Kiran sedikit bingung dengan banyaknya orang yang datang ke rumahnya namun tidak dengan Sari, ia tersenyum tampaknya Kai sudah tahu keinginan nya.
" Bang… ini ada apa."
" Saya ingin menikahi Kiran pak, saya membawa pak Burhan dan Pak Rt sebagai saksi. Arman juga akan jadi saksi dan juga Pak No."
Kiran sungguh terkejut, ia saja belum menjawab lamaran pria bule itu dan sekarang tiba tiba pria yang baru dikenalnya beberapa hari itu ingin menikahinya.
" Tapi bang… Aku…"
" Nduk… ini permintaan ibuk. Ibuk ingin ada yang jaga kamu nanti."
Air mata Kiran luruh, ia sungguh tahu apa maksud ibunya.
" Apa kau bersedia menerimaku Kiran?"
Kiran mengangguk tanpa suara, hanya sebuah isakan kecil yang keluar dari mulutnya.
" Alhamdulillaah". Semua orang mengucap syukur.
" Assalamualaikum…"
" Pak penghulu??!!"
Ya Arman tadi diminta Kai untuk menjemput penghulu di daerah Kiran untuk menikahkan mereka. Namun karena surat surat tidak bisa ada secara instan maka Kai dan Kiran akan menikah secara agama terlebih dahulu.
" Piye nduk, dewe ketemu maneh ( Gimana nak, kita ketemu lagi) "
" Njiih pak."
Pak penghulu itu tersenyum, semua sudah dijelaskan oleh Arman.
" Mas nya sudah bawa mas kawin nya?"
" Sudah pak."
Kai menyerahkan sebuah kotak cincin. Ternyata itu adalah cincin peninggalan sang nenek Camelia yang mommy nya berikan.
" Ada yang lain mas?"
Kai mengambil dompetnya dan mengeluarkan sisa uang yang ada di sana lalu menyerahkan kepada sang penghulu.
" Baiklah… Semua sudah ada, saksi kedua nya juga ada. Pak perangkat desa jangan lupa menyiarkan nanti agar tidak timbul fitnah."
Ucapan pak penghulu di angguki oleh pak RT.
" Mas sudah siap?"
Kai mengangguk, dalam hati ia mengucapkan doa terbaiknya. Semoga ini adalah keputusan tepat dan Kiran memanglah jodohku, Mom aku membawakan menantu untuk mommy. Aamiin.
" Bismillahirrohmanirrohim, saudara Kai Bhumi Abinawa saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan ananda Kirana Adzakia binti Prapto dengan mas kawin sebuah cincin berlian dan uang satu juta rupiah dibayar tunai."
Kai mengambil nafasnya dalam dalam dan menjawab nya dengan lantang.
" Saya terima nikah dan kawinnya Kirana Adzakia binti Prapto dengan mas kawin tersebut tunai."
" Bagaimana para saksi?"
" Sah…"
" Sah…"
" Alhamdulillaah…."
Semua mengucapkan syukur. Pak penghulu menepuk pelan pundak Kiran.
" Alhamdulillah nduk, sekarang kamu sudah kembali jadi istri. Semoga pernikahanmu sakinah, mawadah, warohmah."
Kiran mengangguk dengan terisak, ia mengucapkan terimakasih dengan terbata.
" Mas… silahkan menemui istrimu. Saya pamit. Segera urus surat surat kalian ya."
" Baik pak terimakasih."
Kai mengantar pak penghulu keluar diikuti oleh pak Burhan dan Pak RT. Arman dan Pak No masih tetap tinggal di rumah Kiran.
Kai kembali masuk ke dalam. Ia kemudian menyerahkan uang satu juta rupiah itu lepada Kiran
" Maaf aku hanya bisa memberimu mahar segini."
Kiran menerima uang tersebut, ia pun meraih tangan Kai dan menciumnya. Kai dengan hati hati menaruh tangannya di kepala sang istri dan mengucapkan doa.
“Allahumma inni as-aluka khairaha wa khaira maa jabaltaha alaihi, wa a'udzubika min syarriha wa syarri maa jabaltaha alaihi. ( Ya Allah, aku memohon darimu kebaikan istriku dan kebaikan dari tabiat yang kau simpankan pada dirinya. Dan aku berlindung kepadamu dari keburukan istriku, dan keburukan dari tabiat yang Kau simpankan pada dirinya.)"
Kai pun mencium kening Kiran dengan lembut. Tes air mata Kiran menetes, terbesit doa dalam hatinya. Ya Allaah berkahilah pernikahan kami ini aamiin.
Kai kemudian menyematkan cincin peninggalan sang nenek itu ke jari manis Kiran.
" MasyaaAllaah… alhamdulillah cukup."
Kai tersenyum senang pasalnya cincin tersebut sangat pas di jari Kiran.
" Selamat untuk pernikahanmu nduk."
Kiran mendekat ke arah sang ibu begitu juga Kai. Kai meraih tangan ibu mertuanya itu lalu menciumnya.
" Jaga anakku nak, sayangi dan cintai dia. Dia sungguh sudah tidak punya siapa siapa."
Kai mengangguk, dalam hati ia berjanji akan membuat Kiran bahagia.
" Buk…"
" Nduk… Sek manut marang bojomu. Surgamu nang bojomu saiki. Pak...alhamdulillah tugas awakke dewe wes rampung pak. ( menurutlah pada suamimu. Surgamu berada di suami mu sekarang. Pak, alhamdulillah tugas kita sudah selesai.)"
Kiran tergugu di pangkuan sang ibu. Sari mengusap punggung Kiran dengan penuh kasih sayang.
Sejenak Sari mengambil nafas nya dalam dalam dan mengucapkan syahadat.
Plek… tangan yang membelai lembut punggung Kiran tiba tiba terkulai tak berdaya. Tubuh Sari terdorong hingga bersandar ke kursi.
Kiran menangis, namun seketika itu juga ia menghapus air matanya. Kemudian ia bengkit dan duduk di sebelah Sari,membelai wajah sang ibu dan menciumnya.
" Pergilah bu, pergilah dengan tenang. Kiran berjanji tidak akan menangis, Kiran akan melepaskan ibu dengan senyuman hiks… Ibu sudah tidak sakit lagi. Berkumpulah dengan bapak, sampaikan salam sayang Kiran untuk bapak. Tunggu Kiran ya bu, kita akan berkumpul lagi nanti."
Kiran kembali membelai wajah sang ibu dan menciumnya.
" Innalillahi wa inna ilaihi rojiun."
Semua yang ada di rumah ini mengucapkan kalimat belasungkawa. Pak No segera menyiarkan kepergian Sari dan Arman segera pergi untuk mengurus segalanya mengenai pemakaman ibu Kiran tersebut.
Kai mendekat kepada wanita yang baru saja menjadi istrinya itu. Ia memberanikan diri untuk menyentuh bahu sang istri dan menariknya ke pelukannya.
" Menangislah Kiran, kau boleh menangis asalkan tidak meratap."
Dan benar, Kiran menangis di dada bidang Kai. Ia menumpahkan semuanya kepada pria yang sekarang sudah jadi suaminya itu.
TBC
Hai reader Kesayangan.... Terus dukung Author yak jangan lupa pokokmen buat ninggalin jejak.
Satu jempol dar readers adalah dukungan terbesar bagi Othor lho. Biar Othor semangat lagi nulisnya.
Terimakasih semuanya, Matursuwun.