WANTED DILARANG JIPLAK !!! LIHAT TANGGAL TERBIT !!!
Karena ketidaksengajaan yang membuat Shania Cleoza Maheswari (siswi SMA) dan Arkala Mahesa (guru kimia) mengikat janji sehidup semati di hadapan Tuhan.
Shania adalah gadis dengan segudang kenakalan remaja terpaksa menikah muda dengan gurunya Arka, yang terkenal dingin, angkuh dan galak.
Tapi perjuangan cinta Shania tak sia sia, Arka dapat membuka hatinya untuk Shania, bahkan Arka sangat mencintai Shania, hanya saja perlakuan dingin Arka di awal pernikahan mereka membuat lubang menganga dalam hati Shania, bukan hanya itu saja cobaan rumah tangga yang mereka hadapi, Shania memiliki segudang cita cita dan asa di hidupnya, salah satunya menjadi atlit basket nasional, akankah Arka merelakan Shania, mengorbankan kehidupan rumah tangga impiannya ?
Bagaimana cara Arka menyikapi sifat kekanakan Shania.Dan bagaimana pula Arka membimbing Shania menjadi partner hidup untuk saling berbagi? ikuti yu asam manis kehidupan mereka disini..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengantar bekal
Arka masuk ke dalam kelas Shania.
"Suttt ! Sha ! pak suami ngajar, " bisik Inez.
"Seneng ni ye !!" goda Inez.
"Pagi semua !"
"Pagi pak !"
"Jadi ya hari ini ulangan ?!" Shania yang masih anteng melihat wajah tampan Arka langsung terkejut mendengar ucapannya, bak disambar entok pas kena tumit.
"Yaaaaa !!!" seru mereka kecewa.
"Pak !" Shania mengangkat tangan.
"Iya Shania ?!" tanya Arka, wajahnya mendadak malas, seakan mengatakan jangan lagi berulah Shania...
"Engga cuma mau manggil aja !" jawab Shania terkekeh.
"Huuuuuuu !!" sorakan teman temannya seraya tertawa.
"Nah gitu dong jangan tegang, ulangan bukan untuk ditakutkan," ucap Shania lantang.
"Emang loe ga takut Sha, tapi tenang aja Sha, jangan takut ada aa Roy disini ?!" ujar Roy.
"Cieeee !!!"
"Njirrr !" umpat Shania. Inez tertawa. Sedangkan Arka sudah masam dan kecut, hanya candaan tapi berhasil membuat hatinya tak nyaman.
"Aku padamu neng Sha !" pekik Roy memberikan tangan bentuk hati dari dada ke arah Shania.
"Kamu !! push up 20 kali ! di depan !" titah Arka pada Roy.
"Hah ?! apa pak ?! yang bener aja !" protes Roy.
Shania tertawa, "sukurin !"
"Cepat !" sentaknya.
Roy berdiri merapikan seragamnya dan maju ke depan, "ga apa apa, demi cinta aa Roy pada neng Shania, apapun akan aa lakukan !" jawabnya lagi mengundang keriuhan kelas.
"Jadi 25 kali !" ucap Arka.
"Hah ?!" Roy melongo dibuatnya.
"Pak seriusan ini ulangan ?" tanya Shania.
"Kapan saya ga serius ?!" tanya Arka.
"Ahh bapak, kalo udah serius gitu mah, hayuuk atuh ke KUA !" goda Shania, meskipun tau sebenarnya mereka sudah menikah.
"Neng ! neng Sha jahat sama aa Roy !" rengek Roy.
"Matii aja loe sono Roy !!" pekik Inez.
"Saya belum ngafalin pak !" jawab Shania.
"Siapa suruh, kan kemarin saya sudah bilang waktu di rum..." Arka segera menghentikan ucapannya. Sementara Shania dan yang lain melongo.
"Maksud saya, waktu pelajaran saya sebelumnya saya sudah bilang, kalo pertemuan berikutnya akan ada ulangan !" ralat Arka.
"Masukkan buku, siapkan kertas selembar dan pulpen, hanya ada kertas dan pulpen !" pinta Arka.
Ulangan kimia sukses membuat kepala Shania botak, dan otaknya ngebul.
"Nez, tunggu !!" pekik Shania. Sementara Arka masih membereskan kertas kertas jawaban.
Tiba tiba Cakra mendatangi kelas Shania, "Sha, bisa kita bicara sebentar !" pinta Cakra.
Arka mendongak, ia sangat penasaran apa yang akan dibicarakan Cakra, ada desiran panas aneh di dalam darah Arka, melihat Shania yang ikut bersama Cakra. Seakan tak rela, Shania bersama orang lain.
Arka segera keluar, mengikuti mereka yang berjalan dari belakang.
"Sha, anak anak basket minta loe ikut tim inti buat perwakilan kejuaraan nanti, babak penyisihan minggu depan, " pinta Cakra.
"Ga tau deh Cak," jawab Shania.
"Gue harap loe bisa ikut perwakilan membawa nama sekolah kita, " pinta Cakra.
"Ya udah deh, insyaallah !" jawab Shania.
"Ekhem, kamu sudah minta ijin ke wali kamu belum Shania ?!" tanya Arka tiba tiba ikut menyahut dari belakang keduanya. Keduanya sontak menoleh.
"Maaf saya menyela, tapi sebaiknya ijin dulu sama orangtua atau wali, " Arka membelah jalan diantara Cakra dan Shania.
Cakra hanya terbengong dengan tingkah Arka, sejak kapan Arka mau sampai mengurusi hal hal yang bukan wewenangnya.
***************
"Jadi, boleh kan pak ?" tanya gadis itu.
"Shania ikut tanding basket ?" tambahnya.
Arka yang bersiap pulang, berjalan menuju parkiran, keduanya berjalan bersama, tepatnya Shania yang mengejar Arka dan menyamakan langkahnya.
"Tergantung !" jawab Arka, sontak raut wajah Shania berubah, asalnya berbinar penuh harap kini memberenggut. Dan itu membuat Arka mengulum bibirnya, ia akui Shania memang menggemaskan, bahkan belum sebulan saja bersama Shania, gadis ini berhasil mencuri perhatiannya.
"Tergantung apa ?!" tanya Shania.
"Nilai ulanganmu !" jawab Arka, jangan ditanya, jika nilai ulangan maka jawabannya imposibble, selama ini nilai ulangan kimianya selalu mendapatkan kuping gajah.
"Ahhh ! itu mah udah pasti ga boleh lah !" jawab Shania.
"Kalau begitu besok remedial harus diatas KKM, " jawabnya enteng.
"Ck, susah !!" Shania menghentakkan kakinya.
"Kalo gitu, Shania tinggal bilang aja sama pak Kepsek, kalo pak Arka ga ijinin buat ikut bawa nama sekolah !" ancam Shania.
"Ya terserah saja, saya tak takut sama ancaman kamu !" ucap Arka.
"Pak !!!" rengek Shania akhirnya kalah.
Arka kembali mengulum bibirnya yang hampir meledakkan tawa renyah.
"Jangan kaya gitu syaratnya !" pinta Shania.
"Lulus kkm itu berat pak, " kembali jawab Shania.
"Lusa ada remedial, kalau nilai kamu merah, maka masih ada waktu sehari buat menghafal," Arka menepuk nepuk pipi gembil Shania.
"Ih, pak Kalajengking ga cs lah !" cibirnya.
"Apa kamu bilang ?" tanya Arka menoleh ternyata gumaman Shania masih di dengar Arka.
"Apa ?! bapak ga cs !" jawab Shania menskip kata kalajengking.
"Kamu nyebut nama saya apa ?" Shania menggeleng kuat.
"Shania pulang duluan ! bapak jangan malem malem pulangnya, biar bisa nilai hasil ulangan Shania !" Shania buru buru menstaterkan sepeda motornya dan melajukannya.
"Cih, dasar anak itu !" decih Arka masuk ke dalam mobil.
Arka melesatkan mobilnya menuju cafe. Sudah ada Dimas, Lukman, dan 3 pegawai baru, setidaknya kini ia bisa pulang tak terlalu malam menemani Shania di rumah.
"Mas," sapa Alya. Perempuan itu rupanya sudah menunggu di dalam cafe, Arka mengerutkan dahinya, komunikasinya dengan Alya semakin merenggang, tak tau apa yang dilakukan Alya, yang jelas sudah 2 minggu terakhir ini mereka jarang berkomunikasi.
"Alya, "
"Mas, " Alya tiba tiba saja memeluk lengannya.
"Mas kemana saja, kita jarang ketemu mas, kadang Alya kesini mas sudah pulang, tapi setiap Alya mau ke rumah, Dimas dan Lukman selalu melarang, katanya mas jarang di rumah !" adu Alya. Ada rasa bersalah pada Alya ataupun Shania.
"Al, sebenarnya saya..."
"Mas, Alya kangen mas !" ucapnya lebih cepat.
"Duduk dulu saya mau bicara !" ucap Arka, menyuruh Alya duduk.
"Maaf mas, boleh minta menu cafe ?!" tanya seorang pelanggan.
"Oh iya, sebentar mas ! Al..saya tinggal dulu !"
Bukan lagi kata sayang yang Arka ucapkan pada Alya. Banyaknya pelanggan membuat Arka sibuk, dan seketika melupakan Alya.
*********
"Anterin makan siang buat pak Arka ahh ! biar dia semangat, kali aja hatinya luluh, tergerak buat bilang, Shania kamu boleh ikut pertandingan basket ! " ucap Shania menirukan gaya bicara Arka.
Shania lantas mengambil telur, daun bawang kornet dan sosis. Memang hanya menu sederhana, tapi itulah hal terbaik yang Shania bisa.
"Done !" meskipun dapur jadi berantakan seperti kapal pecah.
"Ntar aja deh beresinnya, " Shania lekas berganti pakaian dan memasukkan kotak makan ke dalam paper bag.
Ia meraih kunci motor dan helmnya.
"Pak Slamet !" panggil Shania.
"Iya neng, "
"Nih buat bapak, udah makan siang belum ?" tanya Shania. Pak Slamet menggeleng.
"Kebetulan, makan dulu pak biar ada tenaga buat gebukin malingnya !" Shania meraih satu kotak makan untuk pak Slamet sekaligus sisa kue pemberian bundanya tempo hari.
"Makasih, neng ! jazakillah neng !" serunya.
"Sama sama pak, "
Shania melajukan kembali sepeda motornya, hingga sampai di parkiran cafe.
Ia masuk ke dalam cafe dengan masih memakai helm.
"Widih makin rame aja !" decak Shania.
"Ka Dimas ! "
"Hay Sha ?!" Dimas meledakkan tawanya melihat gadis ini masih memakai helm.
"Kenapa ?!" tanya Shania membeo.
"Itu helmnya copot dulu !" ucap Dimas.
"Oh iya Shania lupa !" nyengirnya, Shania lalu mencopot helmnya.
"Ka Dimas, pak Arka mana ?" tanya Shania.
"Tumben, ada angin apa nanyain Arka ?!" tanya Dimas.
"Ka Dimas gimana sih ! pak Arka kan suami Shania ?!" Dimas terjengkat kaget.
"Hah ?! yang bener neng ?!" Dimas menarik Shania ke tempat yang lebih jauh dari keramaian.
"Ih, ka Dim..jangan ditarik tarik gini,"
"Seriusan ka, emang pak Arka ga cerita, kalo dia dah nikah ?!" tanya Shania. Dimas memang tau dan Arka memang bercerita, tapi Dimas tak menyangka jika gadis itu adalah Shania, gadis yang ia suka.
"Ga nyangka aja kalo perempuan itu kamu, Sha !" jawab Dimas dengan raut kecewa.
"Udah ah, pak Arkanya mana, ka ?" tanya Shania tanpa memikirkan raut wajah orang di depannya yang sudah sangat mendung.
"Ke belakang aja, dia lagi bikin kopi !" tunjuk Dimas lesu.
"Oke, makasih ka !" Shania masuk ke dalam ruangan berlabel do not entry, just employee. (jangan masuk, hanya karyawan).
"Assalamualaikum eplibadihhh !" seru Shania.
Para karyawan menoleh termasuk Arka.
" Waalaikumsalam, Shania ?!" gumamnya.
"Pak, ini Shania cuma mau ngasih bekal makan siang, jangan sampai telat makan, nanti sakit !" ucapnya.
"Kamu ngapain kesini, cuma repot repot anter makan?" tanya Arka dan Shania mengangguk.
"Bapak barista ?!" tanya Shania.
"Iya, kenapa ?!" Arka bertanya balik.
"Jadi kerjaan bapak tuh serba bisa ya disini, barista iya, pramusaji iya, hebat ! mau dong dibikinin kopi sama bapak, " jawab Shania mencondongkan badannya ke arah Arka, Lukman tertawa melihat tingkah Shania, terbilang cerewet, ceria, dan senang membuat Arka kesal, menggemaskan.
"Sha, saya sedang bekerja, di luar masih banyak pelanggan, jadi bisa kan kamu keluar dulu." Arka sampai lupa jika di luar ada Alya.
"Ya udah deh, Shania ga bakalan ganggu, Sha pulang aja kalo gitu !" jawabnya.
"Ya sudah, hati hati di jalan ! insyaallah saya pulang sebelum magrib," jawab Arka, Shania meraih punggung tangan Arka dan mengecupnya sambil mengucapkan salam yang disambut baik oleh Arka, pemandangan itu tak lepas dari pandangan para karyawannya di dalam.
Shania keluar dari dapur, "ka Dim, Shania pulang ya !" pamitnya pada Dimas yang masih termangu di meja kasir. Mata Shania memicing melihat seorang perempuan berjilbab yang duduk dengan segelas es lemon tea yang sudah habis. Niat hati ingin membantu, Shania menghampirinya.
"Permisi, ka..pesanannya sudah habis ? atau mau ditambah ?!" tanya Shania, soalnya Shania melihat Alya yang celingukan. Pikir Shania, Alya sedang mencari pelayan.
"Ah engga, maaf ! karyawan baru disini ?!" tanya Alya.
Shania tertawa, "bukan kak, cuma bantuin aja. Suami saya yang kerja disini !" jawab Shania.
"Oh, suami. Pacar saya pemilik cafe ini, " tak mau kalah Alya memperkenalkan dirinya.
"Oh gitu, kaka pacarnya pemilik cafe, ya udah deh ka, aku pulang dulu..cuma mau nganter makan siang buat suami.." jawab Shania.
"Kamu masih muda, tapi sudah menikah, masih sekolah kah ?" tanya Alya, Shania mengangguk.
"Iya ka, kelas XI SMA, kalo gitu aku duluan ya kak, " pamit Shania.
Alya mengangguk, mungkin kenakalan remaja, pikirnya menyayangkan melihat Shania yang cantik, sepertinya pun ia gadis baik dan ramah.
.
.
.
.
.
.
.