"Ah...ini di kantor! Bagaimana jika ada yang tau! Kalau istrimu---" Suara laknat seorang karyawati bernama Soraya.
"Stt! Tidak akan ada yang tau. Istriku cuma sampah yang bahkan tidak perlu diingat." Bisik Heru yang telah tidak berpakaian.
Binara Mahendra, atau biasa dipanggil Bima, melihat segalanya. Mengintip dari celah pintu. Jemari tangannya mengepal.
Namun perlahan wajahnya tersenyum. Mengetahui perselingkuhan dari suami mantan kekasihnya.
"Sampah mu, adalah harta bagiku..." Gumam Bima menyeringai.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon KOHAPU, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rusak Mental
Bagaimana harus bersikap, haruskah dirinya senang atau bersedih. Mengetahui batasan sampai mana saja dirinya dapat membantu. Bima melajukan mobilnya, tidak ada bank yang buka mengingat ini sudah sore. Tidak mungkin juga menarik uang 100 juta dari mesin ATM.
"Ah! Sial!" Gumam pria yang tidak tau harus bagaimana.
Hingga, mobilnya terparkir di depan rumah miliknya. Membuka pintu, tujuan utamanya adalah brankas di kamarnya.
Membuka kode akses. Mengambil uang cash, tepat 100 juta rupiah, meletakkannya ke dalam paperbag. Rumah ini begitu sepi bukan? Untuk apa tumpukan kertas tidak berarti ini, jika dirinya selalu tinggal sendiri.
Menghela napas, matanya menelisik ketika telah turun dari lantai dua, tempat kamar Bima berada."Sebaiknya kamar Pino diletakkan dimana? Harus ada ruang bermain dan ayunan juga kan?" Gumamnya tersenyum, bagaikan melupakan dirinya hanya mantan.
***
Ini baru hari kedua bekerja. Sudah banyak hal yang diajarkan oleh Viola, entah kenapa semakin mengenalnya Viola semakin tertarik.
"Apa begini?" Tanya Dira menunjukan gambar desainnya, disela waktu istirahat sore mereka. Sedangkan Pino sendiri tengah mengerjakan tugasnya dari sekolah.
"Bukan? Warna harus disesuaikan, jika untuk acara formal lebih baik menggunakan warna soft, dengan aksesoris simpel." Jawab Viola pelan, mengubah sedikit konsep warna.
"Wah, bisa jadi jauh lebih bagus." Dira kembali memperbaiki desain gaun sedikit demi sedikit.
"Kamu akan pulang ke rumahmu?" Tanya Viola cemas, setidaknya mereka telah membawa surat perjanjian tentang hak asuh Pino.
"Iya...aku sudah membayar untuk satu bulan pada Heru. Uangku tidak banyak." Jawab Dira tidak ingin meminta pertolongan lebih banyak.
"Aku akan mengantarmu pulang, setelah butik tutup." Viola memegang jemari tangan Dira. Benar-benar merasa iba pada wanita ini. Tapi juga tidak dapat menolong lebih, mengingat keberadaan Pino sebagai anak biologis Heru, serta palu keputusan pengadilan belum diketuk.
Tinggal dengannya? Maka Heru dapat menuntut Viola atas penculikan.
Suara mobil milik Bima terdengar. Pria yang melangkah cepat turun dari mobilnya. Segera memasuki area butik. Tujuannya, hanya Dira, tidak ingin Dira memiliki madu. Membawa paperbag yang dipenuhi dengan uang.
"Dira! Aku dengar kamu akan bercerai?" Tanya Bima dengan napas tidak teratur.
"Kamu tau darimana?" Dira balik bertanya, menelan ludah semakin curiga, jika Bima bekerja di tempat yang sama dengan Heru dan Soraya.
"Heru, maaf baru mengatakannya. Kami kebetulan bekerja di tempat yang sama." Sebulan kenyataan penuh senyuman dari Bima.
Tapi hal yang membuat Dira tertunduk memandang iba. Jadi benar Bima menyukai Soraya? Itulah hal pertama yang ada dalam benak Dira.
"Maaf...aku tidak dapat mempertahankan pernikahanku. Padahal kamu sudah memberikan pekerjaan yang bagus untukku." Ucapnya merasa bersalah.
Bima terdiam tidak mengerti, pemuda yang sedikit melirik ke arah Viola. Tapi Viola menggeleng tanda tidak mengetahui apapun.
"Bau bawang (Dira), kenapa merasa bersalah?" Tanya Bima, membuat Viola menyikut nya. Mengapa pria ini tidak dapat romantis sama sekali.
"Tidak apa-apa..." Dira tertunduk.
"Aku dengar dari Heru, dia meminta uang mahar sebagai syarat untuk bercerai. Ini! Aku pinjamkan, nanti kembalikan pelan-pelan saja. Aku tidak mau partner bisnisku, pekerjaannya terganggu hanya karena masalah keluarga." Bima menyodorkan paperbag berisikan uang pada Dira.
"Viola sudah membantuku. Tidak perlu." Dira mendorong paperbag yang disodorkan Bima.
"Viola..." Bima berusaha tersenyum, membulatkan matanya ke arah Viola kesal. Sedangkan Viola hanya tersenyum tengil.
"Lalu apa yang akan kamu lakukan? Kamu harus pindah dari rumah---" Kalimat Bima disela, Dira menggeleng.
"Aku tidak bisa merepotkan kalian lebih dari ini. Gajian bulan depan, mungkin aku akan baru mulai pindah. Ta...tapi..." Dira tertunduk.
"Apa mereka mempersulitmu dalam proses perceraian? Atau mereka meminta hak asuh Pino?" Pertanyaan Bima, dijawab dengan gelengan kepala oleh Dira.
"Katakan saja jika ada masalah. Dulu kamu sudah banyak membantuku. Aku berhutang padamu..." Bima menghela napas kasar.
"Boleh pinjam 675. 000. Aku sudah menghitungnya, karena membayar sewa pada Heru uangku kurang 675.000 untuk makan." Ucap Dira jujur, memilin jemari tangannya sendiri. Baru dua hari bekerja, tapi sudah merepotkan kedua orang ini.
Bima hanya tersenyum, mengeluarkan 50 lembar uang bergambarkan tokoh proklamator."Aku sudah bilang, aku banyak berhutang padamu!"
"A...aku bilang 675.000." Ucap Dira.
"Pakai untuk menyewa tempat tinggal yang baru. Kamu ingat? Dulu aku pernah hampir diusir karena tidak membayar tempat kost. Kamu menggadaikan handphonemu untuk membayarnya. Ini timbal balik, atas jasamu. Karena itu, aku akan kecewa karena kamu tidak menerimanya." Dengan ragu Dira meraih menerimanya.
"Terimakasih! Semoga kamu segera sembuh dari impotenmu dan mendapatkan jodoh yang baik!" Dira menunduk berkali-kali.
Sedangkan Viola menipiskan bibir menahan tawanya. Hanya sesaat, wanita berusia di atas 50 tahun dengan rambut pendek stylish itu, mengangkat salah satu alisnya penuh rencana. Bukankah menyenangkan menjadi Mak comblang?
***
Hari sudah gelap kala itu. Pino juga baru terbangun, setelah tertidur dalam perjalanan.
"Ini rumahmu?" Tanya Viola, mengamati rumah yang tidak terlihat terlalu besar. Tapi bukan juga tipikal rumah kecil.
Dira mengangguk."Tapi tidak akan menjadi rumahku lagi." Ucapnya mengangkat tubuh Pino yang masih lemas.
"Kenapa tidak meminta harta gono-gini? Walaupun sebenarnya tidak ada yang dapat dibagi." Viola memutar bola matanya malas. Harga rumah ini dipastikan lebih murah daripada mobilnya. Apa yang disombongkan pria yang hanya menjadi manager itu, hingga berani berselingkuh?
"Agar masalah cepat selesai. Aku ingin hanya tinggal berdua dengan Pino." Jawab Dira penuh senyuman.
Dua orang yang memasuki area dalam rumah. Motor milik Jarot terparkir di area depan. Pertanda Jarot maupun Sulis masih berada di dalam. Atau mungkin tidak pulang sama sekali.
"Malam..." Ucap Viola tersenyum masuk lebih dahulu ke area dalam rumah. Wanita paruh baya, tapi terlihat seumuran dengan Soraya. Rambut pendek, dengan anting sebelah yang memanjang, ditambah dengan minidress berkelas.
"Malam...?" Sulis yang tengah menonton sinetron kejar tayang mengernyitkan keningnya menoleh.
"Sulis, ibu dan Heru ada?" Tanya Dira.
"Kamu sudah punya uang untuk mengembalikan mahar?" Tanya Sulis menelan ludah. Kemudian segera bangkit tanpa menunggu jawaban.
"Duduk disini, akan aku buatkan teh." Dira menghela napas kasar, mempersilahkan Viola duduk. Mata Viola menelisik, terdapat banyak foto di tempat ini. Begitu banyak, mungkin karena itu Dira bertahan.
Dengan cepat semua anggota keluarga berkumpul. Bersamaan dengan itu Dira menghidangkan teh diatas meja.
"Kamu sudah mendapatkan uang untuk mengembalikan mahar?" Tanya Jarot antusias.
"Aku---" Kalimat Dira disela.
"Biar aku yang bicara." Viola tersenyum penuh arogansi."100 juta akan dikembalikan. Tapi dengan syarat, kalian semua harus menandatangani perjanjian. Isinya tentang hak asuh mutlak untuk Pino. Itu artinya, suami dari Dira, tidak memiliki hak sama sekali untuk bertemu putranya."
"Ta... tapi..." Heru terdiam sejenak, bingung harus berkata apa.
"Sayang kita akan memiliki anak, pastinya lebih tampan, lebih pintar dan lebih baik dari Pino. Aku juga akan mengurus dan mencintaimu. Tidak seperti Dira, istri durhaka yang tidak becus melakukan apapun." Sindir Soraya.
"Yah... begitulah mental seorang pencuri. Wajahnya setebal badak (tidak tahu malu)." Viola tersenyum penuh hina.
aahhhh semoga terwujud yaa bayangan heru
👍🌹❤🙏😁🤣