Kepergian wanitanya menyisakan luka yang teramat dalam bagi Agra. Dari sekian banyaknya waktu yang ia tunggu, hanya pertemuan yang ia harapkan,
Setelah pengingkaran janji yang sempat ia terima, pertemuan masih menjadi keinginannya dalam setiap tarikan nafasnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Misshunter_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Sekawan
Dua minggu pasca kecelakaan,
bukannya kapok Agra malah membeli motor sport baru, berwarna hitam dengan polesan garis merah menyala, dihari weekend untuk pertama kalinya kembali Agra menunggangi motor menyusuri jalanan kota, hari ini ia sudah ada janji temu dengan Reino dan Asep disalah satu cafe langganan mereka
saat sampai tampak Asep dan Reino sudah memesankan Agra kopi dan beberapa pastry,
"Gisa Resign" celetuk Agra ditengah obrolan ketiganya
"lo apain lagi anak orang?"
"gak gue apa apain. Gue udah berusaha nggak banyak bicara lagi sama dia, persis seperti saat kita pacaran dulu"
"jangan gitu atuh Gra, kamu mah kebiasaan. Cewe cewe pada takut sama kamu" sela Asep
"udah bawaan pabrik sep!" timpal Reino
Agra terkekeh menanggapi,
"Ohya gimana sama Serra, lo udah ketemu sama dia?"
"Udah, kemarin lusa. Ternyata beneran dia yang udah sebarin rekaman Cctv kecelakaan gue"
"mau dia apa sih Gra?" sahut Asep
"dia gak terima gue udah mainin perasaan sahabatnya. jadi ya dia sengaja buat caption begitu, sampe sampe karyawan satu gedung ngelirik gue kaya liat maling. Sialan" umpat Agra
"nahh kan, mungkin karna masalah itu juga berimbas sama Gisa. jadi dia milih buat Resign gra" timpal Asep
"mungkin juga sih"
obrolan ketiganya terhenti saat nama Kiara tertera pada layar ponsel Agra
"hallo kenapa semestaku?" ujar Agra menggoda, sedetik kemudian ia dengar suara teriakan minta tolong, dan praanggg.. Suara benda kaca yang pecah belum lagi suara tangisan yang terdengar melengking
"Ki? apa yang terjadi? Hallo Kiara?" teriak Agra. rahangnya mengetat dengan sorot mata penuh amarah "Kiara? Lo kenapa?" teriak Agra lagi
"jangan jangan Errent berbuat aneh aneh Gra" ucap Asep yang lantas langsung membuat ubun ubun Agra mendidih,
"Rein minta bantuan tim IT lo buat lacak keberadaan nomor Kiara" perintah Agra "ayokk.."
ketiganya lantas keluar dari cafe dengan tergesa gesa, entah harus kemana dahulu mencari keberadaan Kiara namun yang pasti keberadaannya akan mereka temukan
saat ketiganya tengah memacu motor sport ditengah jalanan ibu kota, Reino yang baru saja mendapat kabar dari tim IT tentang keberadaan Kiara langsung memberikan isyarat pada dua sahabatnya untuk mengikuti, ia akan menjadi navigatornya
sementara itu Kiara, ia tengah tertatih hendak melarikan diri dengan cepat dia ditarik kasar hingga terjungkal,
ia bergerak merayap, menggapai kaki pria dihadapannya saat ini, memohon ampun untuk tidak lagi menyiksanya, tubuh lemahnya sudah kewalahan
"maafin aku Errent.." mohonnya dengan lelehan air mata "aku teledor, tapi aku yakin anak ini bukan anak mereka, ini anak kamu buah hati kita" mohonnya
"cuih.. Siapa yang menjamin itu anak aku? Dalam sehari saja kamu bisa tidur dengan tiga pria sekaligus. Lalu sekarang kamu mengatakan anak itu anak aku? PERSETAN!" Errent singkirkan tubuh lemah Kiara hingga jatuh tersungkur
Errent hampiri, ia cengkram kuat rahang Kiara dengan kilatan amarah dimatanya yang masih membabi buta "Jangan pernah lagi kamu datang dalam hidup ku, aku muak dengan semua alasan kamu Ki" dia hempaskan wajah Kiara kasar, ia bangkit membenahi jas yang masih memeluk tubuhnya erat, melenggang meninggalkan Kiara begitu saja tanpa rasa kasihan
sementara Kiara yang sudah lemah hanya bisa meringkuk diatas lantai dingin tanpa alas, menangis sesenggukan
semua hal romantis yang telah ia rangkai, berakhir tragis. Semua yang ia katakan pada Errent benar adanya, ia yakin anak yang ada dalam kandungannya adalah anak Errent, harusnya kabar yang Kiara bawa menjadi pelengkap kebahagiaan mereka untuk segera melangsungkan kejenjang pernikahan, namun siapa sangka acara liburannya kali ini akan berakhir seperti ini.
Tiga sekawan sampai disebuah Villa diperbukitan, sedikit jauh dari riuhnya hiruk pikuk dunia perkotaan,
Ketiganya berdiri menatap bangunan Villa dihadapannya, kembali memastikan disini tempat yang mereka tuju
Agra menoleh kearah dua sahabatnya, mengangguk setuju untuk mencari tahu. namun baru saja kakinya menginjak halaman villa, seorang security berlari menghentikan langkah tiga sekawan "Tunggu, tunggu!" teriaknya "kalian mau ngapain?"
"kami mau masuk pak" sahut Reino
"iya bapak tahu, tapi kalian mau apa. tuan Errent baru saja pergi"
"Tuan Errent?" seru ketiganya
"iya tuan Errent, pemilik villa ini. Ini villa pribadi" terangnya
mendengar itu membuat Agra semakin yakin kalau Kiara ada didalam, "Pak saya mohon, ijinkan saya masuk sebentar saja, saya mau cari teman saya didalam. Dia bilang dia ada disini sama tuan Errent" mohon Agra
"oh gitu ya? Yasudah sok silahkan jangan lama lama"
Ketiganya langsung berlari masuk lebih dalam setelah mengantongi ijin, saat pintu utama terbuka beberapa pintu berjajar "Shit!" umpat Agra "kita berpencar. Kalian cari disini gue kelantai atas"
Reino dan Asep mengangguk setuju, ketiganya lantas berpencar membuka setiap pintu, sembari berteriak memanggil Kiara
"Ki.. Kiara?? Lo dimana Ki?"
"Neng Kia??"
"Kiara..?? Lo disinikan?"
saat pintu terakhir, Agra sedikit kesulitan membukanya. Menendang kuat masih belum terbuka juga "Ki.. Kiara lo didalem? Gue Agra buka pintunya Ki!!" Agra menggedor gedor pintu itu namun nihil tak ada jawaban apapun
"Gra.. Semua pintu dibawah gak ada"
Agra kembali alihkan tatapnya pada pintu dihadapannya "Cuma ini satu satunya pintu harapan gue"
"kita dobrak sama sama Gra!!" ujar Asep
satu dua kali dobrakan masih belum terbuka hingga didobrakan ketiga pintu terbuka, Agra terkejut bukan main, "KIARA.." teriaknya saat menemukan Kiara yang pingsan dilantai, dengan cepat ia hampiri tubuh penuh luka lebam itu yang sudah menggigil kedinginan
"Ki.. Kiara.." panggil Agra, ia menepuk nepuk pipi Kiara berusaha membuat Kiara sadar "Ki.. Bangun Ki, ini gue Agra. Lo bertahan Ki.." ia angkat tubuh lemah itu dalam pangkuannya,
villa yang jauh dari perkotaan sedikit menyusahkan mereka untuk mendapatkan taksi untuk membawa Kiara kerumah sakit terdekat, waktu mereka tak banyak mau tak mau mereka naikan Kiara diboncengan Agra dengan mengikat tubuh lemah Kiara dibalik punggung Agra
dengan tergesa gesa ketiganya membawa tubuh ringkih itu untuk segera mendapat penanganan medis,
beruntunglah mereka bertemu salah satu klinik saat sudah memasuki jalanan perkotaan, setidaknya Kiara bisa langsung mendapat penanganan
"apa yang udah terjadi sama lo Ki. apa yang udah Errent lakukan sama lo?" gumam Agra saat ia tengah menunggu didepan ruangan Kiara, duduk gusar dengan perasaan harap harap cemas,
"lo akan baik baik aja kan Ki?".