Istriku Pura-pura Miskin

****

Semalam Tuti tidak bisa tidur dengan nyenyak, karena nomor ponsel yang menghubunginya tidak aktif lagi.

Dan yang membuat dirinya semakin khawatir adalah, video yang dikirim oleh orang yang tidak ia kenal itu.

Memang hanya mengirim satu video Namun, yang membuat gadis itu yakin adalah, orang tersebut memiliki seluruh videonya.

"kakak lama banget sih," keluh Tut, saat melihat Rudi datang dengan membawa sarapan untuknya.

"kakak tadi beli sarapan dulu," sahut Rudi.

"kenapa semalam gak balik lagi? Kakak 'kan tahu, aku habis ditabrak. Badanku sakit semua, belum lagi ibu rewel banget." Tuti merasa kesal karena Rudi tidak kembali lagi.

"maaf, kakak ketiduran." tentu saja pria itu berbohong.

"sudahlah, aku mau pulang." Tuti mengambil tas nya, lalu pergi begitu saja.

"tunggu dek, kalau kamu pergi. Ibu sama siapa nantinya?" Rudi mencekal lengan adiknya.

"ajak mbak Erna ke sinilah, setidaknya biar wanita itu berguna." Tuti melepaskan cekelan tangan kakak laki-lakinya.

Mood nya berantakan sekali, sejak telepon misterius semalam. Dan sikap kakaknya yang bikin muak, sebenarnya Tuti tidak mendukung perbuatan Rudi dan ibunya. Tetapi, karena iming-iming kekayaan. Akhirnya membuat gadis itu menutup mulutnya.

Ting! Ponselnya berbunyi. Tuti kembali mendapatkan video dirinya, hal itu membuat Tuti merasa takut dan sedikit kesal.

Dengan tangan bergetar, ia mencoba untuk menghubungi nomor tersebut.

"Halo."

"sudah lihat video nya?"

"apa maumu?"

"wah, kau cerdas juga ya."

"berapa yang kamu mau?" tanya Tuti, dirinya mencoba untuk tidak menangis ataupun berteriak.

"Hahahah, aku tidak butuh duitmu. Aku sudah kaya," sahutnya sambil terkekeh.

"lalu, sebenarnya apa yang kamu inginkan dariku?"

"aku membenci wanita bernama Erna. Kekasih gelap kakak laki-laki mu, aku hanya ingin kamu melakukan sesuatu untukku. Jika kamu bisa menuruti kemauanku, rahasia mu akan aman."

****

Makan yang banyak sayang." Sinta menaruh ayam goreng pada piring Hana.

"ini udah banyak mi, aku gak mau jadi gendut."

"badanmu itu udah kaya cacing tahu gak?" cibir Adit, pria itu sangat senang membuat Hana kesal.

"mana ada, ini tuh namanya ideal. Jangan sok tahu," sahut Hana tak kalah sewot.

"apa yang ideal? Badan kamu itu udah kaya triplek tahu gak? Rata semua." Adit semakin jadi membuliy adik sepupunya.

"mami," rengek Hana pada Sinta.

"Adit, makan. Jangan ganggu adikmu," ujar Sinta.

Hana tersenyum penuh kemenangan, sedangkan Adit mendengkus.

"tapi, yang dikatakan kak Adit itu benar loh mbak," ujar Leo, padahal remaja itu sejak tadi hanya diam menyimak.

"papi~" kali ini, Hana merengek pada Reyhan.

Reyhan berdehem, dirinya senang karena Hana mulai bersikap manja padanya.

"Leo, kamu tidak boleh seperti itu." ucap Reyhan.

Tentu saja pria itu membela Hana. Sama seperti Sinta, Reyhan sangat menyayangi Hana. Karena Hana bisa mengurangi rasa rindunya pada Zahra putrinya yang sudah tiada.

"ah, papi sama mami gak asik. Kalau udah ada mbak Hana, aku harus ngalah. Padahal dia yang lebih tua," protes sih bungsu.

"suruh siapa kamu terlahir sebagai anak laki-laki. Asalkan kamu tahu ya, wanita itu tidak pernah salah," Hana memandang Leo dengan senyuman remeh.

"memang begitu?" tanya Adit.

"benar dong, tanya mami. Siapa di sini yang bisa membantah perintah mami?" sahut Hana, dari nada suaranya ia terdengar sangat bangga.

Adit dan Leo mendengkus, tentu saja mami mereka. memang siapa yang berani membantah perkataan mami nya, sedangkan Reyhan hanya bisa menggeleng kepala.

"sudahlah, lebih baik kalian kuras kolam daripada berdebat dengan wanita," ucap Reyhan santai

*

*

*

Semoga kalian suka ya😊