Jia menemukan kembali arah hidupnya setelah dia bercerai dari Alex.
Namun siapa sangka, perceraian itu membuat Alex kehilangan pijakan kakinya.
Dan Rayden adalah bocah kecil berusia 4 tahun yang terus berharap mommy dan daddy nya kembali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AD BAB 20 - Cincin Pernikahan
Akhirnya pintu kamar Rayden terbuka setelah Alex menjanjikan tentang mereka yang akan datang ke rumah Jia hari Minggu besok.
Alex langsung berjongkok dan memeluk anaknya erat.
Rayden pun membalas pelukan itu, karena nyatanya hubungan diantara mereka memang terjalin kuat. Sofia yang juga ada di sana pun ikut berjongkok, mensejajarkan dirinya dengan Rayden.
"Daddy harus janji, kalau daddy bohongi Rayden, Rayden tidak akan pernah memaafkan daddy lagi."
"Iya sayang, Daddy tidak akan bohong."
"Benar sayang, Daddy tidak akan bohong," timpal Sofia pula.
"Kalau daddy berhalangan tidak bisa mengantar kamu, Oma yang akan temani," lanjut Sofia, namun mendengar itu entah kenapa Rayden tidak suka, karena dia ingin pergi bersama dengan ayahnya.
"Tidak Oma, Daddy sudah janji, aku akan pergi dengan Daddy."
"Tapi Ray_"
"Ma, cukup, ini memang janji ku pada Rayden," potong Alex pada sang ibu dan Sofia kembali menelan kata-katanya, dia tidak punya cukup keberanian untuk membantah Alex. Karena semenjak Andreas meninggal, memang Alex yang mengambil alih semua kuasa. Baru setelah itu dia.
Malam ini Alex tidur bersama dengan Rayden.
Hari berlalu.
Kini pagi kembali menyapa, untuk sampai di hari minggu masih membutuhkan waktu 4 hari lagi. Alex mengatakan kepada Rayden untuk bersikap baik selama di rumah, termasuk menuruti perintah Sofia.
Dan Rayden menurut, asalkan Alex menepati janjinya untuk bertemu dengan sang ibu, Rayden akan kembali bersikap menjadi anak yang baik.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi ini, Jia pun keluar dari dalam rumahnya dan menghirup udara segar.
Dia menuju jalan raya dan berjalan kaki menuju halte bus yang tidak terlalu jauh dari rumah.
Pagi ini juga dia akan menjual cincin pernikahannya dengan Alex, agar memiliki pegangan uang selama dia belum menemukan pekerjaan.
10 menit menunggu dan akhirnya bus itu pun tiba, bus yang akan mengantarnya ke salah satu pasar di kota ini.
Di pemberhentian terakhir, Jia harus pindah ke angkot, karena jarak pasar yang masih cukup jauh.
Bukan mengeluh lelah ataupun panas, Jia malah sangat menyukai itu. Turun dari angkot dia bahkan berlari seolah sedang menikmati hidup.
Benar-benar seperti burung yang baru keluar dari dalam sangkar.
Bunyi bising di pasar pun menjadi hal yang sangat dia senangi.
Sampai akhirnya bunyi klakson mengagetkan Jia yang hendak menyeberang.
"Hati-Hati neng!" teriak sang supir dan Jia mengangguk seraya meminta maaf.
"Maaf Pak."
Sampai toko emas, Jia langsung melepaskan cincin di jari manis tangan kanannya.
"Surat-suratnya ada?"
"Tidak ada Pak."
"Ini cincin kawin?"
Jia mengangguk kecil.
"Mantan suaminya orang kaya Ya?"
Jia hanya tersenyum.
"Karena tidak ada surat-suratnya ini saya potong 10 persen, jadi lakunya 90 juta."
Jia mengangguk, cincin bertahtakan berlian itu akhirnya bukan lagi milik Jia. Cincin yang selama ini selalu dia peluk saat hendak terlelap. Seolah sedang memeluk suaminya yang tidak tergapai.
Tapi masa-masa itu sudah lewat, Jia tidak mau mengingatnya lagi.
Jia meminta uang cash 5 juta, sementara 85 juta nya di transfer ke nomor rekening Jia sendiri. Bukan rekening yang dibuatkan oleh Alex kemarin.
"Terima kasih Pak," ucap Jia dan kemudian pergi dari sana.
Jia tidak langsung pulang, dia membeli juga beberapa kebutuhan dapur.
Juga 2 buket bunga mawar yang sangat indah untuk dia bawa ke makam kedua orang tuanya.