Tidak pernah terbersit di pikiran Mia, bahwa Slamet yang sudah menjadi suaminya selama lima tahun akan menikah lagi. Daripada hidup dimadu, Mia memilih untuk bercerai.
"Lalu bagaimana kehidupan Mia setelah menjadi janda? Apakah akan ada pria lain yang mampu menyembuhkan luka hati Mia? Kita ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna Seta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
The Power Of Mbak Jamu. Bab 31
Mia memukul-mukul jok agar supir berhenti tetapi justru ngebut entah mau dibawa kemana. Mia ingat ketika dua minggu yang lalu diculik. Tidak mau peristiwa itu terulang lagi, otaknya berpikir keras bagaimana agar bisa lolos dari pria entah siapa itu.
"Hoe! Mau kemana kamu?" Mia berdiri lalu memukul pundak si pria.
Ciiiitttt...
Brak!
Supir membanting stir ke kiri. Tak hayal, mobil angkutan pun menabrak pohon. Kepala Mia membentur pintu mobil. Terasa air hangat mengalir ke pipi Mia. Mia sentuh dengan jari, air tersebut rupanya berwarna merah.
"Mbak terluka" ucap salah satu pria yang menolong Mia. Sementara yang lain mengerubungi mobil entah bagaimana keadaan supir.
"Saya tidak apa-apa Pak," Mia terlihat santai menjawab padahal dahinya bonyok.
"Bu... ambil obat" pria yang menolong Mia memanggil istrinya.
"Iya Pa" si istri pun berlari ke rumah yang hanya di pinggir jalan tersebut.
Dahi pria berkerut ketika melihat wanita yang terluka itu hanya menutup luka dahi dengan tissue. Seolah Mia tidak merasa sakit justru memeriksa supir dari kaca, tetapi di dalamnya kosong.
"Supirnya terluka parah, Pak?" Mia pikir supir sudah dilarikan ke rumah sakit. Tentu dia ingin tahu siapa pria bertopi baru saja.
"Orangnya kabur Mbak," para warga yang berada di tkp menunjukkan darah yang tercecer. Mia ikut menelusuri jejak darah tersebut, tetapi rupanya supir yang sudah terluka entah bagian mana tidak mau dikenali orang, lalu kabur. Ketika diteliti ceceran darah pun putus tidak jauh dari tempat itu. Kemungkinan besar ada orang yang menyelamatkan orang tersebut.
Mia menyesal karena tidak bisa mengorek mulut supir, rupanya pria bertopi tadi hanya pria pengecut.
"Mbak... saya cari kemana-mana ternyata disini," Si ibu sudah kembali membawa obat luar hendak mengobati Mia, tetapi Mia menolak.
"Terimakasih Bu" Mia duduk di kursi panjang lalu menerima obat.
"Coba deh Mbak, saya bantu obati" paksa Si ibu tidak tega membiarkan Mia mengobati lukanya sendiri. Tetapi Mia memilih melakukan sendiri dengan pantulan kaca kecil.
"Sekali lagi saya terimakasih Bu" Mia mengembalikan obat, kemudian membeli air mineral di warung rokok di tempat itu. Mia lalu meneguknya. Dia sampai lupa hanya minum tadi pagi sebelum berangkat ke perusahaan. Bahkan dia sejak kemarin melupakan makan. Wajar saja, pedagang makanan memang tidak sedikit yang seperti itu.
"Kalau gitu saya pulang Bu" pamit Mia ketika ojek sudah tiba.
"Hati-hati Mbak"
"Iya Bu" Mia menjawab lalu numpang ojek.
Dalam hidup Mia tidak ada kata trauma, walaupun berulang kali ada orang yang akan mencelakainya. Nyatanya supir angkutan yang dia percaya bisa membuatnya aman dan nyaman mengantar sampai tujuan, tetapi lagi-lagi akan membunuhnya. Tetapi Mia tidak takut nyatanya masih numpang ojek kembali. Namun, ada satu hal yang membuat Mia takut terjadi lagi, yaitu pernikahannya yang gagal. Mungkin itu yang membuat Mia masih menutup hatinya untuk pria lain.
"Berapa Bang?" Tanya Mia ketika ojek sudah tiba di gang.
"20 ribu Mbak" Mia membayar ongkos kemudian pulang.
"Astagfirullah... kamu kenapa lagi Mia?" Putri kaget. Saat berangkat tadi pagi, Mia memberi kejutan karena wajahnya berubah sangat cantik. Tetapi ketika pulang, keningnya sudah diperban dengan kain kasa.
"Aku nggak apa-apa Mbak" Mia tidak mau cerita sekarang, dia akan mengistirahatkan tubuhnya karena sejak kemarin belum tidur.
"Ya sudah, kamu sebaiknya istirahat dulu Mia," Putri pun mengerti.
"Iya Mbak" Mia membuka kunci lalu masuk, setelah salin pakaian, dilanjutjan shalat zduhur, kemudian tidur. Lagi-lagi melupakan makan siang.
Tiga jam sudah Mia tidur, begitu bangun badanya sudah segar. Walaupun dahinya terasa nyeri sedikit, tidak Mia rasakan. Mia kemudian mandi sebelum akhirnya shalat ashar. Di depan kaca, Mia membuka perban mengganti dengan yang baru setelah dia olesi antiseptik.
Agar lukanya cepat kering, Mia ke dapur membuat ramuan jamu. Namun, sebelum meneguk jamu dia makan terlebih dahulu.
"Alhamdulillah..." ucap Mia setelah minum jamu kemudian ke belakang rumah. Angin sore terasa segar menerpa wajah cantiknya. Mia tersenyum senang ketika memandangi tanaman apotek hidup sudah tumbuh daun.
"Membeli pupuk dulu ah" Mia bersemangat, ambil dompet di meja kamar, tetapi tidak membawa serta handphone, kemudian pergi meninggalkan rumah.
Putri yang melihat dari jendela hanya bisa menarik napas panjang. Dia heran, entah Mia itu manusia terbuat dari apa. Sejak kemarin mondar-mondar ke pasar, membuat kue, tidak tidur semalaman. Bahkan dahinya terluka entah kenapa, tetapi sekarang sudah seperti kancil.
Sementara Mia, sudah sampai ke pertanian segera membeli pupuk.
***********
Di ruang kerja kantor, Vano kesal, karena berulang kali telepon Mia tidak di angkat. Bahkan menulis pesan pun tidak dibuka.
"Bos Vano, saya pulang duluan ya," ucap skretaris. Saat ini sudah jam 4 sore tetapi bosnya tidak juga pulang. Padahal hari ini karyawan libur dalam rangka ulang tahun, tetapi yang namanya skretaris tetap saja masih menemani bos.
"Temani saya ke toko perhiasan dulu, kamu baru boleh pulang," Vano segera berdiri, padahal sekretaris belum menjawab. Tidak ada penolakan, skretaris pun membuntuti bos.
"Menurut kamu apa yang bisa membuat wanita jatuh cinta kepada pria?" Tanya Vano pada akhirnya. Dulu ketika menundukkan Dona cukup dengan perhiasan. Cincin berlian, kalung berlian, dan yang bersangkutan dengan materi. Tetapi kenapa Vano sulit sekali menundukkan hati Mia.
Sekretaris tak segera menjawab aneh saja pertanyaan bos. Sudah 5 tahun pacaran dengan Dona, tetapi tidak tahu apa yang disukai wanita.
"Kenapa kamu diam?" Vano sudah menunggu tetapi tidak segera dijawab.
"Intinya semua wanita itu menyukai keindahan bos. Bohong, jika wanita tidak menyukai emas permata, tetapi jika setiap momen si wanita hanya menginginkan semua itu, biasanya tidak peduli dengan orang lain, dan hanya mementingkan dirinya sendiri dengan sederet kebutuhannya," Jawab skretaris panjang lebar.
"Ya, dan semua itu ada dalam diri Dona" lirih Vano.
Skretaris kaget, mendengar ucapan bos. Tanpa Vano cerita, sekretaris sudah bisa menilai seperti apa wanita seperti Dona. Tetapi dalam hal ini skretaris tidak ingin mengutarakan kepada Vano.
"Lalu menurut kamu bagaimana dengan wanita yang tadi siang kamu beri kue?" Vano pada akhirnya membuka rahasia hatinya.
"Jadi... bos mencintai Mbak Jamu?" Sekretaris tidak percaya dengan semua itu, tetapi nampak binar bahagia di wajah Vano, ketika menyebut nama Mbak Jamu. Skretaris sudah bisa menangkap bahwa wanita itu sudah mampu menggeser Dona dari hati Vano.
"Ya... tetapi sulit sekali" Vano mengusap rambutnya ke belakang.
"Sabar Bos, wanita tipe Mbak Jamu itu, sepertinya mempunyai penilaian tinggi terhadap pria, sebelum memutuskan untuk menjalin hubungan. Saya yakin banyak pertimbangan sebelum dia memutuskan untuk memelih Bos"
Vano diam, mengerti maksud sekretarisnya. Niat awal akan membeli perhiasan untuk Mia pun dia urungkan. Alangkah lebih baik jika saatnya nanti bisa mengajak Mia pergi berdua ke Mall membeli perhiasan yang Mia inginkan.
"Kalau gitu kamu langsung pulang saja" Vano menurunkan sekretaris di pinggir jalan, Karena kediamannya tidak jauh dari tempat itu.
"Terimakasih Bos"
Setelah sekretaris turun, Vano melanjutkan perjalanan memberanikan diri untuk datang ke rumah Mia. Vano melambatkan laju mobilnya ketika tiba di depan penjual tanaman hias. Wanita yang mirip sekali dengan Mia tengah berdiri di pinggir jalan sambil ngobrol dengan seorang pria, tetapi dahinya di perban.
"Mia bukan sih," Vano membuka kaca mobil.
...~Bersambung~...