Di hancurkan berkeping-keping oleh suaminya dan juga ibu mertuanya, kehidupan Laras sangat hancur. selain harus kehilangan anak keduanya, Laras di serang berbagai ujian kehidupan lainnya. Putranya harus di rawat di rumah sakit besar, suami mendua, bahkan melakukan zina di rumah peninggalan orantuanya.
Uluran tangan pria tulus dengan seribu kebaikannya, membawa Laras bangkit dan menunjukkan bahwa dirinya mampu beejaya tanpa harus mengemis pada siapapun. Akan dia balaskan semua rasa sakitnya, dan akan dia tunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya.
Sehebat apa luka yang Laras terima? apakah dia benar-benar membalaskan rasa sakitnya?
Yuk simak terus ceritanya sampai habis ya 🤗🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni mardiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berhak bahagia
Aiman meluangkan waktunya untuk menghibur Langit, dia membawa Langit ke sebuah Mall miliknya untuk bermain, pria kecil itu sangat amat senang. Laras pun ikut senang melihatnya, apalagi disaat Aiman dan Langit bercanda gurau sampai main kejar-kejaran layaknya ayah dan juga anak. Selama ini, Langit sudah lama tidak merasakan yang namanya bermain dengan peran seorang Ayah, sejak Jefri bekerja di perusahaan dia sama sekali tidak pernah meluangkan waktunya meskipun hanya lima menit saja.
Suara tawa yang renyah, senyum yang begitu lebar menghiasi wajah kedua pria beda generasi itu. keduanya sesekali cekikikan karena saling menggelitiki satu sama lain, Aiman mengajak Langit bermain trampolin dan Laras mengabadikan moment tersebut menggunakan ponselnya.
Puas mencoba semua permainan, Langit dan Aiman pun mengajak Laras untuk pergi ke toko es krim.
"Seru tidak?" Tanya Aiman sambil menyuapkan satu sendok es krim ke mulutnya.
"Seru!!!" Jawab Langit dengan begitu bersemangat.
"Kalau begitu, jangan sedih lagi ya. Semua orang pasti memiliki penilaian tersendiri kepada sesama manusia, ambil baiknya dan buang buruknya. Langit, meskipun Ibu sudah tidak tinggal bersama ayahmu lagi, Langit masih memiliki banyak orang yang sayang sama Langit, Om juga sudah menganggap Langit sebagai anak Om sendiri. Tugas Langit adalah tutup telinga ketika mereka menghina, mengejek ataupun yang lainnya. Fokus saja dengan pelajaran di sekolah, hindari apapun yang bisa membuatmu down atau patah semangat. Ingat! Ibu pasti bangga jika Langit bisa sukses. Langit kau kan lihat Ibu bahagia?" Ucap Aiman mengusap kepala Langit dengan lembut, tutur katanya pun halus agar Langit nyaman mendengarkan ucapannya.
Dengan antusias Langit menganggukkan kepalanya, mereka pun melanjutkan memakan es krimnya. Selesai makan es krim, ketiganya berjalan kearah pulang. Aiman menggendong tubuh Langit, mereka sepergi keluarga cemara yang saling melempar tawa.
"Aiman." Gumam Seseorang.
Dari kejauhan ada sepasang mata yang melihat kearah Aiman, ia berjalan mengikuti kemana arah Aiman pergi. Saat sampai di luar Mall, ia mengeluarkan ponselnya memotret wanita dan anak kecil yang tengah bersama Aiman.
Cekrek.
Cekrek.
Berhasil.
Beberapa kali jepretan wajah Laras dan Langit berhasil di dapatkan, orang tersebut mengetikkan sesuatu di ponselnya.
Ting.
/Transfer 20jt.
'Cari tahu siapa wanita di gambar ini, secepatnya'
Send.
"Siapapun yang menghalangi jalanku, pasti akan ku singkirkan." Gumamnya sambil meremas ponsel miliknya.
*****
Malam hari, Aiman tengah berkutat dengan beberapa lembar kertas putih dan juga pulpen yang tengah di genggamnya. Nampaknya ia tengah berpikir keras, semua ide yang muncul di dalam kepalanya ia tuliskan di dalam kertas putih tersebut.
Ceklekkk ..
"Papa." Panggil Elsa saat pintu terbuka.
Aiman menoleh kearah sumber suara, Elsa berjalan kearah Aiman yang tengah duduk diatas singgasananya. Ruang kerja adalah tempat favorit Aiman, sudah kesana kemari Elsa mencari sosok paman yang ia anggap sebagai Papanya sendiri.
"Ada apa, cantik?" Tanya Aiman.
"Papa sedang apa? Kenapa belum makan malam?" Bukannya menjawab pertanyaan Aiman, Elsa justru memberikan pertanyaan balik pada Aiman.
"Papa sedang menulis, sayang." Jawab Aiman sambil memangku bobot puteri kecilnya.
"Menulis apa? Apa orang dewasa suka menulis?" Tanya Elsa lagi.
"Tentu saja." Aiman menganggukkan kepalanya, dia memindahkan tubuh Elsa keatas meja kerjanya, sementara dirinya kembali menulis.
Elsa hanya memperhatikan tangan Aiman menorehkan tinta diatas kertas putih, dia penasaran dengan apa yang tengah di tulis oleh Aiman.
"Aiman, makan dulu." Ucap Fatih dari balik pintu.
"Iya kak, nanti aku makan kok." Ucap Aiman.
Fatih menghembuskan nafasnya pelan, dia masuk dan merapatkan pintunya.
"Kau menulis puisi?" Tebak Fatih.
"Langit memintaku membuat sebuah ucapan untuk Ibunya, minggu depan di sekolahnya mengadakan acara dengan tema 'Hari Ibu'. Bertepatan dengan itu pula, Laras ulang tahun." Jawab Aiman.
"Kau menyukai Laras?" Fatih melontarkan pertanyaan sambil mendudukkan tubuhnya di atas sofa, dari gelagat adiknya ia sudah bisa menebaknya.
Sontak Aiman menghentikan tangannya, dia menatap kearah Fatih yang juga tengah menatapnya.
"Keliatan banget ya?" Tanya Aiman diakhiri dnegan kekehannya.
Sudah Fatih tebak, dari sorot mata adiknya menyimpan rasa suka pada Laras. Namun Aiman tak berbeda jauh darinya, sama-sama di tinggalkan dan masih menaruh cinta pada orang lama. Niatnya Fatih juga ingin menyampaikan sesuatu pada Aiman, tapi sepertinya belum tepat waktunya.
"Kamu berhak menentukan pilihanmu, cukup Kakak saja yang gila karena di tinggalkan. Aku yakin mendiang Senja juga ingin kamu bahagia, menurutku Laras juga cocok menjadi istrimu." Jawab Fatih.
"Tapi, ada pria lain juga yang menaruh suka pada Laras." Ucap Aiman.
"Laras adalah seorang Janda yang memiliki anak, tentunya dia juga membutuhkan sosok pendamping hidupnya. Saranku, dekati anaknya barulah ibunya. Untuk selebihnya biar Tuhan yang menentukan, jika memang jodoh apa yang seharusnya menjadi milik kita pasti akan tetap jatuh ke tangan kita." Fatih memberikan dukungan pada Aiman agar adiknya tidak pesimis.
"Akan aku usahakan, Kak. Terimakasih atas dukungannya." Seakan mendapatkan dorongan energi, Aiman menjadi lebih bersemangat.
*****
Seorang wanita tengah menatap beberapa gambar yang di berikan oleh orang suruhannya, ia tersenyum sinis saat membaca biodata yang berhasil di dapatkannya.
"Laras dan Langit, menarik." Gumamnya tersenyum miring.
*****
Bersambung