Hubungan asmaranya tak seindah kehidupannya. Hatinya sudah mati rasa karena selalu dipermainkan oleh para pria. Namun, seorang pria yang baru pertama kali ia jumpai malah membuat hatinya berdebar. Akankah Violet membuka hatinya kembali?
Sayangnya pria yang membuat hatinya berdebar itu ternyata adalah pria yang menyebalkan dan kurang ajar. Gelar 'berwibawa' tidaklah mencerminkan kepribadian si pria ketika bersamanya.
"Kau hanyalah gadis manja, jangan coba-coba untuk membuatku kesal atau kau akan tau akibatnya." — Atlas Brixton Forrester.
****
⚠️NOTE: Cerita ini 100% FIKSI. Tolong bijaklah sebagai pembaca. Jangan sangkut pautkan cerita ini dengan kehidupan NYATA.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon widyaas, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
...Sebelum membaca wajib LIKE! ☺️...
...***...
"Bagaimana? Apa kau sudah melakukan apa yang Mommy katakan?" Rachel tiba-tiba datang menghampiri Violet yang sibuk makan es krim di ruang makan sambil main hp.
"Apa?" sahut Violet.
"Mengambil hati Atlas Forrester. Apa kau sudah melakukannya?"
Violet mendengus, "Bahkan aku juga mengambil ginjalnya untuk Mommy. Mau dijual sekarang?"
"Violet!" Wanita cantik itu mencubit lengan anaknya. "Jangan bercanda!"
Violet cemberut kesal. Dia melahap cone es krim yang sisa sedikit, lalu mengunyahnya dengan kasar.
"Aku tidak mau, Mom. Dia itu pria yang membosankan!" kesal Violet.
"Membosankan apanya? Dia itu pria tampan, mapan, kaya, dari keluarga terpandang pula. Sepertinya matamu yang salah."
"Ya sudah, kalau begitu Mommy saja yang menikah dengan dia!" ketus Violet. Dia beranjak dari sana untuk menghindari Rachel. Namun, wanita itu malah mengikutinya.
"Violet, dengarkan Mommy. Dibandingkan dengan mantan-mantan murahan mu itu, dia lebih baik dan lebih layak! Hidupmu pasti akan tercukupi 7 turunan kalau kau menikah dengannya!"
"Dad, lihat Mommy!" Jurus andalan Violet adalah mengadu pada daddy nya. Dia merangkul lengan Daxton dengan erat.
Wajah Rachel seketika kesal. Dia menatap tajam suaminya agar tidak membela putri mereka.
"Kapan lagi ada pria tampan dan kaya yang masih single? Kau harus ambil kesempatan, Violet!" Rachel terus memaksa Violet.
"Dad..." Violet menatap daddy nya.
"Benar kata Mommy. Atlas Forrester, tidak buruk juga kalau menjadi menantu daddy."
Violet menghela nafas kasar. Dia menjauh dan memisahkan diri ke sofa single.
"Dia adalah pria yang paling membosankan yang pernah kutemui. Dia juga pria yang menyebalkan. Semua sikap baiknya hanya pencitraan!"
"Violet, jangan seperti itu. Tidak boleh," tegur Daddy. Beda sekali dengan Rachel yang sudah melotot tajam ke arah anaknya.
"Matamu itu yang tidak sehat! Bagaimana bisa Atlas Forrester menantu idaman Mommy kau sebut seperti itu?"
Violet berdecak, "Ya sudah kalau tidak percaya! Pokoknya jangan paksa aku! Biarkan aku mencari pasangan hidup sendiri."
"Pasangan hidup yang seperti mantan-mantan mu, huh? Mau jadi apa rumah tangga kalian kalau kau mendapat suami seperti mereka? Apalagi mantan terakhir mu! Dia sangat pelit! Makan saja numpang di restoran mu, lelaki macam apa itu?" Rachel mengomel. Dia masih ingat betul mantan pacar Violet yang terakhir sangatlah pelit. Kalau makan selalu numpang di restoran anaknya, jadi pria itu tidak perlu bayar. Terlebih, saat itu Violet dibutakan cinta, jadi dia tak masalah kalau pacarnya berbuat seperti itu.
Lagi-lagi Violet berdecak. Dia kesal kalau sudah membahas kelakuan mantannya yang memang sangat di luar nalar. Dia juga bingung, kenapa dulu mau-mau saja menerima mereka yang tampannya tak seberapa.
"Pokoknya aku tidak mau dengan si Atlas Atlas itu!" ketus Violet. Dia kembali memainkan game yang ada di ponselnya.
Kini Rachel yang berdecak. Susah sekali meyakinkan putrinya.
"Terserah! Hati-hati, semoga kau tidak termakan omonganmu sendiri," cibir Rachel. Dia memilih duduk di samping suaminya sambil menonton televisi.
Apa istimewanya dia? Pria tua yang membosankan! Batin Violet.
Sepertinya dia lupa kalau mantannya juga seumuran dengan Atlas. Intinya, apapun yang berhubungan dengan Atlas, Violet tidak ingin tau!
****
"Tadi kami melihat mantanmu di sini. Untung saja kau tidak datang."
"Ku pikir dia akan numpang makan lagi."
Terdengar tawa Kana dan Elle di seberang sana. Mereka berdua sedang makan siang sambil melakukan panggilan video dengan Violet.
"Benarkah? Apa dia mencari ku?" tanya Violet. Hari ini dia memang tidak datang ke restoran karena ikut mommy nya berkunjung ke rumah nenek.
"Violet? Ayolah, kenapa kau jadi berharap? Move on, move on!" seru Kana.
Violet berdecak kesal. Dia menyandarkan tubuhnya di sandaran ayunan yang dia duduki.
"Bukan berharap, bodoh. Aku hanya bertanya," katanya.
Lagi-lagi Kana dan Elle tertawa.
"Kau pantas mendapatkan yang lebih baik dari mereka. Aku yakin, lelaki mapan dan tampan akan datang padamu," ucap Elle yang dibenarkan oleh Kana.
"Yang terpenting, pria itu tidak pelit," sahut Kana, lalu dia tertawa bersama Elle.
"Semoga mulut kalian melebar karena terus menertawakan aku," ujar Violet. Bibirnya mencebik.
"Violet! Bantu Mommy membuat kue!" Suara Rachel menggema dari arah dapur.
"Sudah dulu. Mommy memanggilku," pamitnya pada kedua temannya.
"Bye bye!" Kana dan Elle melambaikan tangan mereka.
Tut!
"Iya, Mom!" jawab Violet berteriak. Dia langsung berlari menghampiri sang mommy.
Nenek tinggal bersama paman dan bibi yang notabenenya adalah adik dari Rachel.
"Kau ini tidak terlalu sibuk tapi jarang berkunjung ke sini." Ucapan Bibi Laras membuat Violet menyengir.
"Dia itu mana mau kalau berkunjung sendirian. 24 tahun tapi manjanya tidak hilang," balas Rachel.
"Itukan karena Mommy dan Daddy yang selalu memanjakan aku!" sahut Violet.
"Nah, benar!" Laras menyahut, hal itu membuat Violet tersenyum kemenangan.
"Kalau tidak dimanja, dari lahir kau sudah ku suruh cari uang sendiri!" Rachel menatap sinis putrinya.
Violet berdecak. Mommy nya itu selalu saja membuatnya terdiam karena kalah. Sedangkan Laras malah tertawa mendengarnya.
"Jadi, mana yang harus aku lakukan?" tanya Violet.
"Kau bagian memotong kue," jawab Rachel.
"Bagian memotong kue? Bahkan kue nya belum jadi adonan!" Lihat, Mommy selalu seperti ini. Hal kecil seperti itu juga adalah sebuah sikap memanjakannya.
Bibi tertawa lagi. "Sudahlah, kau duduk saja di sana. Biar Bibi dan Mommy mu yang membuat kue nya." Laras menunjuk meja makan, menyuruh Violet agar duduk di sana daripada merusuh.
Dengan bibir cemberut, Violet pun menuruti perintah bibinya, namun sebelum itu, dia mengambil camilan di kulkas.
Dimanja sejak lahir membuat keluarganya paham dengan Violet. Mereka seakan terbawa suasana ingin selalu memanjakan Violet, bukan pilih kasih, tapi Violet itu berbeda, entahlah, dia sudah dewasa tapi masih dianggap anak kecil oleh keluarganya. Untungnya Violet sadar diri, jadi dia tidak terlalu manja seperti pada umumnya, buktinya dia bisa mendirikan restoran sendiri dari hasil tabungannya. Tabungan itu yang dari kerja part time di cafe. Dia bekerja untuk dirinya sendiri, kalau orang lain mungkin bekerja untuk menghidupi keluarga.
****
Malam harinya Violet ke restoran. Restorannya buka sampai jam 10 malam, tapi Kana dan Elle shift siang, jadilah Violet memilih menikmati dessert dan juga late nya di salah satu kursi. Matanya memperhatikan pengunjung yang mulai berdatangan. Dia tak menyangka kalau restorannya seramai ini.
"Hai, Nona cantik, bolehkah aku duduk di sini?"
Violet tersentak kecil kala mendengar suara familiar tersebut. Dia mendongak untuk menatap orang itu. Seketika matanya terbelalak saat melihat wajah mantan nya yang terpampang nyata di depan mata. Ini bukan mimpi.
"Charles?!"
Violet pun menyesal telah datang ke restoran nya malam-malam begini.
***
kalau ky gitu mlah mirip binaragawan