Nandini, adalah wanita kampung yang di nikahi oleh pria tampan dan kaya. Orang-orang mengira jika Nandini bak Cinderella di dunia nyata, yang mana gadis miskin yang di persunting oleh Pangeran..
Namun, semua orang tidak tau bahwa Nandini tersiksa di rumah megah bak istana itu... ia tak ayal layaknya pembantu yang berstatuskan istri dari seorang pengusaha di salah satu kota ternama.
Pernikahan tahun kelima, membuat Nandini lelah dan memberontak. Dimana sang suami membawa wanita baru kedalam rumah, yang mana membuat Nandini memiliki pikiran licik untuk membalaskan dendam atas pengabdian yang mereka sia-siakan.
Apa yang akan Andini lakukan?
Sedangkan di sisi lain, Pangeran yang asli tengah menunggu kehadiran dirinya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aryani_aza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21 : DUA TEMPAT YANG BERBEDA.
KANTOR.
Tap.
...Tap....
Tap.
Suara sepatu yang beradu dengan lantai, dimana sang pemilik baru saja menginjakkan kaki di dalam kantornya.
Wajah tampan dengan gaya rambut yang rapih, serta rahang tegas membuat semua orang terpesona, terutama kaum hawa yang terus mengikuti langkah Adam yang sedang berjalan menuju lift.
''Woah ... Pak Adam selalu tampan.''
''Ya ... beruntung sekali kelak yang akan menjadi istrinya.''
''Lihatlah cara berjalannya sungguh berkarisma dan gagah, ahhh ... aku rela jika menjadi yang kedua sekali pun.''
Dan masih banyak pujian dari semua karyawan yang bekerja di kantor Ysl company. Mereka benar-benar terpesona oleh ketampanan Adam bak pangeran arab itu.
Tiba-tiba...
BRUK.
Seseorang yang sedang menelpon tidak sengaja menubruk Adam, hingga map yang ia pegang berhamburan.
''Aishh .. apa kau tidak punyaaa ... ah, Pak Adam. Maaf, saya yang salah.'' Orang itu menunduk ketika orang yang akan ia marahi ternyata sang Presedir.
Adam diam tidak menghiraukan, namun ia tidak sengaja melihat layar yang ada di lobby kantornya.
''Didi! Apa kau kira iklan ini masuk akal?'' Tanya Adam pada Sekretaris nya.
''Yang mana, Pak.''
Adam menunjuk layar besar di depan mereka dengan dagunya.
''Itu, nama produk minuman itu kenapa di ganti? dan kenapa memilih selebritis yang kurang terkenal.''
''Bukannya sudah di bicarakan bersama staf yang lain, Pak.''
Adam diam, lalu berjalan menuju lift.
''Baiklah, lupakan! Suruh staff yang lain untuk mengganti selebritis yang cukup terkenal, dan yaaa... menurutmu, langkah apa yang harus aku ambil untuk mendekati Nandini?''
TING.
Lift terbuka.
Didi mengekori Adam masuk kedalam ruangannya, lalu berdiri tak jauh dari Adam yang sudah duduk di kursinya.
''Bos, apa kau tidak salah menanyakan pertanyaan itu padaku?''
''Memangnya kenapa?''
Didi menghela nafasnya sambil memutar kedua matanya dengan malas.
''Kan bos sendiri yang melarang aku untuk punya pacar, jadi mana tau aku soal begituan.''
Adam mengerutkan keningnya, ''Masa? kapan aku pernah ngomong gitu.''
''Ih ... memang nggak pernah ngomong, tapi kan aku selalu ngintilin bos kemana pun dan kapan pun! Sudah kaya istri aja segala nyiapin keperluan bos, jadi nggak ada waktu buat pacaran.'' ketus Didi.
''Yeee ... malah nyalahin! Ngapain juga repot-repot nyiapin keperluanku.'' jawab Adam dengan wajah watado (Wajah tanpa dosa)
Bibir Didi semakin maju mendengar pertanyaan itu, ''Kalau aku nggak ngintilin plus nyiapin segala keperluan kamu Bos, mana bisa kamu ke kantor dengan pakaian rapih! Aku yang nyiapin semuanya, kalau aku nggak nyiapin semuanya ... mungkin saja ke kantor pun kau tidak akan pernah pakai Cempak.''
Uhuk.
Uhuk.
''Kau! ishh ... lupakan! Oh iya, besok Nandini akan bekerja di kantor ini.'' Adam mengalihkan pembicaraan.
Didi mengerutkan keningnya.
''Bekerja di kantor ini sebagai apa, Bos? yang saya tau sudah penuh."
Adam diam sejenak lalu memutar kursi dan berdiri, berjalan ke arah jendela yang menampilkan pemandangan di bawah sana.
''Dia sih minta jadi officeGirls, tapi aku ingin dia selalu ada di dekatku dan berada di bawah pengawasan ku, aku tidak mau jauh-jauh darinya. Karna, hanya sampai menunggu masa iddahnya habis, maka dia akan segera menjadi istriku.''
''Bos, apa ini tidak berlebihan?''
Adam menoleh, ''Tentu saja tidak, kau mana tau rasanya jatuh cinta untuk pertama kali.'' ledek Adam, membuat Didi mencibikkan bibirnya.
"Cih, mentang-mentang udah ketemu wanita yang dicari, bisa sekarang ngeledekku! Lihat saja, aku curi start baru nyaho."
''Bagaimana kalau menjadi Asisten pribadi bos? yaaa ... itung-itung ngeringanin beban aku lah.'' celetuk Didi yang mana membuat Adam langsung tersenyum.
''Ide bagus. Dengan begitu setelah kita menikah nanti, dia tidak akan canggung lagi padaku. Ha ha ha ... Di, cepat catat semua keperluanku dari bangun tidur sampai menjelang tidur, jangan sampai ada yang terlewat.'' Ucap Adam antusias.
DILAIN TEMPAT...
"Cuih! makanan apa ini." Bentak ibu Sonya pada Siska.
"Loh, memangnya kenapa, Bu? perasaan ini enak." Siska mencicipi sayur sop buatannya.
"Enak dari mana, Bodoh! Ini tuh hambar nggak ada rasa! Mana bulu ayam nya masih ada lagi. Ya ampun Siska .... kamu itu bisanya apa sih! Dari tadi pagi salaaaahhh mulu."
"Tapi, Bu."
"Kamu tuh yaaa, kalau di bilangin bantah mulu! Bisa nggak sih kamu itu kaya Nandini, Hah!"
Siska menahan kesal, karna sekarang apa yang ia lakukan di mata sang mertua semuanya salah. Kurang rapih lah, kurang bersih lah, kurang enaklah ... bahkan sang mertua sekarang ini selalu membandingkan bandingkan dirinya dengan Nandini.
Contohlah Nandini, Dia tidak pernah melawan mertua, contoh Nandini karna dia selalu bekerja dengan rapih, bersih dan masakannya sangat lezat.
Siska benar-benar muak dengan tingkah mertuanya, lama-lama ia bisa gila berhadapan dengan mertua rewel seperti ibu Sonya.
"Ada apa sih, Bu ..." Seno datang dan duduk di meja makan.
Ibu Sonya mendengus kesal, "Ini nih ... istrimu yang selalu kamu manjakan! Masa masak sayur sop aja hambar. Ini juga tempe ya kurang garing."
"Harap di maklum ya, Bu ... Siska itu tidak pernah masuk dapur, jadi nikmati aja ... toh lama kelamaan Seno yakin jika Siska pasti bisa masak."
Seno membela Siska, lalu menyedok nasi kedalam piring di tambah sayur sop. Namun ia terkejut ketika melihat ayam nya masih ada bulu, ia langsung melirik istrinya.
"Alah, kau ini terus saja bela perempuan tidak berguna ini." Dengusnya kesal.
"Siska, kamu apa-apaan ini! Masa ayamnya masih ada bulunya. Ih, jorok banget sih kamu." Seno melempar sayap ayam ke arah Siska dengan jijik.
''Eh, ini ... mungkin lupa di bersihkan, Mas."
"Dia ini nggak becus ngapa-ngapain Seno ... dia ini becusnya cuma ngabisin duit kamu aja! Nyesel banget kamu nyerein si Nandini." Ucapnya sambil berdiri dan pergi meninggalkan Seno dan Siska.
"Nandini lagi, Nandini lagi, Nandini aja terus yang dibahas! Ibu kamu itu nggak cape apa bandingin aku sama perempuan kampungan itu!"
"Ya seharusnya kalau nggak mau di bandingin, kamu bisa dong turuti apa yang ibu mau. Nggak banyak kok! Cuma ngurus rumah sama masak doang, gitu aja jadi masalah. Contoh itu si Nandini, Dia nggak pernah ngeluh selama ini. Kamu nya aja yang cengeng."
Setelah berucap seperti itu. Seno pergi meninggalkan Siska yang sudah teramat kesal. Siska muak berada dalam bayang bayang Nandini, hingga ia berteriak dan membanting semua makanan yang ada di atas meja.
"NANDINI. NANDINI. NANDINI. ARRGGGHHH .... SIALAN KALIAM SEMUA. LAMA LAMA KUBUNUH KALIAN."
Begitulah keseharian di rumah Seno setelah Nandini pergi, rumah itu sudah tidak damai dan hanya ada pertengkaran tiada habisnya.
•••
...LIKE.KOMEN.VOTE...
💯💯💯💯💯❤❤❤❤❤❤Adammmmmm💕💕💕