Sarena Almaira adalah seorang wanita muda cantik yang hidup dalam penderitaan. Sejak usia 5 tahun, ia mengalami broken home setelah ayahnya menghilang entah ke mana. Kehidupannya pun menjadi sangat sulit dan penuh kesedihan. Setelah lulus SMA, Sarena memutuskan untuk bekerja sebagai pelayan restoran demi memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun, hidupnya berubah drastis ketika sebuah kejadian tak terduga membuatnya terikat dalam pernikahan rahasia dengan seorang pengusaha muda yang kaya dan tampan.
Apakah Sarena akan menemukan kebahagiaan setelah bertemu dengan pria itu?
Baca yu!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meywh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab20
5 Bulan Kemudian
Baby Albiru sudah mulai aktif dan semakin pintar.
"Hai Baby Biru, kamu aktif banget sih, Nak," ucap Sarena sambil tersenyum.
"Bagus, Albiru aktif," sambung Aldevaro.
"Mas, hari ini aku mau izin ajak Biru main ke mal, ya? Boleh, ya, please?" pinta Sarena.
"Hmm, boleh, tapi siapa yang akan menemanimu?" tanya Aldevaro.
"Syifa, Mas. Syifa mau menemani aku," jawab Sarena bersemangat.
"Baiklah, boleh," kata Aldevaro.
3 jam kemudian, Syifa pun tiba di rumah Sarena.
"Ah, Syifa, kamu lama banget sih," keluh Sarena.
"Maaf, beb, tadi macet banget," balas Syifa.
"Oh iya, kita ke sana naik apa, Ren?" tanya Syifa.
"Mobil, fa."
"Dafa, ayo," ujar Sarena kepada sopirnya.
"Baik,bu," balas Dafa.
Sarena dan Syifa masuk ke mobil, dan Dafa mulai menjalankan mobilnya.
"Tuan Dafa, kamu masih jomblo, ya?" tanya Syifa tiba-tiba.
Sarena yang mendengar pertanyaan itu langsung menahan tawa.
'Hah, apa-apaan wanita ini,' gumam Dafa dalam hati.
"fa, kamu kenapa?" tanya Sarena, geli.
"Eh, aku cuma nanya aja, Ren," jawab Syifa sambil tertawa kecil.
"Jadi, Tuan Dafa, apa kamu jomblo? Serius nanya, nih."
"Iya," jawab Dafa singkat.
"Hah, ganteng-ganteng jomblo, sayang banget sih mukanya," goda Syifa.
Dafa tidak menjawab apa-apa, hanya fokus pada kemudi.
Beberapa saat kemudian, mereka tiba di mall.
"Tuan Dafa, kamu nggak mau ikut masuk?" tanya Syifa.
"Tidak, saya menunggu di sini," jawab Dafa.
"Sudah, Syifa, ayo," ujar Sarena.
"Baiklah," balas Syifa.
Mereka pun masuk ke dalam mal.
"Perasaan, Albiru nggak rewel, ya, dari tadi?" tanya Syifa, heran.
"Ya, dia memang nggak rewel. Dia hanya menangis kalau ingin susu saja," jawab Sarena.
"Wah, pinter banget keponakan aunty ini," kata Syifa sambil tersenyum ke arah Albiru.
"Iya dong, Aunty. Aku kan anak baik," sahut Sarena mewakili Albiru.
Mereka mulai berbelanja berbagai keperluan bayi.
"Ren, deketin aku dong sama asisten suamimu. Dia ganteng banget, sih," pinta Syifa tiba-tiba.
"Aku rasa itu susah, fa. Setahu ku, dia cuek banget, sama kayak tuannya," balas Sarena.
Setelah beberapa waktu, mereka selesai berbelanja.
"Gila, Ren, kamu belanja keperluan bayi banyak banget. Emang mobilnya muat?" tanya Syifa.
"Aku sudah suruh sopir jemput kita ke sini," jawab Sarena dengan santai.
"Enak banget, ya, punya suami orang kaya. Apa-apa jadi gampang," ucap Syifa dengan nada kagum.
"Ya, begitulah," balas Sarena singkat.
'Aku ini baru keluar, baru bisa menghirup udara segar di luar,' gumam Sarena dalam hati.
Di perjalanan menuju parkiran, tiba-tiba mereka berpapasan dengan seseorang.
"Eh, bukannya ini adik tiriku yang terbuang itu ya?" ujar Tasya, kakak tiri Sarena, dengan nada sinis.
"Oh, kamu..." balas Sarena dengan datar.
"Nggak nyangka ya, sudah punya anak. Om-om mana yang kamu tiduri?" sindir Tasya.
Plak!
Tamparan mendarat di pipi Tasya.
"Kamu berani menamparku?!" bentak Tasya.
"Mengapa aku tidak berani? Selama ini aku sudah cukup sabar dengan sikapmu. Bahkan, kamu yang membuat aku jauh dari ibuku. Dan sekarang kamu bicara seperti itu? Aku bukan wanita seperti yang kamu pikirkan, Tasya. Walaupun aku tidak dipedulikan, aku masih punya harga diri," tegas Sarena.
"Lalu siapa ayahnya, hah?" tanya Tasya penuh provokasi.
"Apa itu penting buatmu?"
"Sarena?" tiba-tiba terdengar suara Nia, ibu Sarena, yang mendekat sambil memandang bayi di gendongannya.
"Sarena, kamu sudah menikah, Nak?" tanya Nia terkejut.
"Iya," jawab Sarena singkat.
"Kenapa kamu nggak memberitahu Ibu?" ucap Nia, matanya mulai berkaca-kaca.
"Apa kalau aku memberitahumu, kamu akan hadir? Kamu terlalu sibuk dengan keluarga barumu dan melupakan aku, anakmu," balas Sarena dengan suara yang bergetar.