"Buang obat penenang itu! Mulai sekarang, aku yang akan menenangkan hatimu."
.
Semua tuntutan kedua orang tua Aira membuatnya hampir depresi. Bahkan Aira sampai kabur dari perjodohan yang diatur orang tuanya dengan seorang pria beristri. Dia justru bertemu anak motor dan menjadikannya pacar pura-pura.
Tak disangka pria yang dia kira bad boy itu adalah CEO di perusahaan yang baru saja menerimanya sebagai sekretaris.
Namun, Aira tetap menyembunyikan status Antares yang seorang CEO pada kedua orang tuanya agar orang tuanya tidak memanfaatkan kekayaan Antares.
Apakah akhirnya mereka saling mencintai dan Antares bisa melepas Aira dari ketergantungan obat penenang itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 21
"Bintang, sini!"
Kucing dengan bulu lebat dan panjang itu berlari menghampiri Antares saat dipanggil. "Sebentar lagi aku antar ya." Dia mengusap bulu halus itu sambil duduk di ruang tengah.
"Bawa makanan juga untuk Aira." Shena meletakkan totebag yang sudah berisi masakan matang di dalam beberapa kotak.
Antares tersenyum menatap mamanya. "Terima kasih atas dukungan Mama sepenuhnya. Mama dan Papa tidak memandang latar belakang Aira."
Shena justru tertawa dan duduk di samping putranya. "Sejak kapan keluarga kita melihat latar belakang seseorang. Bagi kita, yang penting dia baik. Kamu yang harus sat set berjuang."
"Ada satu hal yang harus aku selesaikan dulu."
Beberapa saat kemudian Sky datang dan menyerahkan selembar kertas pada Antares. "Ini data yang kamu minta."
Antares membaca data yang tertera di atas selembar kertas itu.
"Katanya Galih sudah lama keluar dari penjara. Info dari teman Papa yang bekerja di sana, sebenarnya dia tidak korupsi dan hanya difitnah. Dia sudah pindah dari alamat yang lama itu. Entah sekarang berada dimana."
Antares menyimpan kertas itu lalu menatap papanya. "Makasih, Pa. Papa memang paling cepat cari informasi."
"Siapa?" tanya Shena penasaran.
"Ayah kandung Aira." Kemudian Antares memasukkan kucingnya ke dalam kandang dan membawanya keluar dari rumah.
"Ares, makanannya." Shena menyusul Antares sambil membawa tas yang berisi makanan itu. "Ares, jangan macam-macam sama Aira. Pulang juga jangan malam-malam." Shena meletakkan tas itu di jok depan.
"Iya, Ma. Kayak aku masih ABG aja." Setelah memasukkan kandang kucingnya, dia masuk ke dalam mobil dan beberapa saat kemudian dia melajukan mobilnya.
Jarak yang lumayan dekat membuat Antares sudah menghentikan mobilnya hanya dalam waktu dua menit. Dia turun dari mobilnya sambil membawa kandang kucing dan tas yang berisi makanan.
Antares mengetuk pintu rumah itu dan beberapa saat kemudian pintu itu terbuka.
Aira langsung tersenyum melihat kucingnya yang dibawa Antares. "Bintang." Dia berjongkok dan membuka kandang kucing itu lalu menggendongnya tanpa mempedulikan Antares.
Antares hanya tersenyum menghadapi tingkah Aira. Dia masuk ke dalam rumah itu meskipun Aira tidak mempersilakan masuk. "Ini makanan dari Mama. Kamu makan, sisanya taruh kulkas."
Aira mengeluarkan kotak makanan itu untuk melihat apa saja yang dibawa. "Mama Pak Ares baik sekali. Sampaikan terima kasih ya, tapi besok-besok tidak perlu memberiku makanan lagi dan tidak perlu memberi apa-apa lagi."
"Kenapa?" tanya Antares.
Aira terdiam beberapa saat. "Aku tidak mau memanfaatkan Pak Ares dan keluarga Pak Ares."
Antares menggeser duduknya hingga membuatnya lebih dekat dengan Aira. "Tidak apa-apa, aku tidak keberatan kalau kamu manfaatkan."
"Pak Ares kenapa melakukan ini semua? Aku tidak mau berharap lebih pada Pak Ares. Tahu sendiri kan, aku berasal dari keluarga yang toxic."
"Berharap lebih?" Antares semakin menatap Aira. "Memang kamu berharap apa?"
Aira mengalihkan pandangannya dari Antares. Dia menggembungkan pipinya karena kesal mendengar godaan Antares. "Pak Ares pulang saja. Aku mau tidur."
Aira akan berdiri tapi Antares menahan tangannya. "Bisa tidak, kalau di luar kantor, kamu jangan panggil aku, Pak."
"Lalu panggil apa?" Aira semakin salah tingkah karena tatapan Antares yang seperti menembus jantungnya.
"Bisa Kak atau Mas, atau ...." Antares menghentikan perkataannya. Dia menelan salivanya melihat wajah Aira dengan jarak yang sangat dekat. Bibir tipis itu sangat menggodanya.
Aira tersenyum kecil. "Aku akan tetap panggil Pak Ares karena meskipun di luar kantor, Pak Ares tetap atasan saya."
"Kalau begitu ...." Antares semakin mendekat yang membuat Aira semakin memundurkan kepalanya. "Kita bisa ubah status itu."
Aira terdiam menatap Antares. Dia mengerti apa maksud Antares tapi dia tetap tidak ingin berharap lebih. "Pak Ares jangan begini!"
Aira mendorong Antares dengan keras tapi Antares justru menarik tangan Aira hingga membuat Aira mendekat dan tanpa sengaja bibir itu saling bersentuhan.
Aira seperti membeku saat satu tangan Antares menahan tengkuk lehernya dan semakin menciumnya lebih dalam. Bisa-bisanya dia terpikat dengan ciuman itu dan membalasnya perlahan.
Tersadar, Aira memukul dada Antares agar menjauh darinya.
Antares melepas ciumannya dan tersenyum menatap Aira. "Aku tunggu jawaban kamu." Kemudian Antares berdiri dan keluar dari rumah itu.
Aira masih terdiam membeku untuk beberapa saat. Detak jantungnya masih belum stabil karena kejadian yang tiba-tiba itu. Dia berdiri dan mengunci pintu dari dalam lalu mengambil makanan yang ada di tas itu dan memasukkan ke dalam kulkas mini yang ada di dapur karena sekarang dia sudah kenyang.
Aira mengambil kucingnya dan membawanya masuk ke dalam kamar. Dia merebahkan tubuhnya sambil menatap langit-langit kamarnya.
"Mengubah status? Status apa yang dimaksud Pak Ares? Teman, pacar, atau istri?" Aira menarik selimutnya dan menutupi wajahnya sesaat lalu membukanya lagi. "Kenapa aku jadi grogi seperti ini? Bagaimana aku bertemu dengan Pak Ares besok? Aku malu ... bisa-bisanya aku balas ciuman itu. Ih, kesel! Harusnya aku jual mahal!"
Aira semakin geregetan dengan dirinya sendiri. Sepertinya dia tidak bisa tidur nyenyak malam itu.
💕💕💕
Komen ya... 😌
akhirnya ngaku juga ya Riko...
😆😆😆😆
u.....