Anna diperkosa Dean Monteiro yang menginap di hotel karena mabuk. Anna ancam akan penjarakan Dean. Orang tua Dean memohon agar putranya diberi kesempatan untuk bertanggung jawab. Akhirnya Anna bersedia menikah dengan Dean, tapi Dean berniat ceraikan Anna demi menikahi kekasihnya, Veronica.
Anna terlanjur hamil. Perceraian ditunda hingga Anna melahirkan. Anna yang tidak rela Dean menikah dengan Veronica memutuskan untuk pergi. Merelakan bayinya diasuh oleh Dean karena Anna tidak sanggup membiayai hidup bayinya.
Veronica, menolak mengurus bayi itu. Dean menawarkan Anna pekerjaan sebagai pengasuh bayi sekaligus pembantu. Anna akhirnya menerima tawaran itu dengan bayaran yang tinggi.
Dean pun menikahi Veronica. Benih cinta yang tumbuh di hati Anna membuat Anna harus merasakan derita cinta sepihak. Anna tak sanggup lagi dan memutuskan pergi membawa anaknya setelah mendapat cukup uang. Dean kembali halangi Anna. Kali ini demi Dean yang kini tidak sanggup kehilangan Anna dan putranya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alitha Fransisca, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 ~ Gadis Bermartabat ~
Anna merasa berat menerima pemberian Nick, tapi laki-laki itu bergeming di tempatnya jika Anna tak segera mengambil paper bag itu. Anna melihat kesungguhan hati Nick ingin berikan hadiah yang dianggap sebagai oleh-oleh kepulangannya dari luar negeri.
Dengan pikiran yang berkecamuk, Anna akhirnya meraih kantong belanjaan itu. Nick langsung tersenyum senang. Rasa bahagia bisa berikan sesuatu untuk Anna. Sementara Anna sendiri masih sibuk menenangkan hatinya.
“Aku belum pernah mendapat hadiah sebelumnya. Tuan. Terima kasih,” ucap Anna dengan mata yang berkaca-kaca.
Nick menyentil kening gadis yang tertunduk itu. Sontak Anna mengangkat wajahnya. Nick tersenyum sambil berkata, ”sekali lagi kamu panggil aku Tuan, aku kan menghukummu.”
“Oh ya maaf Tu … eh, Kak Nick. Aku lupa,” ucap Anna sambil tersenyum.
Namun, senyum itu justru membuat bulir bening itu menetes. Nick mengusap lembut air mata yang mengalir perlahan itu. Merasa tak cukup bisa menghibur hati Anna, Nick memeluk tubuh mungil itu.
“Aku tahu hidupmu berat, tapi mulai sekarang aku akan selalu temani kamu,” ucap Nick sambil memeluk dan membelai rambut Anna dengan lembut.
“Aku baik-baik saja, Kak,” ucap Anna begitu perlahan seolah tidak percaya pada ucapannya sendiri.
“Jangan paksakan dirimu untuk kuat. Jangan takut merasa lemah. Aku siap menjadi tempat bersandarmu,” ucap laki-laki itu lalu menangkup wajah Anna. “Anna aku men ….”
“Kak! Aku harus segera ke apartemen. Aku udah telat, Kak … maaf ya,” ucap Anna yang takut mendengar ucapan yang akan dilontarkan Nick Rush.
“Baiklah, maafkan aku. Aku sudah mengganggu tugasmu ….”
“Bukan begitu Kak, aku yang lupa waktu,” ucap Anna sambil tersenyum tapi masih mengalirkan sungai bening itu.
Nick menatap puncak hidung yang telah memerah itu. Nick Rush tersenyum sedih menatap wajah Anna. Nick sangat ingin menghibur gadis itu. Sangat ingin melepaskan gadis itu dari beban kehidupannya tapi Anna selalu ingin buru-buru pergi.
Nick tidak punya pilihan. Laki-laki itu harus pamit agar Anna bisa melanjutkan pekerjaannya. Setelah menepuk lembut pipi gadis cantik itu, Nick berbalik menuju mobilnya. Senyum Anna membuat langkah Nick sedikit ringan. Lambaian tangan Anna membuat hatinya terasa bahagia.
Anna melangkah tergesa menuju unit apartemen milik Dean Monteiro. Tak ayal gadis itu harus menuju lantai tertinggi apartemen itu yang dikenal dengan Penthouse. Tak perlu berbagi lift dengan penghuni apartemen lain karena pemilik penthouse memiliki lift pribadi.
Begitu lift itu terbuka, Anna langsung dikejutkan oleh hal yang tak diduga. Dean telah berdiri di depan pintu lift. Anna bahkan terbelalak menatap wajah yang melotot menatap lurus padanya.
“Dari mana saja kamu?” tanya Dean sambil melipat kedua tangannya di dada.
“Aku … temani karyawan lembur ….”
“Apa? Jadi teman kantor lebih penting daripada suamimu sendiri?” tanya Dean dengan nafas yang terengah menahan amarah.
“Oh ya ampun. Kenapa? Kenapa jika menyangkut hak, Tuan jadi sangat menuntut?” tanya Anna lalu melangkah melewati Dean begitu saja.
“Hey! Aku masih bicara!” ucap Dean lalu menahan bahu Anna.
“Baru kali ini aku telat pulang … Tuan sendiri? Pulang seenak hati aku tidak pernah protes. Sepulang aku kerja, meski letih, aku tetap siapkan makan malam untuk Tuan, tapi Tuan? Langsung berangkat tidur tanpa penjelasan apa-apa. Sekedar kata-kata ‘aku sudah makan’ saja tidak terucap dari mulut Tuan. Aku tidak protes. Aku siapkan setelan kerja yang ini Tuan pakai yang lain. Aku siapkan yang ini, yang lain diacak-acak. Tuan memperlambat tugasku, aku tidak pernah protes,” balas Anna panjang lebar.
Dean terdiam. Kesempatan itu digunakan Anna untuk masuk ke apartemen meninggalkan Dean yang masih termangu. Anna ingin segera menjauh dari Dean dan masuk ke kamarnya.
“Aku belum makan!” teriak Dean sambil menatap Anna yang hendak membuka ke kamarnya.
“Baiklah, nanti aku siapkan. Sekarang aku mau mandi dulu ….”
“Aku mau sekarang!” seru Dean sambil melotot.
Kenapa lagi dia ini? Pasti bermasalah lagi dengan pacarnya. Benar-benar kekanak-kanakan, batin Anna tak peduli.
Anna merasa gerah setelah bekerja seharian bahkan menunggu seorang karyawan hingga malam. Anna juga tidak mungkin menyiapkan makan malam untuk Dean dalam keadaan tubuhnya yang belum bersih. Karena itu Anna berusaha selesaikan ritual bersihkan diri itu dengan secepat mungkin.
Bahkan saat mandi itupun Anna sekaligus memikirkan menu makan malam yang akan disiapkannya untuk Dean. Anna yakin Dean sedang marah lagi dengan kekasihnya, karena itu tingkah laki-laki itu jadi aneh. Karena biasanya Dean tidak peduli tersedia makan malam atau tidak.
“Aah jangan! Tuan! ” tanya Anna sambil menjerit.
Anna tidak menyangka, begitu keluar dari kamar mandinya. Anna langsung diseret menuju ranjang. Gadis itu lagi-lagi terhempas dengan keras ke atas ranjang.
“Kamu, jangan coba-coba ngelunjak dihadapanku!” bentak Dean.
Sekali tarik saja, tali pengikat jubah mandi itu terlepas. Menampilkan apa yang seharusnya tak terlihat. Pemandangan indah itu membuatnya Dean menelan ludahnya sendiri.
Tak ingin menunggu lama lagi, Dean membenamkan bibirnya dengan kasar ke bibir Anna. Gadis itu berusaha mengelak. Namun, tubuh atletis itu telah mengukungnya.
“Kamu itu milikku! Kamu adalah budakku” ucap Dean lalu kembali membenamkan bibirnya di bibir mungil yang manis itu.
Dengan mudah sebelah tangan Dean menggenggam kedua pergelangan tangan Anna. Sementara tangannya yang lain bebas jelajahi sekujur tubuh gadis itu. Anna menangis tak rela. Anna tahu statusnya sebagai seorang istri tapi Dean yang tidak pernah menatapnya sebagai istri membuat Anna tidak ikhlas melayaninya.
Kamu pikir, kamu bisa seenaknya menikmati fasilitas hidup dengan gratis? Aku juga bisa menuntut hak aku atas diri kamu, batin Dean sambil mengingat barang bawaan Anna.
Anna yang tak pedulikan ucapan Dean langsung masuk ke kamar mandi. Sekilas Dean menatap paper bag yang ditenteng Anna masuk ke kamarnya. Dean masuk ke kamar Anna untuk memastikan.
Gayamu seperti gadis bermartabat. Seolah tidak butuh materi, huh. Baru sehari menerima kartu ATM langsung membeli hp model terbaru? Temani karyawan lembur? Kamu pikir bisa bohongi aku? Batin Dean sambil menggenggam kotak berisi ponsel itu.
“Kamu harus membayarnya Anna,” bisik Dean sambil terus menciumi seluruh leher gadis cantik itu.
Anna memohon. Anna menangis. Gadis itu bahkan meminta maaf. Lagi-lagi Anna belum siap melayani kehendak laki-laki itu. Namun, Dean telah gelap mata. Sikap tak acuh Anna dianggap sebagai bentuk pemberontakan.
Dean merasa telah berikan semua untuk kebutuhan Anna. Membuat laki-laki itu tidak ikhlas jika Anna tidak memberikan apa-apa untuknya. Dean pun ingin menuntut haknya sebagai seorang suami.
...🍀🍀🍀 ~ Bersambung ~ 🍀🍀🍀...