ketika anak yang di harapkan tak kunjung datang,lantas haruskah seseorang menyalahkan orang lain karena dia tidak bisa memiliki anak?
Najwa selalu di hina mandul dan tidak bisa mempunyai anak,hampir sepuluh tahun menikah Najwa tidak kunjung melahirkan seorang anak,segala cara telah ia lakukan tapi tidak membuahkan hasil...
sehingga hinaan itu berujung pemaksaan agar Najwa bisa menerima kenyataan jika Rendi suami dari Najwa di paksa menikah lagi oleh orang tuanya demi ingin mendapatkan sebuah keturunan yang akan mewarisi usaha Rendi.lantas bagaimana Ahir dari cerita ini????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Dianamega.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 1
..."POV NAJWA"...
sepuluh menit sudah aku di dalam kamar mandi menatap tespek dengan satu garis merah ini. Aku merasa gundah gelisah sembari menitikkan air mata menahan sesak di dalam dada.
Mas Rendi mungkin saja menungguku dengan penuh harap di luar sana bahwa kali ini aku akan memberi dia kabar baik. Namun, sepertinya belum juga.
Tuhan belum juga mempercayakan seorang anak padaku di tahun pernikahan kami yang sudah hampir menginjak sepuluh tahun ini.
Tok … tok ….!
"Najwa!" buru buru kuhapus air mata saat terdengar Mas Rendi mengetuk pintu kamar mandi dan memanggil namaku, aku pun langsung beranjak membuka pintu dan menghampirinya.
"Mas maaf, aku belum bisa kabulkan keinginanmu," lirihku menyesal sambil memeluk dan membenamkan wajahku di dadanya.
"Hah sudahku duga lagi lagi seperti ini" lirih Mas Rendi berdesah kecewa mendengar ucapanku.
Aku paham betul perasaannya pasti Mas Rendi teramat sangat kecewa Sebab dia sudah sangat sabar menanti saat-saat paling membahagiakan ini
Sepuluh tahun bukan waktu sebentar menantikan sebuah keajaiban menantikan kehadiran seorang anak yang sangat di impi impikan.
"Tapi kenapa najwa? Kita sudah melakukan semuanya berbagai cara telah di lakukan" ucapnya heran sambil menatapku dengan mata yang berkaca-kaca
Aku menunduk sembari menitikkan air mata melihat kekecewaan terpancar di wajahnya.
"Maafkan aku, Mas. Kamu yang sabar ya?" aku berucap lembut sambil mengelus pipinya.
Mas Rendi hanya diam lalu menepis pelan tanganku seakan mengelak dari sentuhanku dan merasa jijik saat aku sentuh kembali.
"Mas,aku mohon kita hanya perlu sabar Tuhan pasti sudah merencanakan yang terbaik dibalik semua ini percayalah Mas," bujukku memegangi pergelangan tangannya
Lagi lagi Mas Rendi menjauh membuat jantungku berdenyut sakit melihat penolakannya seperti itu terhadapku
mas Rendi mengusap wajahnya kasar lalu ia pun terduduk di atas kasur Padahal seharus nya dia sudah berangkat ke kantor karena hari sudah mulai siang.
Namun karena insiden menunggu dua garis merah membuat kami harus berdebat panjang kembali,entah tidak terhitung berapa kalinya setiap habis melakukan tes kehamilan pasti berahir seperti ini.
"Kamu tahu aku sudah cukup sabar Najwa tapi bagaimana dengan Ibu? Kali ini pasti dia tidak akan tinggal diam"
"Sudah mau dua tahun ini Ibu selalu menekanku untuk segera memiliki anak! Sampai sampai Ibu bilang kalau aku …." Mas Rendi tidak melanjutkan ucapannya sehingga mampu membuatku penasaran
"Kalau kamu apa Mas?" tanyaku sambil menautkan kedua alis penasran
"Ibu akan mencarikan istri lagi untukku Najwa karena ibu yakin kalau kau mandul,ibu bisa berkata seperti itu karena di keluargku tidak ada keturunan mandul"
"seluruh keturunan keluargaku tidak ada yang susah memiliki keturunan,hanya aku yang sulit memiliki keturunan"ucap mas Rendi tertunduk jantungku berdegup tangan bibir dan kaki seakan gemetar
"Dan bagaimana dengan kamu, Mas? Apa kamu tega menduakan aku? Aku tau dari dulu ibumu tidak suka denganku"
" Tapi bagaimana denganmu sendiri? Bukankah kamu mencintaiku? Apa kamu tidak pikirkan perasaanku, Mas?"
"sebegitu kejinya ibumu menuduhku mandul dan apakah kau juga percaya dengan ucapan ibumu itu bahwa aku mandul" tanyaku sedikit lantang dan gemetar
Mas Rendi langsung berdiri sambil menatapku hangat tidak semurang tadi Lalu, ia pun memegang kedua bahuku sambil berkata
"sayang kalau aku boleh jujur dan Aku tidak ingin menyakiti perasaanmu tapi ini memang cukup lama wajar kalau Ibu menginginkan cucu dariku"
"aku bukan menuduhmu mandul hanya saja aku sangat heran dengan kenyataan ini di tambah Aku anak lelaki satu satunya," jawab mas Rendi Sontak saja aku gemetar dan menangis histeris terhenyak di sofa.
Kenapa dia sebut anak satu-satunya? Bukankah Ibu masih memiliki dua anak perempuan. Apa ini hanya sebuah alasan dari mas Rendi dan ibu mertuaku karena tidak menyukaiku
"oke sama saja kalau kamu setuju dengan ide ibumu itu untuk mencarikanmu istri baru lagi begitu bukan Mas," lirihku sambil merintikkan air mata yang semakin deras
Mas Rendi melihat air mataku semakin deras mengalir segera ia beranjak dan mendekat duduk di sampingku. Lalu, ia pun merangkulku dengan erat.
"mas sangat mencintaimu sayang,tidak perlu aku jelaskan kepadamu pasti kamu sudah sangat tau kalau aku sangat mencintaimu,"ucap mas Rendi meremas bahuku lembut
Aku tidak perduli dengan ungkapannya semua itu sama sekali tidak menghiburku, tetap saja dari makna ucapannya itu, ia tetap mendukung penuh ide gila Ibunya.
"sekali lagi aku tanya kepadamu Mas! Apa Yang aku tanyakan tadi apa kamu menyetujui ide Ibumu untuk menikah lagi?" tanyaku menegaskan ucapanku meskipun di sela tangisku aku menekan kan setiap pertanyaanku kepadanya
Namun Mas Rendi menghindar dari pertanyaanku lebih memilih diam dan mengambil perlengkapan kantornya kemudian bergegas pergi tampa berpamitan
Sementara aku kembali menangis histeris membayangkan betapa menyayatnya masalah yang akan aku hadapi sekarang. "Aku harus bagaimana?" batinku dalam hati.
"Mas tunggu!" panggilku ke mas Rendi,aku berlari kecil menghampiri mas Rendi yang belum menjauh,Mas Rendi pun berhenti mendengar aku memanggilnya sambil menatapku bertanya tanya
" Mas, aku mohon jangan turuti kemauan ibumu lagi pula kita tinggal menunggu hasil tes dari dokter keluar"
"Ini jugakan kali pertamanya kamu mau ikut tes dan tinggal menunggu hasil dari dokter mas"
"Aku mohon kepadamu Mas bersabarlah dulu sampai hasil tesnya keluar," pintaku penuh harap menatap mas Rendi
Namun sekali lagi mas Rendi hanya diam saja Ia menyentuh pipiku lembut kemudian berlalu Tampa mengucapkan sepatah katapun,membuat hatiku semakin kalang kabut dengan sikapnya itu
Ya tuhan aku berharap hanya padamu kabulkan lah ke inginan kami untuk memiliki anak yang sangat di ingin kan mas Rendi begitupu. Denganku.
Mungkin dengan ada nya seorang anak di antara pernikahan kami akan merubah sikap ibu mertuaku menjadi baik terhadapku dan mau menerimaku seutuhnya sebagai menantunya,istri dari putra semata wayangnya
Setiap hari selama menjalani rumah tangga hampir sepuluh tahun. tidak ada kata lelah aku menantikan kehadirannya berada di dalam rahimku
Aku berharap ada sebuah ke ajaiban dan aku yakin tuhan pasti telah merencanakan sesuatu yang terbaik untuk kami dan suatu saat tuhan mempercayai kami untuk mengurus darah daging kami sendiri