NovelToon NovelToon
SAMUEL

SAMUEL

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Tamat / CEO / Cinta Paksa / Cinta Seiring Waktu / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Kak Rinn

Samuel, pria berusia 38 tahun, memilih hidup melajang bertahun-tahun hanya demi satu tujuan—menjadikan Angelina, gadis 19 tahun yang selama ini ia nantikan, sebagai pendamping hidupnya. Setelah lama menunggu, kini waktu yang dinantikannya tiba. Namun, harapan Samuel hancur saat Angelina menolak cintanya mentah-mentah, merasa Samuel terlalu tua baginya. Tak terima dengan penolakan itu, Samuel mengambil jalan pintas. Diam-diam, ia menyogok orang tua Angelina untuk menikahkannya dengan paksa pada gadis itu. Kini, Angelina terperangkap dalam pernikahan yang tak diinginkannya, sementara Samuel terus berusaha memenangkan hatinya dengan segala cara. Tapi, dapatkah cinta tumbuh dari paksaaan, atau justru perasaan Angelina akan tetap beku terhadap Samuel selamanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kak Rinn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

perhatian kecil Angelina

Aldrich memutar gelas wiskinya perlahan, tatapannya kosong menatap cairan cokelat keemasan di dalamnya. Pikirannya terhanyut pada bayangan Angelina—senyum tipisnya, tatapan tajamnya, bahkan cara bicaranya yang tegas namun lembut. Entah kenapa, setiap kali wajah Angelina terlintas di benaknya, ada gejolak yang tak biasa muncul dalam hatinya, sesuatu yang sulit ia pahami.

Ia menghela napas panjang, lalu menyesap wiskinya, berharap sensasi panas itu bisa menghilangkan perasaan yang mengusik. Namun, bayangan Angelina justru semakin nyata di kepalanya. Aldrich menggeram pelan, merasa kesal pada dirinya sendiri.

“Apa yang sebenarnya terjadi padaku…” gumamnya lirih, menatap gelasnya yang kini hampir kosong.

Sudah dua botol wiski ia habiskan, namun pikirannya tetap tak tenang. Sensasi mabuk yang mulai mengaburkan kesadarannya justru membuat bayangan Angelina terasa semakin hidup, seolah wanita itu hadir di depannya.

Aldrich mendesah berat, menyandarkan tubuhnya ke kursi bar dengan tatapan kosong. “Angelina…” ucapnya pelan, hampir seperti bisikan yang terlepas tanpa sadar. Ia sendiri heran, mengapa wanita itu begitu sulit ia lupakan.

Bartender di depannya menatapnya dengan alis sedikit terangkat. "Mau tambah lagi, Tuan?"

Aldrich tersenyum tipis, meskipun matanya tampak lelah. "Ya, satu lagi," jawabnya, menyodorkan gelas kosong. "Sepertinya dua botol belum cukup untuk menghilangkan bayangan seseorang."

Bartender itu hanya mengangguk sambil mengisi ulang gelasnya. “Wanita, ya?” tebaknya dengan nada penuh pengertian.

Aldrich tertawa hambar. "Bukan sembarang wanita. Dia istri sahabatku sendiri."

"Apakah sahabatmu adalah Tuan Samuel? Jika iya, sudah lama sekali ia tidak berkunjung kemari."

Aldrich ngeh, "Kau benar juga, haha. Biasanya dia kesini bisa menghabiskan 3 wanita sekaligus dalam satu malam."

Aldrich terkekeh kecil lagi, mengingat masa lalu Samuel yang liar sebelum menikah. "Dulu dia selalu jadi bintang di sini. Kadang bikin aku merasa kalah jumlah, haha. Sekarang? Hm, dia sudah berubah... menikah, menjadi pria yang setia." katanya, sambil memainkan gelas di tangannya.

Bartender itu tersenyum tipis. "Siapa sangka ya? Tuan Samuel, pria yang dulu begitu bebas, sekarang lebih kalem."

Aldrich mengangguk sambil menatap kosong ke arah bar, senyumnya memudar perlahan. "Ya... mungkin hanya aku yang tertinggal di masa lalu. Kadang aku berpikir, apa aku bisa berubah seperti dia?"

Bartender itu hanya mengangguk sambil menuangkan lagi minuman ke gelas Aldrich. "Semua orang punya waktunya masing-masing, Tuan Aldrich. Tapi ingat, mengejar bayangan orang lain bisa menghilangkan jati diri kita."

Aldrich terdiam, mengangguk perlahan sambil menunduk, wajahnya mulai memerah dan matanya sayu, tanda kepalanya sudah mulai berat oleh pengaruh alkohol. Dengan nyengir lelah, dia memutar gelas di tangannya tanpa niat meminumnya lagi.

"Ya… mungkin memang waktuku belum tiba," gumamnya pelan, suaranya serak dan terdengar jauh di ujung lelahnya.

Bartender hanya menggeleng pelan, membersihkan gelas-gelas di belakang bar. "Kadang, Tuan, kita hanya butuh berhenti sejenak. Mungkin Anda sudah terlalu banyak memikirkan semua ini."

Aldrich mendesah dalam senyum getir. "Mungkin," jawabnya sambil meletakkan gelasnya, memejamkan mata sejenak, berharap semua pikiran yang berputar di kepalanya bisa sedikit mereda.

***

Samuel menatap layar laptopnya dengan kacamata yang sudah melekat sejak tadi, fokus pada pertemuan Zoom yang berjalan serius.

"Pak, banyak sekali karyawan yang mengeluh tentang perubahan bapak terhadap perusahaan," ujar Nia, asistennya, dengan nada hati-hati.

Samuel terdiam, menghela napas.

"Dan, Pak Andrian," lanjut Nia, "setelah Bapak membatalkan urusan bisnis di luar negeri, ia tampak kecewa."

Samuel mengusap wajahnya perlahan, menatap layar dengan pandangan berat. "Aku tahu, Nia. Aku sadar keputusan ini memengaruhi banyak orang."

"Apakah ada yang bisa dilakukan untuk meredakan ketegangan ini, Pak?" tanya Nia hati-hati.

Samuel mengangguk pelan. "Aku akan coba bicarakan ini lebih lanjut. Tapi untuk saat ini... ada hal lain yang lebih penting."

"Apa itu?" tanya Nia penasaran.

Samuel tersenyum cerah, wajahnya terlihat lebih lembut dari biasanya. "Istriku sedang hamil," jawabnya singkat, namun penuh kebahagiaan.

Nia tersenyum mengerti, "Selamat, Pak! Pantas saja belakangan ini Bapak terlihat sedikit... berbeda."

Samuel tertawa kecil. "Terima kasih, Nia. Ada saatnya dalam hidup kita harus memilih prioritas. Sekarang, aku ingin memastikan dia dan bayi kami baik-baik saja."

Nia mengangguk, merasakan ketulusan dari bosnya yang biasanya terlihat begitu tegas dan serius. "Saya yakin semuanya akan berjalan dengan baik, Pak. Kami juga siap membantu di sini."

Samuel menatapnya penuh rasa terima kasih. "Aku menghargai itu, Nia."

"Samuel..." Suara Angelina terdengar lembut memanggil dari luar pintu.

Samuel langsung menoleh, lalu buru-buru menutup pertemuan Zoom yang sedang berlangsung. "Maaf, semua. Kita lanjutkan nanti," katanya pada rekan-rekannya sebelum mematikan layar laptop.

Ia segera bangkit dan berjalan menuju Angelina yang berdiri di ambang pintu.

"Ada apa, sayang?" tanya Samuel.

Angelina tersenyum, sedikit ragu sebelum berkata, "Aku hanya ingin mengingatkanmu untuk istirahat. Sejak tadi kau terus bekerja."

Samuel tersenyum hangat dan mendekat, menggenggam tangan Angelina. "Terima kasih sudah mengingatkan. Aku memang butuh istirahat sejenak."

Angelina mencoba untuk perhatian walaupun kecil, "Uhhm ..apa kau mau ku buatkan coklat panas?"

Samuel terkejut melihat perubahan kecil dalam sikap Angelina. Selama ini, ia terbiasa dengan sikap cuek dan sedikit tertutup dari istrinya. Namun, perhatian kecil seperti ini membuatnya merasa hangat di dalam.

"Ah, coklat panas?" tanya Samuel, masih terkejut. "Kau benar-benar mau membuatkan untukku?"

Angelina mengangguk, meskipun wajahnya sedikit malu. "Ya, aku... cuma ingin sedikit menunjukkan perhatian."

Samuel merasa hati kecilnya tersentuh. "Terima kasih, sayang. Aku pasti akan sangat menikmati coklat panas itu."

Angelina mengangguk, lalu berjalan menuju dapur. Samuel memandangnya sejenak, merasa bersyukur atas momen kecil ini, yang baginya terasa sangat berarti.

Beberapa menit, Angelina kembali dan keduanya menikmati minuman coklat panas di malam hari ini.

Samuel terlihat diam saja sejak tadi membuat Angelina berjuang keras untuk tetap mencairkan suasana. Keduanya duduk samping menyamping, di tepi ranjang.

"Samuel kenapa kau diam saja?" tanya Angelina menatap Samuel yang tenggelam dalam pikirannya.

Samuel menoleh dan tersenyum, sambil mengusap kepala Angelina, "Tidak ada sayang, lebih baik kita habiskan coklat panasnya, lalu kita tidur, aku ngantuk berat soalnya."

Angelina mengerutkan keningnya, "Apa kau yakin? Jangan menyimpan bebanmu sendiri, katakan saja apa kau ada masalah hari ini?"

Samuel menghela napas, "Ada banyak yang akan ingin aku ceritakan padamu sebenarnya...tapi" ia kembali menatap wajah Angelina lalu lanjut berkata.

"Tapi kurasa besok pagi saja aku akan menceritakan dan menjelaskan semuanya padamu, sekarang. Ayo kita tidur lebih dulu, aku tidak mau membuatmu kepikiran dalam kondisimu yang sedang hamil muda ini."

1
Tasih Sumiarsih
kl masuknya lg mn susah
Kak Rin: maaf maksudnya apa ya😂
total 1 replies
Nur Latifah Hanif
bagusss menarik
Kak Rin: terimakasih sudah berkomentar 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!