NovelToon NovelToon
Memori Pena

Memori Pena

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Cintapertama / Teen School/College / Bad Boy / Slice of Life / Idola sekolah
Popularitas:3.7k
Nilai: 5
Nama Author: Kepik Senja

Sebuah pulpen langganan dipinjam Faiq kini tergeletak begitu saja, pemuda yang suka menggodanya, mengusiknya dengan segala cara, ia tidak pernah kehabisan akal untuk mengerjai Vika.

Vika memandanya dengan harap si tukang pinjam pulpen itu akan kembali. Ia memelototi pulpen itu seolah memaksanya membuka mulut untuk memberitahu dimana keberadaan Faiq.
••••••••

Goresan Pena terakhir ini

Kini tinggalah kenangan

Yang pernah kita ukir bersama

Sekarang kau tak tahu dimana

Tak ada secarik balasan untukku

Akankah titik ini titik terakhir

Yang mengakhiri kisah kita?

Kisah kau dan aku


-Vika Oktober 2017



⏭PERHATIAN CERITA MURNI HASIL PEMIKIRAN AUTHOR, BILA ADA KESAMAAN TOKOH MAUPUN TEMPAT, DLL. MERUPAKAN MURNI KETIDAK SENGAJAAN⏮

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kepik Senja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bambang Pamungkas

...silahkan razia typo dan lain-lain, karena pasti akan ada banyak typo kedepannya, silahkan berkomentar....

...|Happy Reading|...

...••★••...

"Kak, kenapa kita kesini?" Vika bertanya tepat ketika mobil yang dia dan Faiq kendarai berhenti. "Main, mau apa lagi? Kan Eyang Sinta nyuruh gue nemenin lo jalan-jalan biar tahu jalan dan enggak kesasar kayak dulu lagi.

"Tapi kenapa ke Lapangan Sutasoma? Ini kan udah malam." ujar Vika dia mengusap tengkuknya yang sedikit merinding. "Kenapa, takut? Kalo lo takut duduk aja di sini gue mau kesana, ngadem." Faiq melepas sabuk pengamannya dia berjalan dengan santai ke tengah lapangan sementara Vika membeku di tempat.

Perasaan Vika saat ini tak karuan, rasa merinding yang ia hafal betul. Dan benar saja ketika menyadari mobil itu terparkir tepat di bawah pohon yang cukup rindang, Vika memberanikan diri mengintip dari kaca mobil. Iya perasaannya tak pernah salah jika sudah berhubungan dengan hal ini, sosok perempuan yang duduk di atas pohon sibuk mengayun-ayunkan kakinya, Vika menelan salivanya susah payah ketika melihat sosok itu. Vika berusaha membuka sabuk pengamannya namun susah, kenapa jika situasi sedang seperti ini semuanya tidak bisa berkompromi?

Hingga akhirnya sabuk pengaman itu lepas, Vika langsung keluar dari dalam mobil tak mempedulikan pintunya yang masih menganga lebar. Vika sibuk berteriak memanggil nama Faiq berkali-kali, si pemilik nama itu malah tertawa terbahak-bahak melihat tingkah Vika yang satu ini. Samar-samar Vika mendengar suara komentator yang sengaja dibuat-buat oleh Faiq. "Yeah, Bung, Vika berlari ke arah Faiq yang tampan ini. Nomor punggung 12. Macan Kumbang yang menjadi gelandang penyerang. Namun, sayangnya Vika tidak punya nomor punggung, Bung. Dengan penuh rasa takut akan Teh Kun-kun yang menggebu, Vika masih terus berlari mencoba mencapai Faiq yang terlalu tampan ini di tengah lapangan. Dan.....,"

Brukkk

Vika memeluk Faiq erat, ia diam-diam terisak di pelukan Faiq, Faiq membeku di tempat ia heran dengan Vika, apa dia sangat takut hingga menangis seperti ini?

"Hei, Vika? kenapa lo?"

"Masih aja tanya kenapa, kalau udah tahu jawabannya." Sengit Vika, dia masih tetap tak mau melepaskan pelukannya itu.

"Ada kun-kun beneran?" pertanyaan dari Faiq hanya di balas anggukan, walau Faiq tak dapat melihat Vika mengangguk tapi ia dapat merasakannya.

"Dengerin gue! Gue minta maaf, gue kira Bang Al boong soal lo yang bisa lihat makhluk astral, makanya gue sengaja bawa lo kesini buat ngebuktiin itu." Setelah mendengar perkataan Faiq, Vika langsung melepas pelukannya lalu memukul dada bidang Faiq cukup keras, "Sakit Vika, nanti kalau dada gue memar siapa yang bakal lo peluk kalau ada hantu nongol di sini?" Dengan wajah yang sebelah dua belas dengan jeruk purut Vika menjatuhkan tubuhnya di rerumputan, meluruskan kakinya sambil mengatur napasnya yang masih sesak.

"Kak Faiq nyebelin!"

"Emang, Baru tahu?" jawab Faiq sambil menyugar rambutnya. "Sok kegantengan lagi, mana ada komentator sepak bola yang nomongnya kayak gitu, apa lagi bawa-bawa Mrs. K."

"Biarin. Dari cara lo lari kenceng kayak tadi, kayaknya lo udah cocok, deh, jadi penerusnya Bambang Pamungkas," ucap Faiq sembari mendudukan pantatnya di samping Vika.

"Kakak aja yang jadi pemain sepak bola gimana? Mau, nggak?" Faiq lebih memilih membaringkan tubuhnya di rerumputan. "Gue? Jadi pemain sepak bola? Hahaha."

"Iss, Kak Faiq ngapain sih? Lagi cosplay jadi Anggun versi cowok?"

"Sok tahu! Jangan kayak dukun napa. Gue lagi nggak pengin santet orang soalnya."

"Hem, Aku mau pulang!" ujar Vika, dia bangkit dari duduknya. "Nggak mau, gue masih betah di sini. Ngeliat pesawat lewat, tiduran di rumput." Faiq menggela napasnya berat. "Gue pengin jadi pemain sepak bola, tapi itu mustahil. Bokap gue ngelarang bahkan disaat ajal menjemput dia minta supaya gue jadi dokter, nerusin usaha rumah sakit kita. Mau enggak mau gue harus jadi dokter."

Mendengar perkataan Faiq, Vika kembali mendudukan pantatnya di rerumputan. "Kakak bisa aja dalam posisi yang salah, kalau ngorbanin cita-cita sendiri gitu. Dulu aku punya cita-cita besar di karier perkebunan tapi aku masih ragu, ayah aku support banget waktu itu. Hingga akhirnya aku hilangin semua keraguan itu, tapi berujung gagal karena persiapanku belum masak perusahaan ayah jadi diambang kehancuran, kalau seandainya kakek sama eyang enggak bantu bangkitkan perusahaan ayah mungkin kami jatuh miskin sekarang. Jadi aku harap Kak Faiq pertimbangkan masak-masak sebelum Kakak menjatuhkan pilihan."

"Hem, gue pikirin lagi nanti." Manik gelap Faiq masih terpatri pada pemandangan langit malam, "Lo tau berapa banyak pesawat yang lewat?" tanyanya.

"Nggak tahu, emang Kak Faiq hitung?"

"Dua puluh, tadi gue bilang lo udah cocok jadi penerusnya Bambang pamungkas kan. Bambang Pamungkas adalah legenda pesepak bola terbaik yang dimiliki Indonesia. Dia kuat, hebat, pantang menyerah. Seperti lo, gue udah cukup tau lo dari Bang Al sama Eyang Sinta, dari diri lo sendiri juga. Lo bilang dulu lo korban bullying, lo dikucilkan karena rumor buruk tentang lo, tapi lo hebat bisa bertahan sampai disini. Mungkin ini sebuah pertanda yang bagus buat lo, nomor punggung Bambang Pamungkas dan jumlah pesawat yang barusan lewat, gue ramal lo bakal beruntung dengan angka dua puluh itu, lo bisa setangguh bambang pamungkas, terbang ke langit tanpa batasan air yang menenggelamkan." Vika terpaku dengan ucapan Faiq, sejak kapan Faiq bisa seperti ini? Banyak sekali sisi dirinya yang belum Vika ketahui, Faiq Zhafran, dirinya seperti kotak pandora yang abadi, bila dibuka tidak akan pernah menemukan intinya.

Vika terkekeh ringan, "Tumben bijak?"

"Baru tahu Lo?"

"Dih kumat narsisnya!"

"Eh Vik, Bang Al dan Eyang beberapa kali cerita soal Lo yang bisa liat makhluk halus, di sini Lo liat apa aja?"

"Aku liat itu tuh, sosok berkumis badannya belang-belang dan lagi jilatin ekornya."

"Mana?" Faiq langsung mendudukan tubuhnya.

"Itu deket gawang!"

"Asem lu Vik, itu mah kucing mujair! Gue kira ada harimau jadi-jadian taunya kucing kampung!"

"Ahahaha ... Tapi makhluk halus kan?" Faiq tertegun mendengar tawa dari gadis di sebelahnya, sekejap ia menormalkan detak jantungnya yang tak beraturan.

"Udah berani ya sekarang lo ngerjain gue?" tanya Faiq sembari melempar rumput ke pangkuan Vika.

"Aku gak sepeka itu untuk tau ada makhluk halus apa aja. Aku bisa melihat mereka karena lagi sial aja, dan makhluk seperti mereka itu membutuhkan kekuatan yang besar untuk mewujudkan bentuk mereka di mata para manusia." Faiq mengangguk mendengar pernyataan Vika, dari beberapa video YouTube yang ia tonton memang mengatakan hal seperti itu.

"Em, Kak! Kakaknya Kakak kapan pulang?"

"Bang Satya? Entahlah dia gak bilang mau pulang ke gue. Katanya sih pekerjaan dia di sana masih banyak. Kadang gue juga pusing liatin dia sibuk sampai gak punya waktu buat keluarga. Kadang gue berfikir lebih baik jadi orang yang hidup sederhana aja dibanding bergelimang harta tapi hidupnya gak tenang. Seperti insiden kemarin, itu sangat berbahaya banget buat Ibu. Bahkan Lo yang gak tau apa-apa jadi terseret masalah keluarga gue, sekali lagi gue minta maaf."

"Udah takdir Kak, gak perlu minta maaf terus." Vika tersenyum lembut, dari cerita Faiq ia jadi ikut merasakan susahnya mempertahankan dan melindungi apa yang dipunya.

Hujan membuyarkan pikiran Vika tentang Faiq, ia kembali tersadar saat Faiq menarik tangannya, mereka berlari menuju mobil bersama.

Bregg

"Hahaahha. Kayaknya kita kebanyakan ngobrol sampe nggak tahu kalau mendung, mau kemana sekarang?"

"Pulang, Eyang pasti cemas kalau aku belum pulang."

Faiq melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang karena hujan semakin deras, kecanggungan menyelimuti mereka hingga Vika lebih memilih menenggelamkan pikirannya ke dalam lamunan, melihat Kota Jakarta yang masih saja ramai padahal sudah larut malam bahkan hujan mengguyurnya. Tumbuhan yang terbiasa menerima polusi udara seakan berpesta pora ketika air dari langit luruh menimpanya, malam ini cukup damai di Kota Jakarta yang terbiasa ricuh akan sura-suara klakson kendaraan yang lalu-lalang.

*****

"Kok kita ke sini? Bukannya mau pulang? tanya Vika ketika tersadar dari lamunannya, mereka kini sudah berada di depan rumah masakan padang.

"Kita makan dulu, bisa diamuk ibu kalo gue ngajak jalan cucu Eyang Sinta tapi engga ngasih makan." Jawab Faiq, pria itu turun terlebih dahulu meninggalkan Vika yang masih kerepotan dengan sabuk pengaman. Vika mengedarkan pengelihatannya guna mencari keberadaan Faiq, kenapa pria satu itu suka sekali duduk di pojok, entah di dalam kelas, kantin maupun rumah makan sekalipun.

"Habis ini, kita langsung pulang kan?" tanya Vika sembari menarik kursi untuk dia duduki. "Hem, kalo Cuma liatin gue enggak bakal kenyang, pesen makanan gih." hingga detik ini pun Faiq masih menyebalkan seperti biasanya, entah apa yang membuat sifatnya cepat berubah-ubah seperti perempuan ketika datang bulan.

Vika menarik buku menu yang disediakan dari hadapan Faiq, sedakan Faiq sibuk mengatakan makanan yang ia pesan kepada salah satu pelayan di sana. "Lo pesen apaan?"

"Aku mau ayam goreng sambal ijo sama lalabannya juga."

"Minumannya apa?"

"Em, Teh anget aja."

"Teh anget dua, Mbak!" pelayan itu mengangguk kemudian pergi dari hadapan Faiq dan juga Vika. kecangungan kembali terjadi diantara mereka berdua hingga ada dua anak balita kembar yang baru saja datang bersama dua orang tuanya. Kedua anak kembar itu sedang bermain bola karet, sangat akur sekali, keduanya bermain bersama tanpa adanya kejadian berebut bola. Tiba-tiba salah satu dari mereka tak berhasil menangkap bola dari kembarannya, lantas bola itu menggelinding tepat di sebelah meja Faiq dan Vika.

Vika yang melihat itu langsung mengambilkan bola mereka, salah satu anak kembar itu mengira Vika akan merebut bola mereka. Dia berlari hingga tersandung kakinya sendiri, dia tidak menangis tetapi kembarannya yang menangis, melihat itu Vika segera menolong anak kembar yang terjatuh meniup lututnya yang sedikit lecet sedangkan anak kembar satunya yang menangis segera di tenangkan oleh ibunya.

Faiq yang melihat itu tersenyum, senyum yang makin lama makin lebar bahkan dia tak menyadarinya. Dia menemukan seseorang yang seperti ibunya pikir Faiq, seseorang yang lembut terhadap anak kecil, yang tegas bila diperlukan,

'Gue harap, jodoh gue kayak ibu. Lembut tetapi tegas bila diperlukan, tangguh, adil dan friendly kepada anak-anaknya.' batin Faiq.

•••••

...*...

...*...

...*...

...TBC...

...Thanks for Reading 💙🌻...

...Jangan lupa like dan komen ya🫶...

...Luv You All💙🌻...

^^^🐞Kepik senja^^^

1
Tuti Asnawati
waaah udah tamat ajaa 👍
Tuti Asnawati
yuhuuu akhirnyaaa 😍😍😍
Tuti Asnawati
semoga itu memang keajaiban 😭 faiqnya udh sadar was was nya masih
Kepik Senja: ʕ⁠´⁠•⁠ ⁠ᴥ⁠•̥⁠`⁠ʔ
total 1 replies
Kepik Senja
(⁠ʘ⁠ᴗ⁠ʘ⁠✿⁠)
Tuti Asnawati
akhirnya sadarrrr faiqnya 😅
Kepik Senja: tunggu bentar lagi ya, seperti biasa jam 5 update 🌻
total 1 replies
Tuti Asnawati
semoga faiqnya segera membaik 😭🙏
Kepik Senja: ʕ⁠´⁠•⁠ ⁠ᴥ⁠•̥⁠`⁠ʔ
total 1 replies
Erma Wati
samngat tour...critany bgus
Kepik Senja: terimakasih 🌻
total 1 replies
Tuti Asnawati
zoya kayanya nti sama zaki yaa 🤭
Kepik Senja: Zaki lagi disuruh insyaf sama bapaknya biar UN nya lanca tanpa pikir pacar🤭
total 1 replies
Tuti Asnawati
semoga faiqnya cepet sadar
Tuti Asnawati: iyaa 🤭
Kepik Senja: kangen chapter yg ada Faiq nya yaa?
total 2 replies
Tuti Asnawati
semoga lekas sembuh thor ❤️
Tuti Asnawati: alhamdulillah ❤️
Kepik Senja: terimakasih, aku udah mendingan sekarang
total 2 replies
arcyanl
Thor aku baru sampe sini, tapi aku mau bilangg penulisannya bagus banget hshshs, semangatt thor
Kepik Senja: makasih, jangan bosen baca ya🤧
total 1 replies
Nunuy
menurutku karyamu bagus thor..tp kenapa sepi 🤔
Kepik Senja: Hai kak, terimakasih ya udah baca, mungkin sepi karena aku baru di Noveltoon dan di lapak orange aku udah lama hiatus nulis 😅
total 1 replies
Shame
semangat thor
Kepik Senja: Oh ya, aku ada buat chat story judulnya "Forget me not" barang kali kamu mau mampir 😸
Kepik Senja: terima kasih 🤍
total 2 replies
✿ O T A K U ✿ᴳᴵᴿᴸ࿐
Nggak bosan-bosan deh baca karyamu thor, semoga semakin sukses! ❤️
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Kepik Senja: Oh ya, aku ada buat chat story judulnya "Forget me not" barang kali kamu mau mampir 😸
total 3 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!