BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN!!!❌❌❌
Nessa Ananta atau biasa di panggil Eca, gadis yang menempuh pendidikan di luar kota akhirnya kembali ke Ibu kota setelah sebelumnya bekerja menjadi sekretaris di sebuah perusahaan.
Tapi apa jadinya jika kembalinya ke rumah Kakaknya justru mendapat kebencian tak beralasan dari Kakak iparnya.
Lalu bagaimana kisah hidup Eca selanjutnya ketika Kakaknya sendiri meminta Eca untuk menikah dengan suaminya karena menginginkan kehadiran seorang anak, padahal Kakak iparnya begitu membencinya?
Kenapa Eca tak bisa menolak permintaan Kakaknya padahal yang Eca tau Nola adalah Kakak kandungnya?
Lalu apa penyebab Kakak iparnya itu begitu membencinya padahal mereka tak pernah dekat karena Eca selama ini ada di luar kota??
Apa yang terjadi sebenarnya??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana Nola
Eca memilih keluar dari ruangan Bara. Dia tak sanggup lagi ada si sana. Eca ingin menumpahkan semua rasa sakitnya sendirian.
Wanita dua puluh lima tahun itu naik ke lantai atas gedung kantornya. Mungkin di sana tempat yang cocok untuk menangani nasibnya tanpa ada yang tau.
Dia memilih duduk di bangku yang sudah terlihat begitu tua. Tangannya masih menggenggam erat helaian rambut yang Nola berikan kepadanya.
Kalian pasti bisa membayangkan perasaan Eca saat ini. Dia tentu hancur setelah menerima kenyataan bahwa dia bukanlah anak kandung dari orang tuanya selama ini.
"Pantas saja dulu Ibu selalu membedakan antara aku dan Mbak Nola. Ibu selalu membela Mbak Nola walau jelas-jelas dia yang salah. Ibu selalu merayakan ulang tahun Mbak Nola sedangkan aku, sekalipun tak pernah. Apa ini alasannya? Apa karena aku memang bukan anaknya?"
Dalam hidup Eca, dia hanya mendapatkan kasih sayang dari Ayahnya saja selama keduanya masih hidup.
Hingga, waktu Eca duduk di bangku SMP mereka berdua meninggalkan Eca dan Nola yang saat itu Nola masih SMA.
Mulai dari sana Eca hidup mandiri. Nola juga mencari jalan untuk hidupnya sendiri. Kalau di pikir-pikir, Eca mendapatkan kasih sayang Ayahnya hanya sampai situ saja. Tapi kini, Nola meminta balas budi darinya. Memintanya mengorbankan masa depannya untuk kebahagiaan keluarga Nola.
🌻🌻🌻
Sementara itu, ketegangan masih terjadi di ruangan Bara. Sepasang suami istri itu masih bertahan dengan keputusannya masing-masing.
"Ayolah sayang, kamu sudah berjanji tadi malam. Kamu udah setuju sama keputusan ku kan?"
"Tapi aku tidak menyangka kalau wanita yang kamu pilih itu adikmu sendiri!!"
"Dia bukan adikku Bara. Kamu udah dengar sendiri kan?"
"Jangan-jangan itu hanya akal-akalan kamu aja biar Eca tidak menolak permintaan mu kan? Kamu mengarang cerita itu kan Nola?"
"Sumpah demi apapun aku tidak bohong Bara. Sayangnya kejadian itu di tutupi sedemikian rupa oleh Ayah agar semua orang tidak tau siapa Eca sebenarnya. Tidak ada yang tau juga tentang kematian adikku karena Ayah menguburkannya sendiri. Waktu itu aku berumur lima tahun, dan aku sudah bisa memahami apa yang terjadi saat itu. Ibu juga menceritakan semuanya sebelum dia meninggal. Jadi untuk apa aku mengarang cerita?"
Bara terdiam, dia bingung harus bagaimana saat ini. Dia tidak mungkin menikahi Eca. Tapi dari tadi dia tidak bisa membuat Nola menyerah sengaja keputusannya.
"Kalau kamu memang benar-benar ingin aku menikah dengan wanita lain agar aku cepat punya anak, maka aku akan menikah tapi bukan dengan Eca, tapi dengan wanita pilihan Mama!!"
"Apa??!!! Enggak Bara!! Aku nggak rela!! Pokoknya hanya Eca yang boleh kamu nikahi!! Aku sudah menyiapkan semuanya termasuk merayu Eca agar dia mau kembali ke sini!!"
"Apa kamu bilang?" Bara kembali menatap Nola dengan tajam.
"M-maksud aku. I-tu.."
"Jadi kembalinya Eca ke sini itu karena rencana kamu? Kamu sengaja membawa Eca ke sini untuk menjadi tumbal mu begitu?"
Nola sudah gelagapan karena dia tak sadar telah membuka niatnya selama ini langsung di hadapan Bara.
"Picik kamu Nola. Aku nggak nyangka kalau istriku yang dari dulu aku kenal berhati lembut ternyata memiliki pikiran sejahat ini" Bara tak habis pikir dengan jalan pikiran Nola.
Pria itu menggeleng dan menjauh dari Nola. Sejak makan malam kemarin, kepalanya terasa ingin meledak karena tekanan dari berbagai sisi. Tapi kini Nola semakin membuatnya pusing karena rencana gilanya itu.
"Iya aku memang picik Bara. Aku memang sudah gila!! Di saat kedua orang tuamu terus menekan ku, aku sudah bisa menebak kalau pada akhirnya mereka pasti akan memintamu untuk menikah dengan wanita lain. Maka dari itu aku menjadikan Eca sebagai opsi kedua ku. Aku memintanya kembali hanya untuk berjaga-jaga kalau sewaktu-waktu Mama kamu meminta kamu menikahi wanita lain. Dan ternyata, firasat aku benar kan Bara? Sekarang kalau kamu ada di posisiku, apa yang akan kamu lakukan?" Nola kembali berhasil membuat Bara diam.
Semua masalah yang terjadi saat ini memang berasal dari orang tuanya. Jika saja mereka tidak menekan Nola, pasti Nola tidak akan merasa terancam dan berbuat hal gila.
"Sayang" Nola mendekati Bara. Dia melingkarkan tangannya di pinggang Bara.
"Kamu menang tidak pernah menuntut apapun dariku. Tapi gimana aku bisa menghadapi orang tua kamu dengan segala tuntutan itu? Ini usaha terakhir yang bisa aku berikan. Tolong dukung aku sekali ini saja" Nola berbicara pada suaminya dengan begitu lembut seperti biasanya.
"Tapi kenapa harus adikmu? Kenapa harus dia?"
Bara membalas pelukan istrinya. Dia meletakkan dagunya di bahu Nola.
"Karena aku percaya kalau dia tidak akan mengkhianati ku. Aku percaya kalau dia tidak akan terbawa perasaan saat bersamamu. Lain dengan wanita yang akan di pilihkan Mama mu. Aku tidak berani membayangkan bagaimana kedepannya kalau sampai kamu menikahi wanita itu"
"Hati seseorang bisa berubah kapan saja Nola. Jangan terlalu yakin!"
Nola mendongak menatap suaminya yang tampan dan digilai banyak wanita itu.
"Kalau begitu, aku hanya percaya sama kamu. Aku yakin kalau kamu hanya mencintaiku. Hanya ada aku di hatimu. Kamu mencintaiku kan?"
"Tentu. Aku mencintaimu" Sahut Bara, Nola pun kembali membenamkan wajahnya di dada bidang Bara.
Tanpa sengaja mata Bara melihat Eca yang berdiri tak jauh dari pintu. Bara yakin pasti Eca mendengar semua ucapan Bara dengan Nola.
Bara tak bisa berbuat apa-apa saat ini. Dia hanya bisa melihat wajah Eca yang berlinang air mata dengan mata yang sembab.
Saat Eca menyadari kalau Bara menatap kearahnya, wanita itu segera pergi dari sana. Niat awalnya Eca memang kembali ke mejanya utuk mengambil tasnya. Dia ingin pergi ke rumah sakit untuk meyerahkan rambut Nola dan mengambil sampel miliknya. Eca benar-benar ingin melakukan tes DNA untuk menjawab keraguannya.
Tapi Eca justru kembali mendengar sesuatu yang lebih menyakitkan. Ternyata Nola memintanya kembali bukan karena wanita itu merindukan dirinya, tapi karena ada niat terselubung dari permintaan Nola itu.
Eca tak habis pikir kenapa Nola sejahat itu. Apa hubungan persaudaraan mereka selama ini tak pernah berharga bagi Nola. Kenapa Nola seakan-akan menganggap Eca adalah orang yang tak perlu Nola pikirkan perasaan serta kebahagiaannya.
Dengan buru-buru Eca meninggalkan kantor. Biar saja hari ini dia pergi sesukanya di saat jam kerja. Dia tidak peduli lagi jika nanti Bara marah atau memecatnya sekalian. Yang Eca pedulikan saat ini hanyalah menemukan kebenaran terlebih dahulu.
ditunggu karya selanjutnya