Zanaya sangat tergila-gila pada Revan sejak dari mereka duduk di bangku sekolah, bahkan dia menyuruh orang tuanya menjodohkan keduanya, siapa sangka itu menjadi petaka untuk dirinya sendiri.
Dengan kedua bola matanya sendiri, dia melihat sang suami menodongkan pistol ke arahnya yang dalam keadaan hamil besar, disampingnya seorang gadis bergelayut manja tersenyum menyeringai ke arahnya.
"Ada pesan terakhir zanaya?" Tanyanya dingin.
Zanaya mendongak menatap suaminya dengan penuh dendam dan benci.
"Jika ada kehidupan kedua, aku tak akan mencintai bajingan sepertimu. Dendamku ini yang akan bertindak!" Ucapan zanaya penuh penekanan.
Dor! Dor! Dor!
Tiga tembakan melesat ke arah wanita cantik itu tepat di kepalanya, membuatnya terjatuh ke dasar Danau.
Saat membuka mata, dirinya kembali ke masa lalu, masa dimana dia begitu bodoh karena tergila-gila pada Revan
Tapi setelah mengalami reinkarnasinya, ada takdir lain yang akan menantinya. Apakah itu, silahkan baca!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perubahan Zanaya
Mendengar pertanyaan sang cucu bukannya menjawab sang kakek malah terkekeh kecil melihat wajah cemberut cucunya.
"Ih ... Kakek! Zanaya kan bertanya!" ucapnya dengan wajah kesal.
Sang kakek menghentikan tawanya. "Apa gunanya air danau ajaib itu," Tunjuknya pada danau yang airnya sangat jernih bahkan kita bisa melihat bebatuan dan beberapa ikan yang berenang disana.
Melihat arah telunjuk sang kakek, Zanaya merasa di permainkan "Kakek jangan bercanda!" ucapnya kesal.
"Apakah kakek sedang bercanda?" tanya sang kakek dengan wajah seriusnya membuat Zanaya terdiam.
Melihat keterdiaman sang cucu, kakek Gerald segera menyadarkannya. "Pergilah ke air terjun itu dan mandi lah disana!" perintah sang kakek yang langsung di angguki Zanaya meski ada keraguan di hatinya.
"Pergilah tuan!" sahut Azay membuat Zanaya mendengus.
Zanaya melangkah ke arah air terjun tersebut, saat tubuhnya terkena air dia merasa sangat sejuk, tubuhnya yang terasa berat langsung terasa sangat ringan.
Beberapa lama kedua orang itu menunggu, terlihat seorang gadis yang sangat cantik matanya biru safir seperti mata sang kakek hidung kecil mancung, alis tebal terukir, bulu mata yang lentik, bibir mungil merah alami.
Wajah dan tubuh yang tadinya di penuhi luka-luka kini telah menghilang, bahkan jerawat batu yang sering datang karena make up abal-abal kini telah mulus dan glowing saking halusnya tidak terlihat pori-pori sama sekali, mungkin jika ada nyamuk dia akan tergelincir jatuh.
Zanaya menggunakan elemen anginnya segera mengeringkan tubuh dan bajunya, seketika langsung kering.
Sang kakek bahkan matanya telah berkaca-kaca melihat sang cucu mirip seperti mendiang istrinya. Hanya matanya saja yang berbeda, mata sang cucu mirip dengan matanya.
"Woah ..., tuan cantik sekali! Di balik wajah yang burik, tersimpan wajah cantik yang mempesona, tuan seperti bule bukan lagi ondel-ondel," celetuk Azay apa adanya, membuat Zanaya melotot kan matanya mendengar kejujuran sang penjaga. Wajah Zanaya memang mirip sang nenek yang perpaduan orang Arab dan Amerika.
Kakek Gerald terkekeh mendengar celetukan Azay. "Dari mana kau tahu kata burik dan ondel-ondel?" tanya Sang kakek penasaran menatap wajah Azay, sepertinya perkataan seperti itu tidak ada di zaman kuno, pikirnya.
Azay meringis menggaruk tengkuknya yang tidak gatal saat dua orang menatapnya dengan tatapan berbeda, "Azay lihat media sosial yang di tok tik, yang ada joget-joget gitu," jawabnya polos membuat sang kakek memijit pelipisnya, sang penjaga satu ini sudah ketularan gaul.
"Yak! Kenapa kau mengatai ku seperti itu?" Zanaya berkacak pinggang melotot kan matanya siap menerkam.
Azay mulai bersembunyi di belakang kakek Gerald tapi memunculkan kepalanya. "Kan' memang begitu, Azay lihat kok foto tuan yang burik mirip ondel-ondel atau kek pulu-pulu, yang mana yah lebih tepatnya?" tanyanya memikirkan sambil mengetuk keningnya bingung, membuat Zanaya bertambah melotot.
"Yak! Dasar penjaga sialan! Sini kau akan ku buat kau gosong!" teriaknya marah membuat Azay tersentak kaget langsung kabur, menyelamatkan diri melihat bola-bola api di tangan Zanaya.
Boom... Duar...
Boom... Duar...
Ledakan dari bola api menghantam pohon-pohon yang ada disitu, Azay masih terus menghindar dari serangan dari Zanaya.
Zanaya tahu meski Azay terkena bola api itu dia tidak kesakitan ataupun mati kecuali dirinya yang mati. Kakek Gerald senang cucunya lebih ekspresif tidak seperti dulu yang sering berwajah datar saat melihat keluarganya sendiri.
Perkataan Azay memang benar, penampilan Zanaya di kehidupan pertamanya memang mirip ondel-ondel, make up yang tebal layaknya ondel-ondel belum lagi kacamata bulat dengan rambut ikat duanya membuat kecantikannya tertutupi, Zanaya lebih mendengar perkataan Fani jika Revan suka gadis berpenampilan seperti itu, padahal itu membuat semua orang jijik dan muak.
Malam harinya di ruang dimensi, Zanaya sedang makan malam bersama kakek Gerald dan Azay, sejak tadi mereka masih bermusuhan meski begitu mereka tidak ambil hati, hanya sekedar candaan yang sering dilakukan keduanya. Makanya kakek Gerald hanya melihat mereka.
Setelah makan malam telah selesai, makanan di tutup dengan cemilan manis yang sudah di buat Zanaya bersama Azay. Jangan salah dulu di kehidupan pertama sebagai istri, Zanaya sering memasak sendiri, dia banyak belajar meski tak pernah di hargai.
"Oh, iya kek. Zanaya mau tanya, ini kok otot Zanaya yang kekar sekarang tidak ada? malah kembali seperti semula bahkan tubuh Zanaya berubah?" tanya Zanaya bingung, mereka saat ini berada di ruang keluarga untuk berbincang-bincang, tubuh Zanaya kini memang sangat ideal di tambah dengan tingginya yang semampai 172 cm, tubuh yang sangat diidamkan pada kaum hawa.
Dulu tubuh Zanaya berisi bukan tidak bisa menjaga pola makan hanya saja Fani sering memberinya obat penggemuk karena katanya Zanaya terlalu kurus. Untungnya Zanaya tinggi jadi tidak terlalu gendut.
"Bukannya itu bagus yah tuan kalau tubuh tuan tidak kekar seperti laki-laki?" celetuk Azay mengerutkan keningnya bingung, biasanya wanita suka penampilan yang ideal pikirnya.
"Bukan seperti itu! Maksud aku tuh, kalau badan kekar ku hilang jadi pelatihan ku selama ini sia-sia gitu," sanggahnya membuat Azay mengangguk.
"Kekuatan fisik mu tidak akan hilang nak, sekarang pun kamu masih bisa angkat beban seperti latihan dulu. Hanya saja air Lazarus memang seperti itu membuat pemilik kalung dimensi ini kembali ke bentuk semula," Kakek Gerald menjelaskan dengan mudah.
"Jadi kecantikan ini palsu dong kek?" tanya Zanaya.
"Tidak tuan! Kalau memang kita pada dasarnya cantik, yah air Lazarus mengembalikan seperti semula. Jika orang itu udah emang jelek dari lahir yah akan tetap jelek begitu," sahut Azay santai sambil makan puding coklat.
"Jadi namanya air Lazarus?"
"Benar!"
"Apa kegunaannya itu saja kek?"
"Tidak, air Lazarus kegunaannya sangat banyak, air Lazarus bisa mengobati racun yang ringan dan menyembuhkan beberapa penyakit, bahkan di zaman kakek orang-orang sampai berperang hanya untuk memperebutkan setetes air Lazarus itu," jelas kakek Gerald lugas.
"Gila, dunia ini benar-benar ajaib. Zanaya bagaikan didalam dongeng," ujar Zanaya tak henti-hentinya takjub.
Keesokan harinya Zanaya masih lanjut belajar, tapi yang dia pelajari mengenai perusahaan dan saham yang diajarkan oleh sang kakek.
Di sela-sela belajarnya, Zanaya juga mulai menciptakan beberapa nyamuk robot buatannya yang bisa mengintai seseorang. Tak lupa mengaktifkan Terminator buatan sang nenek dengan DNA miliknya, jika dilihat seksama orang tidak akan curiga jika mereka bukan manusia.
Zanaya bahkan membuat ponsel sendiri dengan alat-alat canggih yang berada di laboratorium sang nenek, dengan kejeniusannya dia bahkan telah melampaui sang nenek.
Waktu yang tersisa selama dua bulan di ruang dimensi, benar-benar Zanaya pergunakan dengan serius belajar dan belajar.