Dario Maverick dan Alice sudah menikah selama lima tahun lamanya. Namun, keduanya tak kunjung memiliki keturunan. Sampai dimana ibu mertua Alice meminta Dario untuk menikah lagi. Di saat itu, Alice memilih pergi agar suaminya bisa menikah lagi.
Namun, siapa sangka. Jika dirinya pergi ternyata sedang dalam keadaan sedang mengandung. Alice tidak membatalkan kepergian nya, justru dia melanjutkan kepergian dan meninggalkan cintanya.
Apakah nantinya Dario dan Alice akan bertemu? Bagaimana status pernikahan mereka setelah Alice memutuskan untuk pergi? Apakah Dario memilih menikah lagi ketika istri nya pergi, ataukah justru mencarinya?
BACA SEGERA!!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rencana yang sia-sia
Alice merasa tubuhnya tidak sesakit kemarin, perlahan dia turun dari brankar dan menatap infusannya yang ternyata sudah habis. Matanya pun beralih menatap ke arah pintu, dia yakin jika di depan pintu itu terdapat bodyguard Dario yang sengaja di tempatkan agar mengawasi dirinya.
"Kemana Mas Dario, sudah siang dia belum kembali. Mungkin dia sudah pulang, aku bisa gunakan kesempatan ini untuk bisa kabur. Tapi, bagaimana caranya? Di depan ada bodyguard yang berjaga. Hais, aku sudah seperti tahanan saja." Gerutu Alice.
Perlahan, Alice mengambil sweater miliknya yang ada di ujung brankar. Lalu, dia pun memakainya. Perlahan, Alice melangkahkan kakinya mendekat ke arah pintu sembari membawa botol infusnya yang sudah kosong. Rentetan rencana untuk kabur sudah terancang apik di otaknya, tinggal menjalankan rencananya saja setelah ini.
Cklek!
Alice membuka pintu ruang rawatnya, membuat bodyguard yang berjaga langsung menoleh ke arahnya. Melihat hanya ada satu bodyguard yang berjaga, membuat senyum Alice mengembang.
"Anda butuh sesuatu nona?" Tanya bodyguard itu.
"Bisakah kamu memanggil suster? Botol infusku sudah habis, sehingga darahku menjadi naik ke selang. Aku butuh suster segera." Pinta Alice dengan tatapan lemasnya.
Melihat selang infus Alice yang memerah akibat darahnya yang naik, membuat bodyguard itu bergegas memanggil suster tanpa berpikir kembali. Setelah kepergian bodyguard itu, Alice tersenyum. Dia mencabut selang infusnya dengan meringis kesakitan dan melemparnya ke sembarang tempat. Lalu, wanita itu berlari keluar ruang rawatnya dan bergegas pergi dari rumah sakit itu.
Tak lama sejak kepergian Alice, bodyguard itu kembali dengan seorang suster yang mengikutinya dari belakang. Melihat pintu yang terbuka lebar, membuatnya mematung seketika. Tersadar, dia langsung memasuki ruang rawat Alice dan mengeceknya. Benar saja, Alice tak ada di kamar itu. Dalam artian, wanita itu telah kabur dari penjagaannya.
"Astaga, aku di kerjai ini." Gumam Bodyguard itu dengan tatapan tak percaya.
Tanpa menunggu lagi, bodyguard itu segera berlari keluar rumah sakit untuk mencari keberadaan Alice. Sayangnya, Alice sudah lebih dulu naik angkot sebelum bodyguard itu sempat melihatnya. Karena tak dapat menemukan Alice di sekitar rumah sakit, bodyguard itu pun langsung menelpon Dario.
"Halo, tuan. Nona Alice melarikan diri!"
.
.
.
Dara dan Bu Liana tengah membereskan uang yang baru saja Dario kasihkan. Mereka tak mungkin menyimpan uang itu di rumah. Sehingga, Dara pun memutuskan untuk mengambil uang itu sebagian dan menyimpannya di bank. Namun, saat keduanya asik membagi uang itu. Tiba-tiba saja pintu rumah mereka di ketuk. Bergegas, Dara menghampiri pintu untuk membukanya.
Ckelk!
"Ada perlu a ... loh, kakak?!" Pekik Dara saat melihat Alice sudah berdiri di depan pintu rumahnya dengan keadaan wajah yang masih terlihat sangat pucat.
"Biarkan kakak masuk, kakak lelah sekali." Ujar Alona dan menyingkirkan Dara yang menghalanginya masuk.
Dara masih terkejut dengan kedatangan Alice, sehingga tak banyak kata yang keluar dari mulut wanita itu selain memperhatikannya. Alice mendudukkan dirinya di kursi ruang tamu dan menyandarkan tubuhnya dengan lemas.
"Kak, kakak ngapain pulang?!" Pekik Dara dengan tatapan tak percaya.
"Apa maksudmu? Memangnya enggak boleh kakak pulang?" Tanya Alice dengan tatapan sayu nya.
Dara gemas, dia mendudukkan dirinya di sebelah Alice dan menatap kesal ke arah wanita yang kini malah memejamkan matanya. Dara pikir, Alice kembali kabur dari Dario. Namun, kali ini tidak membawa si kembar, begitu lah pemikiran Dara.
"Oh ya, si kembar mana? Tumben gak ada suaranya, apa mereka sedang bermain di luar?" Tanya Alice yang mana membuat raut wajah Dara berubah kaget.
"Kakak kok tanyanya begitu?! Kan kakak sendiri yang udah kasih izin suami kakak untuk ambil si kembar!" Sentak Dara membuat Alice kembali membuka matanya.
"MAS DARIO KESINI?! SERIUS KAMU?!" Pekik Alice dan menatap Dara dengan mata membulat sempurna.
"Ya kali aku bercanda! Tuan Dario kesini tadi pagi! Dia mengambil si kembar! Bilangnya udah bilang sama kakak!" Seru Dara.
Alice memegangi kepalanya yang berdenyut sakit, dia tak tahu harus berkata apalagi. Dirinya sendiri pun bingung, dari mana suaminya tahu mengenai si kembar. Dia tak ada cerita apapun tentang si kembar, bagaimana pria itu bisa megambil mereka?
"Siapa yang beri tahu Mas Dario tentang si kembar?" Tanya Alice dengan suara lirih.
"Loh, aku pikir kakak yang ngasih tahu." Heran Dara.
"Ada apa ini ribut-ribut?!" Bu Liana keluar dari kamarnya. Saat melihat keberadaan Alice, wanita paruh baya itu pun terkejut.
"Alice?! Kamu kok disini?" Pekik Bu Liana.
Alice tak sanggup untuk menjelaskannya lagi, dia sungguh syok dengan apa yang Dara katakan. Pilihannya saat ini hanya dua, tetap berada di rusun sampai Dario kembali menjemputnya. Atau, kembali ke rumah sakit dan menunggu kedatangan pria itu.
"Kenapa jadi seperti ini sih!" Gerutu Alice.
Sementara di posisi Dario, pria itu baru saja di telpon bodyguard nya yang dia titah untuk menjaga Alice. Bodyguard nya itu belum juga kunjung menemukan Alice, dan wanita itu juga belum kunjung kembali. Dario tak marah ketika bodyguard memberitahukan padanya jika Alice kabur. Justru, Dario malah meminta bodyguard nya untuk tetap berada di rumah sakit.
"Tetap berjaga di depan ruang rawat istriku, sebentar lagi dia pasti akan kembali." Terang Dario sebelum memutuskan sambungan telpon itu.
Lalu, tatapan Dario beralih menatap kedua putrinya yang sedang menikmati es krim yang baru saja keduanya beli. Ketiganya berada di kedai es krim tepat di samping rumah sakit. Dario membelikan kedua putrinya es krim sebagai bentuk hadiah karena kedua bocah menggemaskan itu sudah mengizinkan Jeno untuk mengambil darah mereka. Dario melakukan tes DNA lewat darah mereka, sebab cara itu yang paling cepat keluar hasilnya menurut Jeno. Apapun itu, Dario lakukan agar hasilnya keluar secepatnya.
"Enak es krim nya?" Tanya Dario sembari duduk di sebelah Alexa.
"Enak, tempatnya juga bagus ya daddy. Walna-walni, nanti kita kecini cama mommy yah." Celoteh Alexa di selah memakan es krimnya.
"Heum! Siap tuan putri!" Seru Dario dan m3ng3cup singkat kepala Alexa.
Eliza, anak itu masih memikirkan sesuatu. Dia bingung mengapa darahnya di ambil. Tatapannya pun beralih menatap ke arah Dario yang ternyata juga tengah menatap ke arahnya. Mungkin, Dario menangkap raut wajah heran dari putrinya itu.
"Ada apa? Apa yang kamu pikirkan hm?" Tanya Dario sembari ibu jarinya mengusap lel3han es krim yang berada di sudut bibir putrinya itu.
"Daddy, kenapa darah kita di ambil? Darah kita mau di buat apa?" Tanya Eliza dengan kening mengerut.
Dario tersenyum, dia mengerti maksud dari pertanyaan putrinya. Baru setengah hari bersama keduanya, Dario sedikit paham dengan pola pikir mereka. Alexa yang selalu menunjukkan emosinya, dan Eliza yang selalu menunjukkan apa yang ada di dalam pikirannya. Walau mereka kembar, tetapi cara pemikiran dan sikap mereka sangat berbeda.
"Darah kalian di ambil sedikit untuk di tes oleh dokter, apakah kalian dalam keadaan sehat atau tidak. Begitu sayang." Dario bingung ingin menjelaskan seperti apa, jadi dia menjelaskan dengan cara yang paling sederhana menurutnya untuk Eliza.
"Ooh begitu, yacudah. Ayo daddy, kita ke lumah cakit! Eliza cudah kangen cama mommy." Seru Eliza dengan senyum mengembang hingga membuat matanya menyipit.
Dario tersenyum, dia mengelus kepala putrinya itu dengan lembut. Tanpa Dario sadari, sejak tadi ada seorang yang menatap ke arahnya dengan tatapan heran. Karena penasaran, orang itu pun datang menghampiri Dario dan menepuk pundaknya.
"Kakak, apa yang kakak lakukan disini?" Tanya orang itu yang mana membuat Dario beralih menatapnya.
"Freya?!" Seru Dario dengan tatapan terkejut.
___
Besok udah kumpul nih🤭 kira-kira ketemu si nenek gak yah besok🤔
jangan lupa dukungannya🥰🥰