Setelah Danton Aldian patah hati karena cinta masa kecilnya yang tidak tergapai, dia berusaha membuka hati kepada gadis yang akan dijodohkan dengannya.
Halika gadis yang patah hati karena dengan tiba-tiba diputuskan kekasihnya yang sudah membina hubungan selama dua tahun. Harus mau ketika kedua orang tuanya tiba-tiba menjodohkannya dengan seorang pria abdi negara yang justru sama sekali bukan tipenya.
"Aku tidak mau dijodohkan dengan lelaki abdi negara. Aku lebih baik menikah dengan seorang pengusaha yang penghasilannya besar."
Halika menolak keras perjodohan itu, karena ia pada dasarnya tidak menyukai abdi negara, terlebih orang itu tetangga di komplek perumahan dia tinggal.
Apakah Danton Aldian bisa meluluhkan hati Halika, atau justru sebaliknya dan menyerah? Temukan jawabannya hanya di "Pelabuhan Cinta (Paksa) Sang Letnan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 Penolakan Aldian
"Mas aku mau kerja. Aku bosan di rumah nggak ada kerjaan. Padahal di Yogya, pagi-pagi aku sudah pergi ke kantor, pulang jam empat sore," ujar Haliza sembari mengeluarkan berkas-berkas penting dari dalam kopernya sebagai syarat jika melamar pekerjaan.
"Bekerja? Kamu ingin kerja?" Aldian bertanya balik sembari menatap Haliza tajam.
"Iya. Aku tidak biasa berdiam diri di rumah tanpa ada yang aku kerjakan," ujarnya mengangguk. "Lagipula, aku ingin punya uang sendiri seperti masih gadis dulu," lanjut Haliza.
Ucapan Haliza barusan serasa menohok jantung Aldian. Haliza menyebut dirinya ingin punya duit seperti masa gadisnya dulu. Padahal tanpa Haliza bekerja, Aldian bisa memberi Haliza uang. Bahkan kini dia sudah menjadi istrinya, jadi nafkah lahir sudah tentu akan Haliza dapatkan.
"Kamu tidak perlu bekerja. Kalau kamu tidak ingin berdiam diri di rumah dan bosan, ada cara kok supaya kamu tidak berdiam diri dan bosan. Pekerjaan di dalam rumah ini tidak kurang jika mau. Kamu cukup menyapu lantai kalau kotor, atau melap kaca jika buram, juga bisa mencuci piring jika kita habis makan. Tidak ada lagi yang namanya berdiam diri di rumah," tukas Aldian panjang lebar.
"Bukan pekerjaan seperti itu maksudku, Mas. Tapi pekerjaan seperti di kantor yang tiap bulan mendapat gaji."
"Aku bisa kasih kamu duit tanpa kamu harus susah payah bekerja," sergah Aldian tidak setuju.
"Jelas kamu harus kasih aku duit tiap bulan, Mas. Karena itu sudah kewajiban kamu sebagai suami," balas Haliza tidak mau kalah.
"Bukan sekedar uang nafkah yang akan aku berikan, uang jajan dan make up kamu juga aku berikan."
"Pokoknya aku tetap akan mencari pekerjaan. Aku bisa melamar kerja di bank misalnya, karena aku dulu pernah juga kerja di bank menjadi CS," selorohnya masih ngotot.
"Tidak ada yang kerja selain aku di rumah ini, apalagi kamu mau melamar kerja di bank. Aku sama sekali tidak ijinkan, kamu tahu kerja di bank itu kayak apa? Banyak tekanan dan harus tercapai target, belum lagi harus ngejar nasabah yang susah bayar setoran yang bunganya berkali-kali lipat. Tidakkah kamu tahu bahwa pinjaman di bank itu riba? Maka dari itu aku tidak ijinkan kamu kerja, terlebih di bank," tekan Aldian melarang keras.
Haliza terbelalak tidak senang dengan larangan keras Aldian Dia tetap akan melamar pekerjaan. Kalau di bank dilarang, maka ia akan melamar kerja di mall sebagai Supervisor atau pengawas gudang.
"Baiklah, aku akan melamar kerja di mall saja kalau begitu." Haliza memutuskan.
"Aku tetap tidak ijinkan kamu bekerja. Kalau kamu tetap mau bekerja, aku bisa kasih kamu kerjaan tanpa harus keluar dari rumah," tandas Aldian menatap tajam Haliza.
"Kerjaan apa di dalam rumah, judi online yang sedang marak itu? Itu bukan kerjaan, tapi orang pemalas yang nungguin peruntungan dari bandar judi. Jangan-jangan kamu terlibat judi online dan pinjaman online, Mas. Secara ASN atau aparat negara, gajinya tidak seberapa, apalagi kalau gaya hidup mewah, mana bisa," ucap Haliza menyepelekan.
Aldian sontak menghampiri Haliza lalu mencengkram kedua bahunya, ia merasa tersinggung dengan tudingan negatif Haliza. Tidak ada angin atau hujan, tiba-tiba saja keluar statement dari mulut Haliza yang negatif, kalau dia terlibat judi online atau pinjaman online. Untuk membayangkannya saja sudah amit-amit duluan.
"Jangan sembarangan kalau nuduh orang, apalagi aku ini suamimu. Aku aparat negara yang tidak sepatutnya terjerumus ke dalam perbuatan melanggar hukum. Jikapun ada, itu hanya sebagian kecil dan termasuk aparat yang tidak punya otak atau bodoh. Kamu tidak bisa menjudge, bahwa semua ASN atau aparat negara dengan gajinya yang terbatas bisa disimpulkan terlibat judi online atau pinjaman online. Selama aku menjadi aparat negara dengan gaji yang menurutmu tidak seberapa, tapi pantang aku pinjam duit ke bank, terlebih berbunga, yang ada hanya akan menambah dosa," cetus Aldian panjang supaya Haliza paham dan tidak memandangnya sebelah mata.
Haliza terdiam, dia merasakan ucapan Aldian barusan sebagai bentuk protes dan kecewanya terhadap apa yang ia katakan barusan. Haliza merunduk dan sedikit merasa bersalah.
"Pakai laptop ini, kamu bisa melakukan pekerjaan melalui laptop tanpa harus keluar rumah," sodor Aldian tiba-tiba, memberikan laptopya ke hadapan Haliza.
Haliza tercengang dan tidak paham apa yang dimaksud Aldian dengan laptop yang diberikan padanya.
"Kamu bisa bekerja lewat laptopku atau kalau tidak mau repot karena laptop terlalu gede, kamu bisa gunakan Hp mu untuk bekerja. Lalu pekerjaan apa yang aku maksud, pasti kamu ingin tahu bukan?" Aldian melanjutkan kembali ucapannya tanpa sedikitpun memberi kesempatan untuk Haliza bicara.
Haliza bengong dan tidak paham jenis pekerjaan apa yang Aldian tawarkan dan bisa dilakukan di rumah?
"Lalu pekerjaan apa yang kamu tawarkan itu, Mas?" Haliza mencoba mengorek penasaran.
"Kamu buka link milikku di dalam laptop itu, lalu salin dan masuki, maka di sana kamu akan menemukan jenis pekerjaan sampingan apa yang sedang aku geluti? Bahkan hasilnya bisa lebih dari sekedar pinjam duit dari online," tukas Aldian percaya diri.
Haliza mencoba membuka link yang disebutkan Aldian tadi. Haliza cukup penasaran dengan pekerjaan sampingan Aldian, rupanya Aldian open jasa menyewakan apartemen atau hotel atau perumahan juga barang-barang properti. Mengenai fee, ternyata honornya tidak main-main. Sekali jebol, Aldian cukup lumayan mendapatkan pundi-pundi Rupiah dari open jasa sewa menyewa apartemen dan sejenisnya.
Haliza mengamati, ternyata tidak sedikit orang-orang yang tertarik memilih jasa yang ditawarkan Aldian. Bisa dibayangkan penghasilan Aldian dalam per minggu berapa.
"Jika kamu tertarik, kamu bisa turun tangan juga dalam bidang pekerjaan sampingan yang aku kerjakan. Ini halal dan bukan judi online. Sampai di sini kamu paham?" celoteh Aldian beberapa saat setelah Haliza mengakhiri perselancarannya di link jasa sewa menyewa milik Aldian.
"Tapi, aku tidak tertarik dengan jenis pekerjaan yang hanya mengandalkan perangkat lunak, menawarkan barang atau benda lewat benda dan duduk dalam satu ruangan, aku bisa-bisa cepat bosan tanpa interaksi langsung dengan orang," kilah Haliza memberi alasan.
Aldian mendengus kecewa dengan tanggapan Haliza. Dikasih mudah dan tidak cape, Haliza justru memilih bidang pekerjaan yang sifatnya langsung turun lapangan dan berinteraksi dengan banyak orang.
"Baiklah jika itu mau kamu. Kamu boleh bekerja di luaran sana di kantor milik orang. Tapi dengan catatan, kamu tidak bisa kembali ke rumah ini lagi. Bawa sekalian koper kamu beserta isi-isinya," tegas Aldian mengultimatum Haliza. Haliza ternganga tidak menduga, dia pikir Aldian pada akhirnya mengijinkan, tapi kenyataannya justru mengultinya.
Haliza merengut dengan penolakan Aldian. Kalau begitu caranya, Haliza mau tidak mau harus berdiam diri di rumah. Daripada mengikuti Aldian yang nantinya bisa besar kepala, lebih baik Haliza bermalas-malasan di rumah serta ongkang kaki sembari membaca novel online favoritenya.