Kirana Putri, seorang gadis cantik dan baik hati, tanpa disadari jatuh cinta pada seorang pria misterius bernama Dirga Praditama. Namun, Kirana tidak tahu bahwa Dirga sebenarnya menyimpan dendam mendalam terhadap masa lalu keluarga Kirana yang telah merenggut kebahagiaan keluarganya. Dalam perjalanan kisah cinta mereka, Kirana dan Dirga dihadapkan pada berbagai rintangan dan konflik hingga pada suatu hari Kirana pergi meninggalkan Dirga tanpa jejak.
Akankah cinta mereka mampu menyatukan keduanya, ataukah mereka harus rela berpisah demi kebahagiaan masing-masing? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Meindah88, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab.21
" Kenapa lama baru diangkat sayang?" ucap seseorang dari telepon.
" Maaf Bu, putramu yang tampan ini baru saja sampai di rumah. " ujarnya terdengar lembut pada sang ibu tercinta.
" Jangan shock kecakepan yang, Sayang! Ntar perempuan pada lari melihat kamu! canda Auliyah pada putranya.
" Kan aku memang tampan, Bu," ucapnya lagi dengan percaya diri.
Auliyah tersenyum tipis dengan candaan putranya.
" O ya sayang, tidak lama lagi kami pulang ke Jakarta, jangan lupa jemput kami ya," ujar Auliyah.
Mendengar itu, Dirga terlihat sangat bahagia. Tidak lama lagi mereka akan kembali berkumpul bersama.
" Hai abang," Adiba merebut ponsel yang dari tangan ibunya.
" Aku pengen bicara sama ibu, bukan kamu," sinis Dirga jengkel dengan sikap adiknya.
" Bang Dirga kenapa sih? Aku kan juga kangen sama Abang," ujarnya cemberut dibalik telepon.
Dirga memutar mata males mendengar rayuan Adiba.
" Katakan saja , kamu ingin apa ? Tidak usah basa-basi.
Dirga sangat mengenal bagaimana sang adik, jika ada yang diinginkan pasti dengan mudah merayu, seperti saat ini yang dilakukan.
" Hehehhe, abang tau aja.
" Berikan ponselnya sayang, ibu masih ingin bicara!" pinta Auliyah pada putrinya dan sangat jelas terdengar dibalik telepon.
" Berikan pada ibu, Adiba ! Abang juga pengen bicara hal penting pada ibu," titahnya.
Adiba cemberut namun tetap memberikan telepon pada sang ibu.
" Ada apa, Sayang?"
"Bu..!
Sejenak Dirga terdiam, ragu ingin mengatakan pada ibunya kejadian yang sebenarnya.
" Ada apa, Nak ! Kenapa tiba-tiba diam ?" Heran Auliyah mendengar putranya yang tidak bersuara.
" Aku ingin mengatakan sesuatu pada ibu, tapi, tidak jadi," ucapnya cengengesan.
" Kakek Mahendra nelpon, katanya kamu jarang bermalam di rumah ya ?" ucap Auliyah.
" Emm, Di-Dirga bermalam di rumah teman Bu, jadi akhir-akhir ini, Dirga jarang pulang." Bohongnya.
Sepandai apa pun Dirga berbohong, namun ia tidak bisa mengelabuhi ibu sendiri yang telah melahirkannya.
" Apa yang kamu sembunyikan, sayang Katakan apa ibu, kami tidak akan marah nak. " Ucapnya lembut membujuk sang putra.
"Tidak ada kok ,Bu !" Ujarnya masih menyembunyikan rahasia terbesar.
Auliyah tidak ingin mendesak putranya untuk mengatakannya. Dia tidak seperti orang tua pada umumnya yang suka mengatur hidup anak-anaknya. Asalkan mereka tidak berada di jalan kesesatan.
" Sudah dulu ya, sayang, Ibu ingin menyiapkan makanan untuk ayah.
" Baik Bu, salam untuk ayah, " ujarnya sebelum menutup telepon.
***
" Ceklik."
" Aa4kh, kenapa tidak ketuk pintu baru masuk sih, mas?" Pekik Kinara kaget melihat Dirga spontan masuk dalam kamar.
Kinra baru saja selesai mandi dan keluar hanya memakai h4nduk p3ndek sehingga Kinan malu di depan suaminya sendiri.
" Lho, memangnya kenapa ? Ini kan kamar aku juga kan," ujarnya begitu santai.
"Iiissh..," Kinan nampak kesal melihat Dirga sesantai itu.
" Mas, keluar dulu ! Please!"
"Pakai saja, kenapa harus malu ?Aku kan suami kamu," ujar Bima sembari menaikkan alis. Senang rasanya mengerjai istrinya seperti sekarang ini.
Dirga a berjalan mend3kati istrinya namun Kinan nampak kaget melihat aksi suaminya.
" Stop, Mas?"
"Hahaha," kekehan Dirga membuat bulu kuduk Kinara bergidik ngeri.
" Aku hanya bercanda," sahutnya kemudian keluar meninggalkan Kinan sendirian dalam kamar.
"Huup, akhirnya keluar juga tu orang.
Kinara memakai pakaian longgar seperti biasanya dan tetap memakai hijab sebelum menemui suaminya. Walaupun sang suami sudah sering melihat r4mbutnya terurai, tetap saja dirinya merasa malu jika dilihat oleh Dirga.
"Mas..!"
Panggil Kinan, sontak Dirga merasa kaget dengan kedatangan istrinya tiba-tiba.
"Uhuk uhuk uhuk !"
Bima mematikan rokok seketika.
" Ma- mas, " ucapanya lagi dengan kegugupan.
" Ada apa? " tanyanya datar.
"Kinara ingin mengatakan sesuatu, "ujarnya ragu seketika melihat sikap dingin suaminya yang selalu berubah-ubah.
" A-aku sedang..!"
Tok Tok Tok
Ketukan seseorang mengalihkan perhatian Dirga dan Kinara.
Dengan langkah cepat, Dirga membuka pintu melihat siapa yang berani datang malam-malam mengganggu mereka.
"Maaf bos, dengan terpaksa saya mengganggu kalian." Sesal Rahes, yang datang tiba-tiba.
" Katakan, apa yang membuatmu datang ke sini ?"
"Maaf bos, tuan Mahendra memerintahkan agar anda segera pulang ke rumah, ada hal penting yang ingin dibicarakan. Saya sengaja tidak menelepon, karena tuan menginginkan agar saya langsung menemui anda.
" Baiklah, saya akan menyusul mu sebentar lagi. Ujarnya kemudian masuk kembali menemui istrinya.
" Kenapa kakek tiba-tiba memanggil ku ?" Tidak seperti biasanya kakek seperti ini. Apa ada masalah di perusahaan ?"
Dirga terus kepikiran dan Kinara memperhatikan itu.
"Aku keluar sebentar," izinnya namun belum ada tanggapan pada Kinara.
"Aku pasti kembali," ujarnya seraya memegang lembut tangan istrinya kemudian mencium kening penuh kasih.
Kinara hanya diam menatap kepergian suaminya tanpa satu kata pun. Dia tidak ingin bertanya sejak kata-kata yang diucapkan Dirga saat itu.
Dengan hati sedikit gundah, Kinan kembali ke kamar lalu merebahkan tubuh mungilnya. Dia ingin menghilangkan rasa resah dalam hati.
Di tengah malam yang sunyi, Kinara terbangun dari tidur lelapnya, lalu menoleh melihat pria di sampingnya yang sedang mem3luk tubuhnya dengan posesif.
Sebuh senyuman tipis dari bibirnya menatap wajah tampan milik suaminya. Kinan merasa bersalah karena belum memberitahu Dirga jika dirinya tengah mengandung anaknya.
" Deg."
Notifikasi dari ponsel Kinara dan segera memeriksa pesan itu.
" Inikan foto mas Dirga sama Bianca.
Badan seketika bergetar menahan tangisnya yang berlipat-lipat. Foto suaminya bersama Bianca. Foto mereka terlihat sangat mesra seperti sepasang kekasih.
" Tega kamu, Mas. "Ujarnya dan menepis kasar tangan yang masih mem3luknya.
Rasa sedih dan kecewa berkecamuk dalam dada.
Menghapus air mata yang merembes di pipi mulusnya.
"Kalau kamu mencintai Bianca, lalu kenapa mas menikah denganku? Kenapa bukan Bianca yang kamu nikahi, mas? Kenapa harus aku?"
Kinara kembali memeriksa nomor telepon yang baru saja mengirimkannya foto, namun nomor seseorang yang tidak dikenal.
" Kenapa terbangun di jam segini ?"tanyanya, ketika melihat Kinara berada di depan jendela.
" A-aku kepanasan," bohongnya.
" Masa sih, cuacanya dingin kok,," protes Dirga.
" Tidur lagi ya! " Ajaknya lembut pada istrinya.
Dirga berpikir mungkin besok pagi saja dia katakan pada suaminya mengenai foto tersebut. Dia tidak ingin ribut di tengah malam seperti saat ini.
Dirga memeluk istrinya dengan penuh kasih sayang, terkadang dirinya tidak menyadari apa yang terjadi pada dirinya.
"Apakah ini cinta ? Sepertinya bukan. Karena tujuan Dirga hanya balas dendam, dia tidak ingin jatuh cinta.
Namun, anehnya, jika Kinan didekati oleh pria lain, hatinya terasa mend1dih. Dia tidak bisa terima jika ada pria lain yang dekat dengan Kinan.
" Ada apa dengan perasaan ku ? Bukankah aku membencinya ?" Batinnya.
Dirga menatap wajah cantik istrinya, ada kedamaian dalam hati ketika melihat wajah teduh itu. Diam-diam ia meng3cvp sekilas b1b1r itu kemudian kembali menutup mata.
Berharap hari esok kisah asmaranya akan lebih indah bersama dengan istrinya, wanita yang disematkan di hatinya diam-diam meski tak ingin mengakui.